He Is Psicopath - 37

667 48 0
                                    

4395+, bab terlalu panjang bagi kalian yang phobia kata-kata/bosan dengan kalimat yang terlalu banyak silahkan di skip! Tapi kalau mau baca silahkan, yo wesss, ayo! Happy reading ❤️

Rasa itu perlahan hilang,
Lebih tepatnya hancur, dihancurkan oleh rasa kecewa.”

– He Is Psicopath–

•••

Angellins Club | Jakarta, Indonesia. 21:00 PM.

24 April 2012, flashback on :

Dentuman musik DJ terdengar memekakkan telinga. Di sebuah klub malam di kota Jakarta begitu ramai dikunjungi oleh para murid SMA GALAKSI. Hiruk pikuk orang berjoget ria di lantai dansa begitu meriah. Penerangan ruangan yang begitu tamaran membuat mereka dengan bebas melakukan apapun sesuka hati.

Asap rokok berterbangan kemana-mana, bau alkohol tercium samar di indra penciuman kedua gadis cantik yang baru saja tiba dengan pakaian pesta tentunya.

“Hei, Angellins. Happy birthday, semoga kau diberi berkat dari Tuhan,” ujar gadis berpakaian dress sebatas lutut berwarna hitam itu sambil menjulurkan tangannya pada sesosok gadis yang barusan di panggil, Angellins.

Angellins Wijaya, sang pemilik klub sekaligus orang yang mempunyai acara pun balas menjabat tangan gadis itu sambil tersenyum lalu menjawab, “Thank you, Ansley.” Kemudian menerima hampers—kado yang diberikan oleh Ansley.

Angellins mengubah raut wajahnya menjadi datar ketika gadis yang berdiri disamping Ansley itu juga menjulurkan tangannya. Mau tidak mau Angellins membalasnya. “Selamat ulang tahun. Maaf kami baru datang,” katanya, Pradista namanya.

“Ya,” balas Angellins singkat lalu segera menarik kembali tangannya. Ia mengambil peperbag pemberian Dista padanya dengan malas.

Dista hanya bisa tersenyum kecut, ia sudah biasa seperti ini. Selalu saja Angellins menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat, bahkan Dista saja tidak tahu letak kesalahannya dimana.

“Ayo bergabung dengan yang lain, semoga kalian menikmati pestanya,” kata Angellins lalu segera bergegas pergi tanpa menunggu jawaban dari kedua gadis di depannya itu.

“Selalu saja ia seperti itu padaku,” gumam Dista yang masih bisa didengarkan oleh Ansley.

Ansley menoleh kearah sahabatnya lalu menepuk pundak Dista dan berkata, “Sabar, Dista. Tidak usah kau pusingkan dia. Angel memang orangnya seperti itu. Ayo, lebih baik kita menikmati hidangan yang ada lalu segera pulang. Kau tidak mau, kan ibumu sampai khawatir kau pulang terlalu malam?”

Tanpa membuang-buang waktu, Ansley menarik pergelangan tangan Dista, membawanya menuju meja pantri yang memang sudah tersedia berbagai hidangan di sana. Minuman beralkohol, bersoda, bahkan kue-kue pun juga ada.

Good night, ladies. Mau pesan apa?” tanya sang bartender kepada Ansley dan Dista.

“Aku memesan air putih saja,” jawab Ansley.

“Oh, maaf nona. Tapi disini kita tidak menyediakan air putih. Hanya minuman soda dan alkohol.”

“Kalau begitu aku pesan minuman yang mengandung kadar alkohol rendah,” kata Ansley.

Sang bartender itupun tersenyum manis. “Baiklah. Kalau kau mau memesan apa?” pria bartender itu melontarkan pertanyaan kepada Dista. Namun, tidak ada jawaban sama sekali dari gadis itu. Ia sedang melamun, entah apa yang ia pikirkan.

Ansley dengan cepat menjawab pertanyaan dari pria bartender didepannya. “Buatkan dia minuman yang sama dengan ku.”

“Oke. Mohon tunggu sebentar.” Bartender itu berbalik lalu menyiapkan pesanan.

He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang