He Is Psicopath - 50

518 35 1
                                    

Jauh dalam ruang rindu.
Karena yang ku rindu hanya dirimu.

He Is Psicopath –

•••

Pradista's House | Barcelona, Spain. 07:40 AM.

Kunci diputar, pintu kamar mandi ditarik lalu keluarlah seorang gadis mengenakan bathrobe dengan handuk putih melilit kepalanya. Ansley mengambil pakaian diatas kasur dan segera memakainya.

Setelah selesai, Ansley mendaratkan bokongnya dikursi rias. Dibukanya lilitan handuk dikepala dan menyalakan hair dryer lalu mengeringkan rambutnya. Selanjutnya menyisirnya sampai rapi, tidak lupa memoles wajahnya dengan fondation, lipgloss, dan maskara agar bulu matanya semakin lentik.

Ansley melihat pantulan dirinya dicermin, blouse putih dilengkapi rompi warna ungu muda diserasikan dengan celana kain dan sneaker pemberian Kendrick kemarin. Outfit berwarna putih yang terkesan fashionable sangat pas untuknya. Dista benar-benar pintar dalam memilih pakaian.

Gadis cantik nan manis itu keluar dari kamar lalu menuju kearah dapur. Sudah ada Dista yang sedang duduk dikursi makan dengan dua piring nasi goreng diatas meja.

Bunyi kursi ditarik, bokongnya didaratkan lalu menatap wajah Dista. "Kau tahu saja kalau aku ingin memakan nasi goreng. Sudah lama sekali aku tidak memakannya," ujar Ansley, memberitahu.

Dista hanya tersenyum menanggapi, lalu segera memakan sepiring nasi goreng buatannya dengan Ansley yang juga ikut makan. Keadaan hening, keduanya sibuk memakan makanan yang sudah disediakan.

"Kau ingin bekerja atau kembali ke apartemenmu untuk mengurusi kunci dan kartumu yang hilang?" Dista bertanya.

"Aku pulang saja agar lebih cepat mengurus apartemenku. Jangan lupa memberiku izin tidak masuk kerja hari ini," jawab Ansley.

Dista manggut-manggut tanda mengerti.

Ansley dan Dista selesai makan. Kini keduanya sudah berada diarea bagasi mobil, lalu masuk kedalam. Mobil yang dikendarai oleh Dista mulai keluar dari halaman rumahnya.

Dista fokus menyetir, ia membelokkan mobilnya ke kiri. Sementara Ansley melihat keluar jendela, memerhatikan aktivitas penduduk Barcelona pagi ini. Cuaca sangat cerah membuat mereka bersemangat.

Butuh waktu empat puluh menit sampai di bangunan tinggi sebuah apartemen. Mobil yang dikendarai oleh Dista menepi dipinggir jalan.

"Kau yakin akan turun di sini?" tanya Dista menyakinkan.

"Ya," jawab Ansley, melepaskan seltbelt-nya dan keluar dari mobil.

"Baiklah kalau begitu. Kalau kau ingin sesuatu beritahu saja aku. Kau ingat nomor ponselku, kan?"

Anggukan kepala dari Ansley, Dista dapatkan.

"Apa kau mempunyai uang? Maksudku hanya untuk berjaga-jaga saja." Dista kembali melontarkan pertanyaan.

Ansley menyengir kuda lalu menggeleng. "Tidak."

Dista menghela napasnya, lantas ia mengambil dompet Premium berbahan kulit embos dari shoulder bags-nya. Ia mengeluarkan beberapa lembar euro dan memberikannya pada Ansley.

"Gunakan uang itu sebaik mungkin! Kau bisa menelpon ku dengan telepon umum. Aku pergi dulu, see you!"

Ansley memandangi mobil Dista yang perlahan mulai melaju pergi sampai hilang dibalik persimpangan. Ia menunduk, menatap beberapa lembar uang berjumlah 0.03016 EURO (Rp.500.000) Ah, sahabatnya itu terlalu baik, Ansley merasa bersalah karena berbohong padanya.

He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang