Bohong itu hak kamu, tugasku hanya berpura-pura tak tahu.
– He Is Psicopath –
•••
Pradista's House | Barcelona, Spain. 19:30 PM.
Mobil yang dikendarai oleh Dista mulai berbelok memasuki pekarangan kompleks perumahan elit. Bangunan rumah besar nan megah berjejer rapi, pintu rumah-rumah itu tertutup hanya terlihat satpam di pos jaga saja.
Dista menyembunyikan klakson mobil saat tiba didepan gerbang sebuah rumah bertingkat tiga. Tidak lama kemudian, seorang satpam datang untuk membukakan gerbang agar mobil mewah milik Dista bisa masuk.
Empat roda mobil itu berhenti berputar setelah tiba di area garasi. Mesin dimatikan, Dista mencabut kunci mobilnya lalu melepaskan sabuk pengaman dengan Ansley yang mulai ikut melepaskan sabuk pengamannya kemudian mereka berdua keluar dari kabin mobil, berjalan beriringan menuju pintu rumah.
"Kau masih tinggal sendirian disini?" tanya Ansley, menoleh kearah sahabatnya itu setelah tiba diruang tamu.
"Ya, kau tahu sendiri kalau kedua orang tuaku sudah meninggal. Aku tidak punya keluarga yang tinggal bersamaku disini," jelas Dista. Pikirannya tertuju pada kedua orang tuanya yang sudah lama meninggal dunia akibat suatu tragedi yang membuat Dista depresi kala itu.
Dista tersentak saat seseorang menyentuh pundaknya dan mengelusnya pelan. Ia tersenyum miris melihat Ansley yang sedang tersenyum menenangkan. Ansley sudah mendengar cerita tentang meninggalnya kedua orang tua Dista, gadis itu yang memberitahukannya sendiri.
Ayah dan ibu Dista mengalami kecelakaan pesawat saat hendak terbang menuju Singapura, begitu kata Dista waktu itu.
"Jangan bersedih, kau bisa menganggap ku sebagai keluargamu, Dista," kata Ansley.
"Terima kasih," ujar Dista balas tersenyum.
Mereka berdua berjalan menuju dapur, Ansley duduk dikursi sedangkan Dista berjalan menuju lemari pendingin.
"Ada apa?" Ansley melontarkan pertanyaan ketika mendengar suara hembusan napas panjang dari Dista.
Dista menoleh kebelakang, menatap sosok gadis yang duduk disamping working table. "Bahan-bahan makanan di kulkas sudah habis," beritahunya lalu berjalan menuju Ansley berada. Ia mengambil kunci mobil Daan dompetnya diatas meja lalu kembali berujar, "Kau tunggulah sebentar disini, aku ingin berbelanja bahan makanan untuk makan malam." Dista melengos pergi.
"Tunggu!" Langkah Dista terhenti saat suara Ansley terdengar. "Aku akan ikut denganmu," sambungnya berjalan menuju Dista.
Dista berbalik, ia lalu menggeleng kepalanya. "Tidak, kau tetap saja disini. Aku pergi hanya sebentar, kau tidak perlu ikut, Ansley. Jika kau bosan berdiam diri saja, kau bisa melihat-lihat rumahku. Anggap saja rumahmu sendiri," katanya, ada jeda sebelum gadis itu melanjutkan, "Aku pergi dulu, jaga rumahku. Bye!" Dista benar-benar melengos pergi meninggalkan Ansley sendirian di rumah besar dan kosong ini.
Ansley menarik dalam napasnya, ia menatap sekeliling ruangan yang begitu sunyi, tidak ada orang selain dirinya. Lantas dirinya berjalan melihat-lihat isi rumah Dista.
Gadis itu menaiki tangga menuju lantai dua, sebenarnya ia sudah pernah datang ke rumah ini beberapa minggu lalu. Tapi untuk sekedar berkeliling, ia tidak pernah.
Pandangannya mengedar sekeliling ruangan. Ini adalah ruang keluarga yang memang berada di lantai dua. Lukisan-lukisan harga selangit terpampang didinding, bingkai foto keluarga juga ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]
Mystery / ThrillerMy first story ♡ Jantung gadis itu bergemuruh hebat, ia menahan amarahnya agar tidak melunjak. "KAU IBLIS!!" Gelak tawa kesetanan mengelegar mampu membuat Ansley ketakutan setengah mati. "Tapi iblis ini mencintaimu!" *** Ini hanyalah sebuah kisah te...