Majapahit |4

2.2K 228 4
                                    

Sudahlah, aku sudah cukup lelah hari ini, aku akan tidur dan berharap aku terbangun di kamarku sendiri, dengan kasur yang empuk dan bed cover hitam polos kecintaanku.

...

Ternyata harapanku semalam tidak terjadi, aku masih terbangun diranjang mewah dilapisi kapuk ini. Aku masih di Majapahit. Sudahlah, prinsip hidupku 'kan 'let it flow' jadi ya mari jalani saja.

"Nyimas, kau sudah bangun? Mari saya antar ke pemandian. Nyimas sudah ditunggu oleh Maharaja," Ningrum ternyata sudah ada dikamarku, entah jam berapa dia datang.

"Ningrum, ini sudah sangat siang ya? Ah kenapa kamu tidak membangunkanku?" Aku kesiangan, kalau dia pelayanku kenapa membiarkan aku ditunggu oleh Maharaja sih?

"Ampun Nyimas, saya tidak berani menggangu tidur Nyimas,"

"Ah sudahlah, lain kali kau harus membangunkanku ya,"

"Baik Nyimas,"

Setelah menyegarkan diri dengan air pemandian yang sangat dingin. Ningrum membantuku bersiap, kali ini warna pakaianku adalah kombinasi hitam, biru dongker, dan tentu saja emas. Tidak lupa juga bunga kantil yang sangat harum, mood-ku jadi bagus kalau begini.

"Ah ya Ningrum, Hayam Wur- ehm maksudku Maharaja menungguku dimana?" Dia tidak menjemputku hari ini, dia pasti sangat sibuk.

"Di ruang pertemuan utama Nyimas,"

"Antar aku kesana ya Ningrum, aku belum tahu benar jalan dan ruangan di istana ini."

"Tentu saja Nyimas, ayo!"

Setelah kami sampai di ruang pertemuan utama istana Majapahit, aku melihat Hayam Wuruk dengan memakai Mahabusana Wilwatiktapura. Dia begitu kharismatik.

"Ningrum, kau bisa kembali ke kamarmu, aku akan sibuk sepanjang hari ini terima kasih sudah mengantarku,"

"Baik Nyimas, saya akan berada didapur membantu ibu saya. Saya permisi Nyimas,"

"Ya silakan,"

Hayam Wuruk terlihat serius berdiskusi dengan para Tetua, Mimpi apa aku bisa melihat secara langsung diskusi seorang Maharaja yang amat melegenda. Bahkan aku akan ikut andil dalam diskusi ini? Luar biasa!

"Salam Yang Mulia, Salam Tuan-Tuan," aku bingung harus memanggil mereka semua dengan sebutan apa?

"Nada? Kemari, aku sudah menunggumu."
Kalian tahu betul itu siapa, ya Hayam Wuruk.

Aku tahu para Tetua itu memandangiku buruk, ya bagaimana tidak? aku ini orang asing yang ditemukan oleh Hayam Wuruk di tepi pantai, lalu ikut kedalam proyek besar kerajaan.

"Perkenalkan ini adalah Nada, dia yang akan membantu kita bicara dengan orang-orang Inggris," Hayam Wuruk memperkenalkan aku pada mereka semua. Tidak ada reaksi yang berarti dari para Tetua itu, kecuali...

"Ampun Yang Mulia, tapi apa kita bisa percaya dengan orang yang baru saja datang ke kerajaan ini? Apalagi dari yang hamba dengar, Nyimas ini adalah rakyat Pasundan," salah satu dari mereka angkat bicara.

"Mpu Jaswi, Nada ini adalah temanku. Memangnya kenapa kalau dia rakyat Pasundan? Apa semua orang Pasundan itu buruk?" Hayam Wuruk menjawab Tetua itu yang ternyata namanya adalah Mpu Jaswi.

"Tidak Yang Mulia, hanya saja sejak kejadian 5 tahun lalu hamba rasa kita harus lebih berhati-hati pada orang asing," aku tau apa yang dia maksud, Perang Bubat 'kan?

"Kejadian itu sudah lama, semua sudah baik-baik saja. Tidak perlu banyak bicara, yang saya perlukan adalah kerja nyata!"
Wow Hayam Wuruk, kamu mengingatkanku pada pemerintah Indonesia.

Majapahit | Cinta Tanpa Akhir (Selesai - Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang