Majapahit |20

1.3K 156 8
                                    

"Lalu setelah itu, ombak bergulung sangat tinggi. Langit menjadi gelap, dan suara gemuruh bersahutan, namun Aku masih saja duduk bersimpuh sambil mengucapkan terima kasih pada Yang Maha Kuasa karena mengirimkan Kanjeng Ibu untuk membuatku merasa tenang. Sampai Aku mendengar suara gaduh yang ternyata adalah suara para Prajurit yang datang bersamaku,

"Yang Mulia! Tolong lihat ke arah timur!"

Saat Aku menengok ke arah timur Aku sangat terkejut, karena ada seorang perempuan yang sepertinya hanyut dan tubuhnya dipenuhi luka, mungkin terkena batu karang. Dan dia adalah Nada, Aku membawanya ke istana untuk dirawat oleh tabib. Sejak saat itu Aku mengerti bahwa Nada adalah perempuan yang dimaksud oleh Kanjeng Ibu,"

"Luar biasa, Nyimas Nada benar-benar perempuan istimewa, Yang Mulia. Kanjeng Ibu sendiri yang memberitahukan kedatangannya kepadamu, Kau tidak boleh kehilangan dirinya, Maharaja," Aku memang sangat tidak ingin kehilangannya, Mahapatih.

"Benar yang dikatakan Mahapatih, Nyimas Nada sudah ditakdirkan untuk berada di Majapahit dan mendampingimu untuk membuat Majapahit berjaya sepanjang masa,"

"Ya, Paman. Tapi apa dengan menikahinya akan membuat semuanya baik-baik saja?"

"Semoga saja begitu, Yang Mulia. Karena tidak ada jalan lain lagi," Paman Mada mencoba meyakinkan Aku.

"Dengan menikahi Nyimas Nada, itu akan melindunginya dari gunjingan orang-orang dan bahkan bisa mencegah kejahatan yang akan terjadi kepadanya. Tidak ada siapapun yang akan berani menyakiti istri seorang Maharaja," jelas Mpu Nala.

"Tapi masalahnya, Nada belum bisa membalas perasaanku, Paman. Dia mungkin tidak akan siap untuk menikah denganku, Kita harus memikirkan cara yang lain,"

"Dia belum membalas perasaanmu, Yang Mulia?"  Tanya Mpu Nala.

"Hm," Aku membalasnya dengan anggukan kepala.

"Belum bukan berarti tidak 'kan, Yang Mulia. Hari ini mungkin Nyimas belum bisa melakukannya, tapi suatu hari nanti dia pasti tidak ingin menjauh darimu walaupun sedetik saja,"

"Semoga saja begitu, Paman. Lalu Aku harus apa?"

"Bagaimana kalau kita memberikan kedudukan di istana ini kepada Nyimas Nada, Yang Mulia?"

"Kedudukan bagaimana maksudmu Paman Nala?"

"Iya, kedudukan seperti Rakryan. Dengan memiliki kedudukan, rakyat tidak akan menganggapnya maaf, menumpang diistana. Dia akan punya pekerjaan dan punya gaji, itu akan menguntungkan untuk kita maupun Nyimas Nada sendiri," usulan yang luar biasa, Laksamana Nala!

"Wah pemikiran yang sangat hebat! Nyimas Nada bisa mengambil hati rakyat dengan menjadi Rakryan yang baik dan memberikan kebijakan yang akan membantu rakyat dalam suatu bidang. Dengan begitu masalah akan selesai," Paman Mada menambahkan.

"Luar biasa, Paman! Tapi dalam bidang apa Nada akan diberi kedudukan?"

"Pendidikan,"
"Pendidikan," kata Laksamana Nala dan Paman Mada bersamaan.

"Pendidikan, baiklah. Jadi kita akan meneruskan rencana pembangunan sekolah dan mewajibkannya kepada setiap anak di Majapahit?"

"Iya, Yang Mulia."

"Baiklah, kalau begitu. Prajurit!" Aku memanggil prajurit yang berjaga didepan pintu ruangan ini.

"Iya, Yang Mulia!"

"Panggilkan Mpu Yada dan Mpu Kisnori untuk menemui Aku disini sekarang juga!"

"Baik, Yang Mulia!"

Setelah Prajurit itu pergi, Aku kembali melanjutkan diskusiku bersama Paman Mada dan Paman Nala, sambil menunggu rakryan bidang wilayah dan pembangunan -Mpu Yada dan Mpu Kisnori.

Majapahit | Cinta Tanpa Akhir (Selesai - Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang