Dia terlalu 1080P
Buat aku yang 114P.– Natania Iskandar –
•••
Dinzello's Company | Barcelona, Spain 10:50 AM.
Sudah hampir lima puluh menit kegiatan meeting berlangsung. Di meja panjang dan lebar itu diisi oleh beberapa petinggi perusahaan dengan para pemegang saham. Dinzello Groups yang bergerak di bidang properti dan dipimpin langsung oleh Aland sebagai direktur utama perusahaan tersebut.
Natania, si sekretaris itu sedari tadi terus saja menatap Aland yang sedang menjelaskan mengenai bangunan yang akan di bangun seminggu lagi. Pria itu nampak gagah perkasa secara alami dengan mata tajam bak elangnya itu mampu menghunus lawan bicara, rahang kokoh dengan jakun yang naik turun saat Aland berbicara membuat Natania lagi-lagi terpikat. Sungguh karya Tuhan yang tiada duanya.
"Untuk penjelasan selanjutnya, sekretaris saya yang akan melanjutkannya," ujar Aland sambil melirik tajam Natania kemudian duduk dengan angkuhnya di kursi kebesarannya.
"B-baik, pak," jawab Natania gugup. Wanita cantik itu berjalan maju seiring detak jantungnya berdegup kencang saat dirinya berdiri disebelah Aland.
Natania menghembuskan napasnya terlebih dahulu sebelum ia menyalakan tablet digenggamnya. Kemudian mulai menjelaskan. "Seperti yang kita semua ketahui bahwa Dinzello Group akan membangun sekitar 5 gedung apartemen, hotel, restoran dan tempat pembelanjaan yang akan segera terlaksana seminggu lagi. Maka dari itu kita masih memerlukan sekitar 100 pekerja terbaik agar bisq membangun bangunan tersebut."
Natania menjeda kalimatnya sebentar sebelum melanjutkan. "Beberapa pekerja sudah ditemukan sisanya hanya 50 pekerja lainnya. Jika ada tambahan mohon dimasukan agar kami dapat mendata secepatnya. Terima kasih."
"Mr. Dinzello, seperti yang sekretaris anda jelaskan barusan. Menurut saya kita tidak perlu lagi mencari arsitektur yang profesional. Banyak orang yang membutuhkan pekerjaan, jadi kita manfaatkan saja hal itu untuk membangun beberapa gedung," kata salah seorang pria paruh baya seraya menatap wajah Aland.
Aland mengangguk kepalanya. "Saya setuju dengan anda, Mr. Joelson. Dengan begitu kita akan mendata beberapa orang yang bisa bekerjasama dengan Dinzello Groups."
"Dan satu lagi, saya akan memundurkan jadwal pembangunan yang akan segera dibangun dua hari yang lalu. Lebih cepat lebih baik," tambah Aland menatap satu persatu wajah orang-orang di depannya.
Mereka semua mengangguk setuju. Aland hanya menatapnya dengan tatapan datar, setelah itu beberapa orang mulai melontarkan pertanyaan dan pendapat dan tentu saja Aland serahkan semuanya kepada Natania yang akan menjawab, pria itu sangat malas jika terus berlama-lama berbicara seperti ini.
Hampir tiga jam lebih meeting berlangsung. Aland menatap Natania yang sedang mencatat beberapa data penting mengenai permasalahan pembangunan, ia juga melirik sekilas jam tangannya lalu kembali memperhatikan wajah para pemegang saham.
Pria bersetelan jas mahal itu berdiri dari kursi kebesarannya, ia meletakan kedua tangannya di atas meja kaca lalu berbicara seraya menatap datar mereka. "Sampai disini dulu meeting kita, terima kasih sudah hadir saya harap kita semua bisa bekerjasama dengan baik."
Para pemegang saham pun ikut berdiri lalu menatap wajah atasannya. "Terima kasih kembali, Mr. Dinzello karena sudah memberikan kepercayaan kepada kami " ujar salah seorang wanita.
"Selamat siang," kata Aland menutup meeting tersebut.
Natania membereskan beberapa dokumen dan berkas-berkas penting setelah para pemegang saham keluar dari ruang rapat, ekor mata wanita itu sesekali melirik Aland yang sedang duduk menandatangani kontrak kerjasama.
"Tuan?" panggil Jhon yang baru saja masuk kedalam ruangan.
"Kenapa?" tanya Aland tanpa menatap lawan bicara, ia masih fokus dengan kertas dihadapannya.
Jhon melirik sekilas kearah Natania yang sedang membereskan berkas-berkasnya sedari tadi. "Maaf, nona. Bisakah anda keluar? Saya ingin berbicara dengan Mr. Dinzello," kata Jhon.
"Tapi, tuan–"
"Ini penting, nona. Dan kenapa juga anda belum keluar? Bukannya meeting sudah selesai?" potong Jhon menatap tajam Natania.
Rahang Natania mengeras, ia meramas pelan kertas digenggaman sambil menatap nyalang Jhon. Ingin rasanya ia mencekik leher pria itu sekarang. "Baik, tuan." Seraya membenarkan letak berkas-berkas dan berlalu keluar, namun belum sempat mencapai pintu suara Aland terdengar.
"Tunggu sebentar."
Natania berbalik, ia mengigit bibir dalamnya seraya menatap wajah tampan bak malaikat didepannya itu. "Iya, sir? Ada yang bisa saya bantu?"
"Apa jadwalku selanjutnya?" tanya Aland menatap datar wanita itu.
Wanita berambut merah itu menyalakan layar tabletnya, ia menatapnya sebentar lalu mendongak menatap wajah Aland. "Jam tiga sore akan ada pertemuan dengan Mr. Nelson dari Jerman, sir."
"Batalkan," kata Aland.
"Maaf, sir?"
"Aku bilang batalkan. Batalkan pertemuanku dengan Mr. Nelson."
"Maaf kalau saya menyela, tapi apa bisa saya tahu mengapa anda membatalkan pertemuan dengan Mr. Nelson?"
Aland diam sebentar, wajahnya yang sedingin es itu menatap datar wajah sekretarisnya kemudian menjawab, "Aku memiliki urusan penting, maka dari itu batalkan semua jadwalku hari ini."
Natania manggut-manggut tanda mengerti. "Baik, sir. Kalau begitu saya permisi," katanya lalu berbalik dan tidak lupa ia mengunci pintunya sebelum benar-benar keluar dari dalam ruangan.
Jhon menatap pintu yang mulai tertutup itu lalu menatap Aland yang kembali menatap dokumennya. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi Aland sudah terlebih dahulu berbicara.
"Aku tahu, kau tertarik dengannya."
"Maaf, tuan?"
Aland menghentikan gerakan tangannya lalu menatap wajah pria bersetelan jas hitam itu seraya tersenyum miring. "Kau tertarik dengannya, bukan?"
"Tidak sama sekali, tuan. Aku–"
Terdengar suara kekehan kecil dari Aland. "Jhon, Jhon. Dari tatapan mu saja sudah jelas kalau kau tertarik dengannya."
Jhon hanya bisa diam, ia tidak bisa menjawab. Lidahnya seakan tidak bisa bergerak, hal itu membuat Aland menarik sudut bibirnya keatas semakin lebar membentuk seringai miring. Hingga akhirnya suara Aland kembali terdengar
"Ada apa? Apa yang ingin kau sampaikan?" tanya Aland dengan raut wajah yang mulai serius.
"Begini tuan, ada sedikit masalah di dunia hitam. Produk yang anda inginkan sudah jadi sepenuhnya, hari ini produk itu akan dipasarkan dengan harga terjangkau, tuan."
Aland menutup berkas-berkas itu lalu berdiri. "Siapkan perlengkapan, aku akan mengunjungi dunia hitam malam ini."
"Baik, tuan."
Aland melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Langkahnya sempat terhenti lalu berbalik menatap Jhon yang sedang memegang dokumen yang tadi Aland menandatanganinya. "Bagaimana dengan gadisku? Apa dia baik-baik saja?"
"Iya, tuan. Julia sudah melakukan apa yang anda perintahkan. Ia juga menambahkan sedikit obat tidur ke makanan nona Ansley tadi siang agar ia tidak melarikan diri, tuan."
"Bagus, kerja bagus. Katakan kepada Julia agar ia perhatikan semua keperluan gadisku, jika terjadi sesuatu kepadanya maka aku akan memotong kepala wanita itu," ujar Aland seraya menatap tajam orang kepercayaannya itu.
"Baik, tuan. Akan saya sampaikan apa yang anda katakan," jawab Jhon.
Aland kemudian berbalik, ia menarik pintu coklat itu lalu keluar dari ruangan diikuti oleh Jhon di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]
Mystery / ThrillerMy first story ♡ Jantung gadis itu bergemuruh hebat, ia menahan amarahnya agar tidak melunjak. "KAU IBLIS!!" Gelak tawa kesetanan mengelegar mampu membuat Ansley ketakutan setengah mati. "Tapi iblis ini mencintaimu!" *** Ini hanyalah sebuah kisah te...