NOTE : BAB REVISI
"Carlos!"
Suara seseorang terdengar, Carlos yang ingin melayangkan pukulannya terpaksa harus berhenti. Ia menoleh ke belakang, menatap seorang wanita menggunakan topeng penyamaran dengan dua pengawal pribadi mengekorinya memasuki ruangan.
"Sudah aku bilang, kan? Jangan memukulnya! Tunggu aku datang barulah melakukan apa yang kau inginkan," kata wanita itu, menatap tajam Carlos.
Carlos menghela napasnya, ia melepaskan tongkatnya lalu menunduk sedikit. "Maaf, nona. Tapi aku sudah tidak tahan melihat wajahnya. Rasanya aku ingin menghabisinya sekarang."
Wanita itu terkekeh kecil, ia melirik sekilas Ansley yang sedang menundukkan kepalanya. "Kau sudah memberinya makan?"
"Belum, nona."
Wanita itu menoleh kearah pengawal pribadinya. "Kalian berdua pergi dan cari makanan agar gadis itu makan, sekarang."
"Siap, nona," sahut mereka kemudian berlalu pergi.
Wanita itu menyeret bangku lalu mendaratkan bokongnya seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Sorot matanya memperhatikan Ansley yang masih saja menunduk kepalanya.
"Kenapa dia?" tanya wanita itu, pasalnya Ansley masih terus dengan posisinya.
"Dia tadi pingsan, nona."
Wanita itu berdecih sinis. "Lemah!"
Pintu didorong seiring masuknya dua pengawal tadi dengan menenteng dua plastik berisi makanan.
"Carlos, bangunkan gadis itu!" perintah wanita bertopeng itu.
Carlos hanya mengangguk seiring berjalan mengambil seember air yang memang sudah disiapkan sebelumnya lalu pergi menuju tempat Ansley berada.
Byur!!
Air sedingin es itu mengenai Ansley, ia serempak terbangun lalu terbatuk, napasnya memburu berusaha menghirup udara disekitarnya. Tubuhnya sudah basah kuyup dan mulai mengigil kedinginan.
Bunyi ember diletakan, Carlos mundur dan berdiri dibelakang Ansley lalu menunggu sampai wanita itu kembali memerintahkannya lagi.
"Letakan makanan itu di situ!" perintah wanita itu seraya menunjuk lantai didepannya. Dua pengawal itu dengan cepat melakukan apa yang diperintahkan.
"Sebelum itu lepaskan ikatannya!"
Carlos melepaskan tali yang melilit tubuh Ansley, pria itu mendorong kuat Ansley hingga membuatnya jatuh tersungkur ke depan dengan lutut membentur keras di keramik itu.
Wanita itu memandang rendah Ansley lantas dirinya berdiri lalu berjalan dengan angkuhnya menuju Ansley. Ia berjongkok, mencengkram erat rahang Ansley membuat gadis itu meringis pedih.
"Kau harus makan! Jika tidak maka aku akan membunuhmu!!" ancamnya seiring menghempaskan kepala Ansley kesamping. Tangan wanita itu mengambil sebuah botol mineral dan menangkan air itu ke atas makanan di hadapannya.
"J-jangan!" lirih Ansley.
"Makan sampai habis!" lontar wanita itu lalu berdiri dan duduk kembali.
Air mata Ansley mengalir, pusing dikepala ditambah sakit yang menjalar ditubuhnya membuat gadis itu tidak berdaya. Menyentuh bekas lukanya saja sudah sakit setengah mati.
Ia menatap wajah yang tertutup topeng itu, mau tidak mau Ansley harus makan makanan yang sudah bercampur dengan air. Tangannya yang gementar mulai memasukan sejumput masuk kedalam mulutnya, mengunyahnya perlahan, ini sungguh tidak enak.
"Jika kau memuntahkan makananmu kembali, maka kau harus tanggung akibatnya!"
Suapan demi suapan terus saja masuk kedalam mulutnya, nasi basi bercampur air berpadu menjadi satu.
Kata kesetanan terdengar, wanita itu menoleh ke arah sudut ruangan, memperlihatkan sebuah kamera yang sedang merekam semua kejadian itu. Pandangannya tidak sengaja mengarah pada beberapa barang yang sudah tidak terpakai lagi. Seringai licik mulai tercetak di bibirnya saat beberapa ekor kecoak berkeliaran.
Ia berdiri, lalu menuju ketempat hewan berkaki empat itu dan tanpa jijik sedikitpun ia mengambilnya kemudian berjalan ketempat Ansley berada.
"Ti-tidak! Singkirkan!" kata Ansley saat beberapa ekor kecoak berjatuhan di atas makanannya lantas hal itu membuat Ansley memundurkan badannya.
"Siapa yang menyuruhmu untuk mundur?"
"Aaaghhh, lepas!!" teriak Ansley saat rambutnya di tarik dengan paksa membuat dirinya ikut berdiri.
"Kau, gadis jalang!" desisnya, mendorong Ansley kebawah. "Carlos, ikat dia kembali!"
"Baik, nona." Carlos dengan cekatan mulai menundukkan Ansley di bangku. "Berhenti!" katanya saat Ansley berontak.
Namun, tetap saja gadis itu masih berusaha untuk terlepas. "Lepaskan aku!!"
Prak!
Tamparan keras mendarat tepat di pipi Ansley. Lagi, Carlos menampar pipi sebelahnya. Ia lalu menjauh saat tubuh Ansley sudah terikat.
"Lihat dirinya, sungguh miris," cemoohan terdengar dari wanita itu, ia berjalan dengan membawa tongkat bisball.
"Kau mau tahu aku siapa?"
Ansley diam, ia menatap wanita itu. Tidak mengeluarkan suaranya. Perlahan, pupil matanya melebar saat penyamarannya terlepas. Wanita itu, iya wanita yang kenali. Tapi bagaimana bisa? Dan untuk apa ia menculik Ansley?
"Kenapa? Kau terkejut?" Wanita itu melempar sembarangan topengnya seiring tertawa kesetanan. Kemudian ia memutari kursi yang diduduki oleh Ansley.
Ansley sedikit meringis saat wanita itu menarik kasar rambutnya. "Kau mau tahu apa kesalahan yang kau lakukan sampai membuat mu disekap seperti ini?"
Air mata Ansley mengalir, ia megepal kuat tangannya, tidak memperdulikan darah yang mulai mengalir akibat kukunya. Kepalanya tertoleh kesamping ketika wanita itu melepaskan cekalannya.
"Tapi sebelum itu aku ingin memperkenalkan namaku terlebih dahulu," ujarnya tersenyum lebar.
"Kau bisa memanggilku dengan sebutan," ia menggantung kalimatnya, lalu membisikan sesuatu.
"Drizella."
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]
Mystery / ThrillerMy first story ♡ Jantung gadis itu bergemuruh hebat, ia menahan amarahnya agar tidak melunjak. "KAU IBLIS!!" Gelak tawa kesetanan mengelegar mampu membuat Ansley ketakutan setengah mati. "Tapi iblis ini mencintaimu!" *** Ini hanyalah sebuah kisah te...