“Tetap positif thinking, meskipun endingnya bakalan di ghosting.”
– He Is Psicopath –
•••
Dinzello's House | Barcelona, Spain. 13:00 PM.
Ansley terus saja melangkahkan kakinya berjalan ke seluruh penjuru ruangan, ia nampak begitu bosan dengan suasana di dalam kamar yang kini terlihat begitu sunyi senyap. Ansley berjalan menuju balkon, gadis itu membukakan pintu kaca dan langsung disambut dengan semelirik angin berhembus pelan menerpa wajah cantiknya membuat beberapa helai rambut Ansley berterbangan kebelakang.
Gadis berambut coklat itu menghirup udara seraya menutup kedua matanya. Ah, ia sangat menyukai suasana seperti ini. Ansley meletakkan kedua tangannya di pagar pembatas balkon, pandangannya mengarah ke depan menatap takjub lapangan hijau didepannya. Terdapat semacam taman bunga di sebelah kanan ditambah lagi dengan kolam buatan ditengah-tengah taman tersebut. Tapi yang membuat dirinya bergidik ngeri adalah; tembok-tembok menjulang tinggi yang berdiri kokoh di depannya sana.
"Astaga, bagaimana caranya aku bisa kabur jika tembok-tembok tinggi itu tidak bisa aku lompati," kata Ansley menggeleng kepalanya pelan. Ah, tidak ia tidak boleh menyerah. Ansley mengarahkan kembali pandangannya ke sekeliling tapi percuma saja dirinya tidak menemukan satupun jalan keluar.
Hingga akhirnya terdengar pintu diketuk membuat Ansley berbalik lalu berjalan menuju pintu keluar dan membukakannya. "Ada apa?" tanya Ansley pada pelayan perempuan yang sedang menunduk kepalanya.
"Maaf menganggu mu, nona. Begini, makan siang sudah siap," lapornya.
Mengangguk mengiyakan, Ansley kembali berkata, "Aku akan pergi, terimakasih sudah memberitahuku."
Senyum pelayan itu sedikit terukir. "Sama-sama, nona. Kalau begitu saya permisi."
Setelah melihat pelayan itu sudah tidak terlihat lagi, Ansley bergegas menutup pintunya lalu berjalan menuju depan cermin, ia sedikit membenarkan penampilannya sebelum benar-benar pergi menuju ruang makan.
***
Ansley mengunyah makanan terakhir, setelah itu meneguk air putihnya hingga tandas. Tidak lama kemudian salah satu pelayan perempuan datang menghampirinya bermaksud untuk membersihkan sisa-sisa piring kotor diatas meja.
"Terimakasih, maaf merepotkan mu," kata Ansley tersenyum kikuk.
"Tidak masalah, nona. Ini sudah menjadi kewajiban saya sebagai pelayan di rumah ini," jawabnya kemudian berlalu pergi, namun suara Ansley menghentikan langkahnya. Segera pelayan itu berbalik lalu bertanya, "Ada apa, nona? Apa anda memerlukan sesuatu?"
"Hmm, begini. Aku sangat bosan sekarang. Apa kau memiliki tempat yang menurutmu menghilangkan kebosanan?"
Pelayan itu terdiam sebentar, nampak ia berpikir sebelum tersenyum penuh arti. "Saya tahu tempat yang tepat untuk anda. Tunggu sebentar, nona. Saya segera kembali." Tanpa aba-aba pelayan itu langsung bergegas menuju dapur kemudian kembali lagi.
"Ayo, nona. Saya akan menunjukkan tempatnya," kata pelayan itu membuat Ansley mengangguk lalu berjalan mengikutinya dari belakang.
Ansley berdecak kagum, sungguh indah sekali arsitektur bangunan rumah ini yang berwarna serba hitam. Bahkan begitu besar sampai-sampai Ansley tidak bisa mendeskripsikannya. Nuansa yang begitu klasik dengan lampu gantung besar di atas langit-langit ruangan. Lantainya begitu bersih hingga mampu membuat Ansley dapat menatap pantulan dirinya sendiri. Benar-benar aestetik sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]
Mystery / ThrillerMy first story ♡ Jantung gadis itu bergemuruh hebat, ia menahan amarahnya agar tidak melunjak. "KAU IBLIS!!" Gelak tawa kesetanan mengelegar mampu membuat Ansley ketakutan setengah mati. "Tapi iblis ini mencintaimu!" *** Ini hanyalah sebuah kisah te...