Pembunuhan sudah semakin lumrah ditengah masyarakat yang hidup berdampingan dengan aparat keamanan negara.
Maka dari itu, berhati-hatilah!
•••
Pintu apartemen ditutup, Ansley melangkahkan kaki menuju kamar tidurnya. Masuk lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang, menatap langit-langit ruangan sejenak sebelum mengubah posisinya menjadi duduk dan mengambil undangan dari dalam tasnya.
Acara pernikahan Sherlyn dan Marco akan dilangsungkan dua minggu lagi. Ansley sempat berpikir, apa ia datang saja atau tidak? Mengingat bahwa harus membawa pasangan sesuai permintaan Sherlyn tadi siang membuat Ansley sedikit ragu. Ansley tidak ada pasangan, jika ia mengajak Pradista akan sangat tidak mungkin, sebab sahabatnya itu sangat malas untuk datang ke pesta pernikahan seperti ini. Ah, sudahlah mungkin Ansley akan membujuk Devix untuk menemaninya nanti. Yah, semoga saja pria itu tidak sibuk dengan pekerjaannya.
Ansley mengubah posisinya menjadi duduk. Ia melepaskan sepatu dan juga kaos kakinya lalu turun dari ranjang. Berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Pintu kamar mandi ditutup, terdengar shower dinyalakan. Gemericik air berbunyi, nampaknya gadis itu sedang mandi sekarang.
Lima belas menit kemudian, terdengar suara kunci diputar dan pintu kamar mandi ditarik. Ansley melangkahkan kakinya keluar—mengenakan bathrobe dengan handuk putih melilit rambut panjangnya yang basah.
Gadis itu mendaratkan bokongnya di kursi rias, melepaslan lilitan handuk dikepalanya dan mengambil hair dryer lalu mengeringkan rambutnya. Sesudah rambutnya kering, Ansley menyisirnya sebentar sebelum beranjak derdiri—berjalan menuju lemari pakaian.
Mengambil sepasang pakaian pajama bermotif kepala Teddy bear, kemudian menuju kamar mandi untuk mengenakannya.
Ansley keluar dari kamar setelah selesai berpenampilan. Gadis berambut panjang yang sengaja digulung asal keatas itu menuju dapur, ia akan memasak sekarang. Sempat tadi sebelum pulang, Pradista menawarkan Ansley mampir sebentar ke restoran untuk sekedar makan malam, tetapi Ansley menolak dengan alasan stok makanannya masih banyak di apartemen. Alkisah, Pradista hanya mengiyakannya saja.
Kran wastafel dinyalakan, Ansley mencuci beras sebentar sebelum mematikan kran dan berjalan menuju pemasak nasi. Menekan tombol merah di rice cooker dan membiarkannya begitu saja sampai matang.
Lemari pendingin dibuka, Ansley mengambil beberapa potongan daging ayam fillet mentah, merendamnya sebentar di wadah yang berisi air. Setelah es sudah mencair, Ansley membuang air itu lalu meletakan wadah berisi potongan daging ayam tersebut di atas working tablet. Membumbuinya dengan satu sendok makan kecap asin, sejumput merica bubuk dan kaldu jamur dan membalurinya dengan tepung maizena, lalu mendiamkannya selama kurang lebih lima belas menit.
Ansley mengambil beberapa bahan-bahan masakan yang akan ia masak nanti. Mengambil pisau dari knife lalu mengiris 100 gram jamur kancing, satu buah cabai merah, lima buah cabai rawit, empat siung bawang putih, dan satu buah bawang bombai.
Stove dinyalakan, wajan bersisi minyak sayur diletakan diatas kompor yang menyala. Mengambil wadah yang berisi ayam fillet tadi, lalu menggoreng satu persatu potongan daging ayam yang sudah dilumuri bumbu. Ansley menggorengnya hingga berwarna kuning keemasan, kemudian menirisnya.
Selanjutnya, Ansley memanaskan minyak samin, lalu menumis irisan bawang bombai dan bawang putih hingga garing, setelah itu ia memasukkan jamur tumis dan mengaduknya sebentar sebelum memasukkan lagi satu sendok saos sambal, tiram, dan saos tomat. Ansley juga menambahkan potongan cabai besar dan rawit. Menumisnya hingga semua bahan tercampur rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]
Mystery / ThrillerMy first story ♡ Jantung gadis itu bergemuruh hebat, ia menahan amarahnya agar tidak melunjak. "KAU IBLIS!!" Gelak tawa kesetanan mengelegar mampu membuat Ansley ketakutan setengah mati. "Tapi iblis ini mencintaimu!" *** Ini hanyalah sebuah kisah te...