Kau tidak akan pernah bisa lari lagi dariku, sweetie.
– Alanddz –
•••
Dinzello's House | Barcelona, Spain. 06:00 AM.
Sinar mentari sudah menyinari permukaan bumi, kicauan burung disangkar bersahutan. Di sebuah rumah bergaya luxury nampak aktifitas pelayan kesana kemari. Ada yang mulai membersihkan lantai, kebun ataupun memasak.
Ansley mengeliak dalam tidurnya. Matanya mulai terbuka, kemudian mengubah posisinya menjadi duduk. Ia mengaruk kepalanya seraya celingak-celinguk kesana kemari. Ah, ia baru ingat dirinya masih berada satu atap dengan Aland.
Gadis itu menguap sebentar sebelum turun dari ranjang lalu menuju ke arah jendela dan membukakan gorden agar cahaya matahari bisa masuk kedalam kamar. Tangannya diletakkan di atas pagar pembatas balkon, pandangannya mengarah kebawah memperhatikan aktivitas para pelayan yang sedang membersihkan halaman.
Ia berbalik menuju toilet untuk sekedar membasuh wajahnya dan keluar dari kamar. Langkahnya sempat terhenti, menengok ke arah pintu didepannya itu. Ansley mengedikan bahunya lalu kembali berjalan menuruni tangga menuju lantai satu.
Gadis berambut coklat tua itu berbelok memasuki area dapur. Nampak jelas beberapa pelayan sedang memasak disana.
"Maaf, nona?"
Pandangan Ansley mengarah pada seorang pelayan yang barusan menegurnya.
"Apa anda menginginkan sesuatu?" tanya pelayan tersebut.
"Ah, tidak. Aku ingin membantu kalian," jawabnya tersenyum ramah lalu melangkahkan kakinya menuju meja pantri.
"Jangan, nona."
"Apa maksudmu? Aku akan membantu–"
"Maaf, nona. Anda dilarang untuk menyentuh barang-barang dapur. Kami bisa dimarahi oleh tuan besar jika beliau sampai tahu," potong Julia yang baru saja datang.
Pelipis Ansley sedikit berkerut samar. "Tuan besar?"
Julia mengangguk. "Iya, nona. Lebih tepatnya Mr. Dinzello."
"Memangnya kenapa kalau aku menyentuh sayuran-sayuran ini?" tanya Ansley, tangannya mengambil wortel yang sudah dicuci dan memotongnya. "Tidak masalah, bukan? Tenang saja Aland tidak akan tahu kalau aku membantu kalian."
Para pelayan itu hanya menunduk kepala, mereka sangat takut jika Aland tiba-tiba datang kemari dan memarahi mereka.
"Cepat kembali bekerja," kata Ansley.
"Tapi nona–"
"Cepat lakukan atau aku–"
"I-iya nona," sahut mereka kembali bekerja.
Ansley tersenyum menang, ia hanya menggertak mereka saja tapi kenapa raut wajah mereka seperti ketakutan. Sudahlah dari pada membuang-buang waktu lebih baik ia memasak saja.
"ANSLEY!!"
Ansley tersentak ketika mendengar seseorang memanggil namanya cukup kencang hingga membuat jari telunjuknya sedikit teriris pisau.
"Awww," ringis Ansley, darah dari telunjuknya mulai keluar.
Aland, pria berpakaian kantor itu menatap tajam satu persatu wajah para pelayannya. Ia melangkahkan kakinya menuju Ansley lalu dengan kasar ia menarik pergelangan tangan gadisnya dan langsung menghisap darah yang keluar dari telunjuk Ansley.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]
Mystery / ThrillerMy first story ♡ Jantung gadis itu bergemuruh hebat, ia menahan amarahnya agar tidak melunjak. "KAU IBLIS!!" Gelak tawa kesetanan mengelegar mampu membuat Ansley ketakutan setengah mati. "Tapi iblis ini mencintaimu!" *** Ini hanyalah sebuah kisah te...