He Is Psicopath - 10

3.8K 151 2
                                    

Los Angeles, California selatan

Negara yang dijuluki sebagai ibu kota hiburan dunia itu sangat indah dan sejuk. Berbagai macam seni dan bangunan - bangunan bersejarah dengan lampu kelap - kelip saat malam hari sangat menakjubkan di kota itu membuat sepasang mata takjub saat melihatnya. Alan sengaja membawa Keyla untuk tinggal dengannya di kota itu agar ia bisa mengontrolnya ketika ia sedang bekerja.

Perjalanan menuju mansion milik Alan sangatlah jauh. Tapi, untunglah dengan adanya bangunan indah yang berjejeran sepanjang jalanan membuat rasa lelah mereka seakan teralihkan.

"Kau ingin dinner? Kudengar restoran disini menyajikan makanan yang enak - enak" Tanya Alan sambil melirik kearah Keyla.

"Boleh" jawabnya. Pandangannya masih tak lepas dari bangunan - bangunan indah itu. Jujur saja ini baru pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di negara ini.

Alan menepihkan mobilnya ketika mereka sampai di gedung bergaya modern dan tentunya tamaran itu. Alan turun dan setengah memutari mobilnya, ia membukakan pintu penumpang untuk Keyla. Gadis itu keluar dari dalam mobil dan menatap takjub gedung di depannya itu.

"Ayo!!" Ucap Alan merangkul Keyla memasuki restoran. Tidak susah bagi Alan untuk mendapatkan tempat spesial di sana, bagaimana pun juga restoran itu salah satu miliknya.

Seorang pelayan datang dan langsung menaruh buku menu di atas meja mereka. Setelah mencatat pesanan, pelayan itu pun langsung pergi.

"Alan kau tunggu disini. Aku ingin ke toilet sebentar" ucap Keyla setelah mendapat anggukan dari Alan. Dia langsung menuju kearah toilet.

Bukh

"Awwh..." Keyla meringis karena ia tidak sengaja menabrak seorang pria berbadan kekar dan membuat dirinya hampir saja terhuyung ke belakang.

"Ma-maaf aku tidak sengaja" ucap Keyla menunduk. Pria yang ia tabrak itu mengalihkan pandangannya menatap lekat - lekat gadis yang di depannya ini.

"Keyla? Kau Keyla 'kan?" tanya pria itu, karena ia merasa sedikit familiar dengannya.

Keyla langsung mendongak. "Kendrick?"

Nama pria yang Keyla tabrak itu adalah Kendrick Maxwell. Kakak tingkat Keyla waktu ia masih sekolah di high school di London. Mereka berdua mulai berteman ketika Kendrick dan Keyla sama - sama mengikuti marching band yang di selenggarakan di sekolah itu.

"Kau tidak apa - apa kan?" tanya Kendrick sambil mengecek kondisi Keyla.

Keyla hanya tersenyum dan mengangguk. "Tidak apa - apa. Santai saja!"

"Oh ya. Sedang apa kau disini?"

"Aku sedang--" kalimat Keyla terhenti ketika ponselnya berdering, ia kemudian mengangkat panggilan itu.

"..."

"Baiklah, aku akan segera ke sana" Keyla langsung memutuskan panggilannya dan beralih menatap ke arah pria yang berdiri di hadapannya ini.

"Ken, aku harus pergi. Sampai jumpa" pamitnya dan langsung kembali ke tempat di mana ia dan Alan tempati. Rencana ke toilet gagal ketika Alan menelponnya untuk segera kembali.

"Sayang, aku ada urusan sebentar. Aku sudah menyuruh supir untuk menjemput mu" jelas Alan. Keyla hanya mengangguk dan langsung memakan makanan yang mereka pesan tadi.

****

Suara ketukan jari di meja membuat suasana semakin mencengkram. Seorang pria yang sedang duduk di kursi menatap tajam kearah pria yang di hadapannya dengan tangan dan kaki yang sudah terikat.

Saat ini Alan sedang berada di salah satu gudang penyiksanya, ketika ia mendapatkan panggilan dari Jhon. Jhon juga ikut kemanapun Alan pergi, mengingat bahwa pria itu itu adalah orang kepercayaan Alan.

"Jhon ambil air panas dan bangunkan dia!!" perintah Alan.

"Baik, tuan"

Byur

"Aagghhrr..."

Byur

"Aagghhrr... cukup!!"

"Hentikan!!" perintah Alan. Dia langsung berdiri dan berjalan ke arah pria yang seluruh tubuhnya sudah melepuh itu.

"Mr. Roberto. Kau telah mengkhianati ku dengan mengelapkan uang perusahaan sebesar 5 milyar. Tapi, aku tetap diam. Kedua, kau mengelapkan lagi uang perusahaan sebesar 10 triliun tanpa sepengetahuan ku?"

"Wah, wah, wah... kau sangat berani sekali Roberto" lanjutnya sembari bertepuk tangan. Alan lalu mengambil palu langsung memutari kursi yang di duduki pria itu.

Tuk

Tuk

Tuk

Alan mulai memukuli kepala pria itu berulang kali hingga kepalanya mengeluarkan darah segar. Rintisan kesakitan yang Alan rindukan itu terdengar sangat indah di gendang pendengarannya.

"Dan ketiga, kau dengan berani - beraninya mengambil alih perusahanku hanya karena uang? Kali ini aku tidak akan ampuni kau!" katanya lagi. Tangannya masih memainkan alat yang di genggamannya itu ke kepala pria yang sudah menahan sakit setengah mati.

"Aagghhrr... a-ampun tu-tuan"

"Jhon, ambilkan gergaji untuk ku!!" Jhon langsung mengambil alat yang Alan minta dan kemudian menyerahkannya.

"Ti-tidak... tu-tuan... kumohon jangan!!"

Srekkkk

Srekkkk

Srekkkk

Alan mulai memotong kaki pria itu dengan alat yang ada di tangannya. Smirk bak iblis sudah tercetak jelas di wajahnya. Mendengar teriakkan permohonan membuat dirinya makin bersemangat lagi. Putus sudah kedua kaki pria itu. Tetes demi tetes darah berjatuhan di atas lantai kayu itu.

"Jhon, ikat kaparat ini di tiang!!"

"Siap, tuan" Jhon mengangkat tubuh pria itu dengan di bantu beberapa algojo agar bisa mengikat pria itu sesuai perintah yang Alan berikan.

Sekarang pria itu sudah terikat di sebuah tiang kayu. Hal itu dapat memudahkan aksi Alan agar lebih leluasa menyiksanya.

Alan mengambil tingkat bisball dan memukul alat vital pria itu berkali - kali. Pria itu menjerit kesakitan dan berteriak sangat histeris yang pasti Alan sangat menyukainya.

Alan lalu mengambil bensin dan menyiram seluruh tubuh pria itu kemudian Alan mulai membakarnya hidup - hidup. Bayangkan!

Kasihan? Tentu tidak. Seorang psikopat sepertinya tidak pernah mengenal belas kasih sedikitpun. Bahkan ada sensasi menyenangkan ketika melihat orang itu merintis kesakitan.

Bukh

Bukh

Alan terus melanjutkan pukulannya lagi dan lagi sampai akhirnya pria itu mati dalam keadaan mengenaskan. Dia lalu menghentikan aksinya dan tersenyum puas dengan apa yang ia buat sekarang.

"Jhon, bereskan semua ini!!" ucapnya dan langsung keluar dari dalam gudang.

"Siap, tuan"

TBC

Vote + komen

He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang