Majapahit |40

1K 109 11
                                    

Hayam Wuruk's Point of View

Saat ini aku benar-benar marah, aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Aku terluka melihat Saras menangis karena ucapanku, tapi aku marah padanya. Kurang apa diriku selama ini kepadanya? Aku memberikan segalanya untuk Saras, tapi dia justru mengkhianati aku dengan salah satu pekerjaku di istana ini. Ini benar-benar gila! 

Setelah Saras mengatakan itu dia pergi sambil menangis, aku tahu dia terluka tapi entah kenapa otakku berjalan lambat untuk mencerna semua itu, aku hanya diam saja tidak mencegah Saras untuk pergi. Bod*h memang. 

Untuk beberapa saat aku hanya termenung memikirkan kejadian yang baru saja terjadi, aku mencoba menyangkal semuanya, aku tidak ingin bahwa apa yang aku lihat sama dengan kebenaran yang sesungguhnya. Setelah tersadar aku baru memerintahkan para prajurit untuk mencari Saras, aku yakin dia tidak akan pergi jauh. 

"Prajurit! cepat kemari!"

"Iya, Yang Mulia!"

beberapa prajurit yang berjaga segera menghadap padaku setelah mendengar suaraku.

"cepat kalian menyebar dan cari Saraswati Raani, bawa dia untuk menemui aku. sekarang!"

setelah itu para prajurit mulai menyebar untuk mencari Saras, ya dia pasti tidak akan pergi jauh sebab ini sudah malam, dia akan pergi kemana?

"Kangmas?" Ada seseorang yang memanggilku dari arah belakang, kalian pasti tahu siapa pemilik suara itu. Ya, Sudewi.

"Sudewi,"

"Kangmas sudah kembali? Kapan Kangmas kembali? Aku sangat merindukan Kangmas," Sudewi langsung memelukku sangat erat, sama seperti yang dilakukan Saras tadi. 

"Aku baru saja kembali, Sudewi. Bagaimana kabarmu?" Kataku sambil menguraikan pelukannya.

"Aku baik, Kangmas. Kau sendiri apa kabar?"

"Ya, seperti yang bisa kau lihat, aku baik-baik saja."

"Kangmas sudah bertemu Puteri kita? dia pasti sangat senang mengetahui Ayahandanya telah kembali setelah sekian lama,"

"Aku menemuinya pertama kali, tadi saat dia sedang belajar bersama guru."

"Ah, Syukurlah kalau begitu. oh ya, Kangmas memerintahkan prajurit untuk mencari Saraswati Raani, memangnya dia kemana?"

"Aku baru saja bertengkar dengannya, lalu dia lari." 

"Kalian bertengkar? tapi ada apa? Kau kan baru saja tiba, apa masalah yang membuat kalian bertengkar?"

"Dia sedang berduaan di kamar Adanu," kataku menahan perih.

"Kangmas, mari kita bicara di kamar. Aku mau membicarakan sesuatu denganmu," Sudewi nampak terkejut dengan jawaban atas pertanyaannya tadi. 

Aku menurut saja saat Sudewi menarik tanganku untuk masuk ke dalam kamar. Ada kamar tamu disebelah kamar Saras, jadi kami bicara disana. Sudewi memintaku untuk duduk dan mengambilkan segelas air untukku.

"Kangmas minumlah dulu, supaya pikiran Kangmas menjadi tenang dan kembali jernih."

"Apa yang mau kau bicarakan sebenarnya? kenapa sikapmu seperti ini?" Aku aneh saja dengan sikap Sudewi yang seperti ini.

"Minumlah dulu, Kangmas. Aku akan cerita setelah ini." akhirnya aku menurut saja, aku habiskan segelas air putih itu.

"Cepat katakan, ada apa?" Sudewi mengambil posisi duduk dihadapanku, ia menghela napas sebelum bicara. Sepertinya masalahnya cukup berat.

"Kangmas, sebelumnya apa aku boleh tau apa yang telah terjadi antara kau dengan Nada? Maksudku, kenapa kalian bisa sampai bertengkar?"

"Aku melihatnya berduaan dengan Adanu di kamarnya tadi, Adanu terlentang diatas ranjang tanpa pakaian atas, dan Saras sedang mengusap-usap dadanya. Cih! aku jijik mengingatnya," Sudewi istri yang baik, dia bahkan mau mendengar ceritaku tentang perempuan lain. Semoga kau selalu bahagia, Sudewi.

Majapahit | Cinta Tanpa Akhir (Selesai - Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang