He Is Psicopath - 49

471 32 2
                                    

Sejenak berbaring dalam hening.
Terdampar di tempat yang tak pernah ku inginkan. Mimpi buruk.

– He Is Psicopath –

•••

Hujan deras mengguyur kota Barcelona di malam hari berpadu dengan suara petir dan juga guntur, angin berhembus kencang membuat pepohonan di luar sebuah rumah megah terombang-ambing mengikuti arah angin.

Disebuah kamar bernuansa serba merah muda, diatas ranjang berujur queenzise terdapat seorang gadis yang sedang tertidur pulas seketika tersentak bangun kala suara petir dan guntur terdengar. Lampu di ruangan itu sengaja dimatikan hanya lampu tidur saja yang menyala.

Gadis berpakaian pajama putih abu-abu itu mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, matanya menatap kearah jendela yang terbuka, gorden itu berkibar masuk membawakan udara dingin membuat ruangan itu tampak sedikit horor.

Tidak lama kemudian, samar-samar terdengar suara jeritan kesakitan dari lantai bawah. Apa yang terjadi? batinnya bertanya, gadis itu mulai gementar ketakutan saat mendengar suara tembakan, tapi rasa penasaran lebih mendominasi. Lantas ia segera beranjak turun dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar.

"Ibu, ayah!" teriak gadis itu sambil berjalan melihat sekeliling ruangan yang tampak begitu gelap hanya lampu senter dari ponselnya saja yang menjadi penerang.

"Kumohon ampunilah kami, tuan. Kami berjanji tidak akan melakukannya lagi."

Samar-samar ia mendengar suara ayahnya sedang memohon entah untuk siapa. Suara gemuru petir dan guntur membuatnya semakin waspada akan sekitarnya. Perlahan, ia menuruni tangga menuju lantai satu.

"Ayah, ib..." Suara panggilan gadis itu terhenti saat tidak sengaja melihat ada sekitar sepuluh orang berbadan kekar sedang mencondongkan senjata api kearah kedua orang tuanya. Dengan cepat ia bersembunyi di balik guci besar, tidak lupa juga mematikan senter, kemudian menutup kedua mulutnya dengan kedua tangannya yang sudah gementar ketakutan.

"Tidak bisa Mr. Anderson. Tuan kami akan marah jika tidak melakukan ini pada kalian," ujar salah satu dari mereka.

"Jhon, aku mohon. Bilang pada tuanmu, kami akan memperbaiki semuanya dan kami akan bertanggung jawab," jawab Ayah gadis itu dengan berlutut di hadapan pria yang bernama Jhon.

Pelipis gadis yang sedang bersembunyi itu berkerut lantaran binggung dengan orang yang memanggil namanya ayahnya dengan sebuatan Anderson, yang ia tahu bahwa nama ayahnya bukan itu.

pria berjas hitam yang bernama Jhon itu menggeleng kepala, entah sudah berapa kali ia bosan mendengar suara permohonan maaf dari Anderson.

"Uang di bayar dengan uang, dan nyawa di bayar dengan nyawa! Berani-beraninya kau membunuh ayahku Anderson Heimer! Tidak akan aku ampuni kau barang sedikit saja!"

Bukan, bukan Jhon yang mengucapkannya. Namun, seorang pria bertubuh atletis yang sudah berdiri dibelakang Jhon dengan tatapan tajam mengarah pada dua orang yang sedang berlutut memohon ampun padanya.

Sedangkan di tempat persembunyian, gadis berambut pirang itu melotot tidak percaya. Orang itu, iya orang itu adalah sepupunya sendiri! Ingat sepupunya! Tidak mungkin, batinnya tidak percaya.

"Kami mohon, nak. Kami akan bertanggung jawab atas sem–"

Dor!

Dor!

Dor!

Dor!

Belum sempat pria setengah baya itu menyelesaikan kalimatnya, empat peluru mendarat dipelipisnya membuat tubuh itu ambruk dilantai.

He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang