He Is Psicopath - 43

515 32 1
                                    

Kata orang, tak kenal maka tak sayang.
Tak sayang maka tak cinta.

– He Is Psicopath –

•••

Paseo de Gracia Appartements| Barcelona, Spain. 14:06 PM.

Disebuah kamar apartemen bernuansa abu-abu nan besar dengan televisi berukuran 55 inci, gorden jendela yang sengaja sampirkan menampilkan keindahan kota Barcelona, pendingin ruangan bersuhu rendah dengan bingkai lukisan diatas kepala ranjang tidak lupa dua buah lampu tidur yang menghiasi nakas serta karpet berbulu putih terbentang dibawah ranjang king size.

Diatas ranjang berwarna hitam putih itu terdapat seorang gadis yang masih tertidur pulas, ia masih nyaman menjelajahi alam bawah sadarnya. Beberapa menit berlalu, gadis berambut cokelat panjang itu mengerakkan badannya–menghadap langit-langit ruangan.

Ansley Palevhi namanya, ia menggerjab menyesuaikan cahaya lampu yang mulai terlihat di indra penglihatannya. Pelipisnya berkerut saat menyadari tempat ini benar-benar asing, kepalanya tertoleh ke kiri dan kanan lalu mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dan bersandar dikepala ranjang sambil menggaruk-garuk kepalanya seperti orang linglung.

Dimana aku? Perasaan tempat ini bukan apartemenku, pikir Ansley dalam hati.

Pupil matanya melebar, jangan-jangan ia diculik oleh para bandit yang bertemu dengannya di hutan, mungkin. Lantas dirinya bergegas menaikkan selimut yang masih membungkusi setengah badan. Ia bernapas lega, syukurlah pakaiannya masih sama seperti yang ia kenakan, dress putih bergambar bunga mawar merah.

Ansley menoleh kearah pintu saat terdengar seperti suara handel pintu terbuka seiring masuknya seorang pria berkaos oblong putih dengan celana jeans warna hitam gesekkan antara sendal yang pria itu kenakan dengan lantai terdengar saat ia berjalan menuju ranjang–tempat Ansley berada.

Pria itu menatap datar penampilan Ansley yang sekarang bisa dikatakan .... berantakan. Pakaian kusut, wajahnya terlihat pucat dan rambutnya berantakan bak singa yang baru bangun tidur.

Sedangkan Ansley juga balik menatap pria disampingnya itu dengan kening berkerut lantaran binggung siapa gerangan pria tampan ini? Apa ia adalah penculik? Ah tidak-tidak, mana mungkin penculik, wajah tampan titisan malaikat itu tidak cocok untuk dikatakan penculik.

Hening, dua-duanya masih belum mau memulai dialog. Mereka terlalu larut dengan menatap wajah satu sama lain.

Akhirnya Ansley yang terlebih dahulu memutuskan kontak mata dengan pria itu. Ia menatap ke depan, jantungnya berdegup kencang saat rasa gugup menyerang dirinya. Sialan, pria ini benar-benar tampan membuatku ingin berteriak saking gemasnya, batin Ansley memuji.

Rentina coklat gelap, badan berotot dengan jambang halus disekitar rahang tegasnya, apalagi bibir tebalnya itu membuat ia rasanya ingin me–tidak! Ansley menggeleng kepalanya, ia menepis semua pikiran kotor di otaknya.

Ansley berdehem dan kembali menoleh kearah samping, menatap sang pria yang masih saja memperhatikannya. Tolong jangan tatap aku seperti itu, runtuk Ansley dalam hati.

"Apa kau yang membawaku kesini, tuan?" Ansley melontarkan pertanyaan.

Pria itu mulai menggerjab sambil mengendur ekspresi wajahnya, tatapannya kini terlihat sayu. "Ya," jawabnya singkat dan meletakan nampan berisi sepiring makanan dan segelas air putih diatas meja. "Aku yang menolongmu di pinggir hutan xxxx, saat itu kau terlihat kesakitan dan meminta bantuan ku untuk menurunkanmu di kota," sambungnya.

He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang