NOTE : BAB REVISI
Mau dimana saja kau berada bahkan sampai di ujung dunia pun aku akan tetap menemukanmu.
•••
Aland berlari keluar dari gedung pencakar langit itu. Ia mengambil kunci lalu mencari mobilnya berada. Masuk kemudian melajukan mobilnya keluar dari area parkiran dan langsung berbaur dengan beberapa kendaraan lainnya.
Beberapa mobil hitam mulai mengikuti Aland dari belakang, nampak Jhon dan anak buahnya yang memang ditugaskan untuk mencari keberadaan gadisnya, Ansley.
Rahang pria itu mengeras, menahan rasa marah didalam dirinya, napasnya memburu sesekali ia membunyikan klakson agar kendaraan didepannya itu menyingkir kesamping.
Tangannya terulur untuk mengambil ponselnya, ia akan menghubungi Ansley sekarang, siapa tahu firasatnya salah. Aland harus berpikir positif, jangan sampai ia kelepasan dan menghancurkan seisi jalanan saat ini.
"The number you are calling is not active or out of range, please leave a voice message by pressing–"
"Shit!" umpat Aland, ia menekan kasar tombol unanswer lalu melempar ponselnya ke arah kursi penumpang disampingnya.
Mobil yang ia kendari berhenti saat lampu lalu lintas menjadi merah, klakson kendaraan bersahutan. Aland mengetuk setir mobil itu tidak sabaran dan terus menatap lampu lalulintas itu.
"Come on!!" kata Aland, ia kembali melajukan mobilnya saat lalu lintas kembali normal. Membelokkan mobilnya ke arah kanan, memasuki jalanan yang nampak mulai sunyi, hanya satu atau dua kendaraan saja yang melewati daerah itu.
Aland memasang Airpods ke telinganya lalu segera menghubungi tangan kanan kepercayaannya. "Apa kalian sudah menemukannya?"
"Belum tuan, beberapa anak buah anda sedang mencari di sebagian barat," sahut Jhon diseberang sana.
"Temukan gadisku sampai dapat!" perintah Aland.
"Baik, tuan."
"Jika dalam waktu 24 jam ia tidak ditemukan juga maka. Kau dan seluruh orangmu akan aku bunuh hidup-hidup!"
"Iya tuan, saya akan berusaha keras agar menemukan keberadaan nona Ansley."
"Bagus, perintahkan pada mereka agar melaporkan hasilnya!" Mobil yang Aland kendarai mulai memasuki area hutan belantara seiring ia mematikan sambungan telepon.
Mobil seharga miliaran dolar itu memasuki sebuah halaman luas, mansion Aland yang memang sengaja dibangun ditengah-tengah hutan, jauh dari jangkauan kota.
Para pengawal berjejer rapi, Aland keluar dari mobilnya. Ia menatap datar satu persatu wajah bawahannya lalu masuk kedalam bangunan megah didepannya.
"Selamat datang kembali, tuan."
Aland menatap datar kepala pelayan wanita itu, ia tidak menjawabnya dan melepaskannya jasnya lalu membuatnya sembarangan seiring seorang pelayan wanita memungutnya setelah itu berlalu pergi. Suasana ruang tamu begitu tegang, Aland menaiki tangga menuju ruang rahasia.
"Timothy," panggil Aland.
"Iya, tuan."
"Periksa seluruh cctv di jalan Calle Avinyo 45, 080**. Sekarang!"
"Baik, tuan." Timothy memutar kursi yang ia duduki 90 derajat, jari-jarinya dengan lincah mengetik di atas papan keyboard itu dengan matanya yang memperhatikan layar komputer dihadapannya.
Sedangkan Aland hanya diam, ia berdiri dibelakang Timothy dengan kedua tangan dilipat depan dada.
"Tuan," panggil Timothy, saat ia sudah menemukan apa yang Aland perintahkan. Pria itu bergeser sedikit kesamping.
Mata bak elang itu memperlihatkan layar komputer yang memperlihatkan beberapa rekaman dari dua hari yang lalu. Rentina nya masih mencari agar ia menemukan sosok gadisnya.
Hampir satu setengah jam, tapi hasilnya tetap sama. Tidak menemukan sesuatu mengenai gadisnya.
"Tuan?"
Aland berbalik, ia menatap tajam Jhon yang sedang menunduk kepalanya. Pria itu mengayunkan kakinya menuju Aland berada.
"Bagaimana?"
"Maaf tuan, kami masih–"
Bugh!
Satu bogeman mentah mendarat mulus di rahang Jhon, Aland menendang dada tangan kanan kepercayaannya itu tanpa ampun. Sedangkan orang-orang yang memang berada satu ruangan dengannya hanya bisa menunduk, mereka tidak berani menolong Jhon sekarang.
"Sudah aku katakan, bukan? Temukan dirinya sampai dapat!!" Bentak Aland, menarik kerah baju Jhon.
"Ma-maaf, tuan."
"MAAF? KAU MEMINTA MAAF!?" Lagi, pukulan kembali Jhon dapatkan. Ia hanya bisa diam, menerima setiap pukulan tanpa membalasnya.
"Sialan! Cari kembali–"
"Maaf, menyela pembicaraan anda, tuan." Suara Timothy terdengar membuat Aland yang ingin memukul Jhon harus terhenti.
"Kenapa? Kau ingin menggantikannya huh?" tanya Aland lalu melepaskan cengkeramannya dengan kasar.
"Tidak tuan, hanya saja saya menemukan sesuatu yang mengganjal."
Pelipis Aland berkerut samar, lantas ia berdiri lalu berjalan menuju Timothy. Anak buahnya itu kembali menatap layar komputer lalu menunjukan sebuah rekaman yang tertangkap kamera.
"Anda harus melihat ini, tuan."
Aland diam, ia menatap serius rekaman itu. Ia mengernyit saat menatap sosok gadisnya yang berjalan sendirian di jalan yang nampak begitu sunyi. Mulai dari Ansley duduk sebentar dihalte lalu kembali berjalan dengan seseorang yang mengikutinya dari belakang.
Akhirnya sesuatu terjadi. Layar kamera itu tiba-tiba saja mengalami gangguan saat ada orang yang sedang mengikuti gadisnya mulai bersiap-siap untuk menutup kepalanya mengunakan karung.
"Badebah!" desis Aland tajam. Gadisnya, Ansley di bius terlebih dahulu sebelum membawanya pergi.
"Berhenti!"
Timothy dengan kecepatan menekan tombol pause, Aland memincingkan matanya, ia menatap pelat nomor mobil yang membawa Ansley pergi. Rahangnya mengeras, ia sangat mengenal dengan pelat nomor tersebut.
"Kau akan mendapatkan apa yang sepatutnya kau dapatkan!" gumam Aland.
Aland keluar dari ruang cctv, sorot matanya lurus ke depan. "Jhon! Siapkan perlengkapan, aku ingin bermain-main setelah ini!!"
"Siap, tuan."
#To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]
Mystery / ThrillerMy first story ♡ Jantung gadis itu bergemuruh hebat, ia menahan amarahnya agar tidak melunjak. "KAU IBLIS!!" Gelak tawa kesetanan mengelegar mampu membuat Ansley ketakutan setengah mati. "Tapi iblis ini mencintaimu!" *** Ini hanyalah sebuah kisah te...