Posisiku sekarang sulit untuk diceritakan dan rumit untuk dijelaskan.
– Ansley Palevhi –
•••
Dinzello's House | Barcelona, Spain. 22:02 PM.
Malam semakin larut, dingin mulai terasa dengan bunyi dedaunan yang bergesekan diterpa angin. Aland menyangga tangannya dipagar pembatas, ia mendongak keatas menatap sang rembulan yang bersinar di sana.
Pria berkemeja putih itu berbalik lalu berjalan menuju ranjang berukuran king size, duduk dipinggir dengan tangan mengelus pelan kepala gadisnya, Ansley.
"Kapan kau bangun, sayang?" tanya Aland.
Sebenarnya saat Aland membawa Ansley pergi dari gedung terbengkalai itu tujuannya ingin pergi ke arah rumah sakit agar gadisnya mendapatkan perawatan medis, namun ia tidak mau melakukan itu jadinya ia membawa gadisnya menuju rumahnya saja supaya ia dapat mengawasi gadisnya, Ansley.
Hembusan napas terdengar, Aland beranjak berdiri kemudian keluar dari kamarnya. Setelah beberapa menit berlalu, kedua kelopak mata itu perlahan mulai berkedip sedikit demi sedikit menyesuaikan cahaya lampu yang menerobos penglihatannya.
Pelipis Ansley sedikit curam, pemandangan pertama yang ia tangkap adalah langit-langit kamar. Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk sesekali meringis kesakitan dikepalanya.
Ansley bersandar dikepala ranjang, memperhatikan sekeliling ruangan yang sangat dominan dengan warna hitam. Ini dimana? Dan sejak kapan ia disini? Batinnya, terakhir yang gadis itu ingat adalah Aland membawanya masuk kedalam mobil setelah itu semuanya gelap.
Dan siapa juga yang mengganti pakaiannya? Apa pria sinting itu?
Samar-samar alunan suara dari piano terdengar di indra pendengarannya. Lantas hal itu membuatnya sangat penasaran, siapa yang bermain alat musik itu larut malam begini?
Ia turun dari ranjang, tubuhnya ambruk kebawah sebab kakinya belum sembuh dengan baik, namun Ansley masih tetap memaksakan diri untuk berjalan mencari tahu asal suara itu.
Pintu ditarik, Ansley mengintip keluar. Setelah merasa aman ia keluar dari kamar lalu berjalan pergi. Ruangan itu nampak sunyi dan kosong. Hanya ada suara piano yang mengalun merdu ditengah kesunyian yang ada.
Ansley menuruni tangga dengan gerakan pelan sambil menyanga dipagar pembatas. Langkah kakinya terhenti didepan sebuah pintu yang ia yakin bahwa asal suara itu berasal dari dalam.
Tanpa menunggu lama, ia mendorong pelan pintu itu kemudian masuk kedalam tidak lupa ia menutupnya kembali. Ansley memperhatikan penjuru ruangan yang banyak diisi dengan berbagai macam alat musik dari biola, gitar, harpa dan lain-lain.
Langkah kakinya terhenti, ia menatap punggung tegap seorang pria yang sedang duduk dengan memainkan piano dihadapannya.
Alunan musik mengalun merdu dipendengaran Ansley, ia tahu betul jenis soundtrack apa yang pria itu mainkan. Bahkan saking menikmatinya Ansley tidak sadar bahwa musik itu mulai berhenti.
"Kau sudah sehat?"
Pertanyaan dari seseorang membuat Ansley membukakan matanya. Rentina sebiru samudera itu bertubrukan dengan rentina miliknya, keduanya menatap satu sama lain. Hingga akhirnya, Ansley memutuskan pandangannya.
"Apa kakimu sudah tidak sakit lagi?"
Ansley mundur kebelakang. "I-iya," cicitnya.
Sebelah alis Alang terangkat. "Kenapa? Apa kau takut denganku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]
Mystery / ThrillerMy first story ♡ Jantung gadis itu bergemuruh hebat, ia menahan amarahnya agar tidak melunjak. "KAU IBLIS!!" Gelak tawa kesetanan mengelegar mampu membuat Ansley ketakutan setengah mati. "Tapi iblis ini mencintaimu!" *** Ini hanyalah sebuah kisah te...