Di sebuah ruangan dengan penerangan lampu 5 watt terdapat seorang gadis dengan keadaan penuh sayatan di sekujur tubuhnya. Gadis itu adalah Ansley, ia perlahan mengerjab matanya beberapa kali seiring mengangkat kepalanya menghadap ke depan, pusing menjalar di kepalanya, pandangannya sedikit memburam.
Pupil mata Ansley melebar saat tahu dirinya tengah duduk dikursi dengan tubuhnya sudah diikat dengan tali lalu darah-darah kering ditubuhnya. Ini dimana? tanyanya dalam hati. Terakhir yang ia ingat adalah kejadian kemarin, kejadian dimana ia diculik.
"Kau sudah sadar, nona?" tanya seorang pria berbaju hitam.
Pelipis Ansley curam, pusing masih ia rasakan seraya menatap penjuru ruangan yang nampak tamaran. "S-siapa?"
Pria itu tidak mengubris, ia menatap wajah lebam Ansley dengan menyeringai licik. Ia lalu berdiri, berjalan menuju tempat Ansley berada seiring memainkan tingkat bisball ditangannya.
"M-mau apa kau?" tanya Ansley pelan, sungguh sekujur tubuhnya terasa mati rasa sekarang.
"Mau apa katamu?" ulang pria asing itu, ia sedikit menungging lalu mengelus pelan pipi Ansley. "Dirimu. Aku mau dirimu," sambungnya.
"S-s-siapa kamu sebenarnya?" tanya Ansley lagi, pandangannya mulai buram.
"Aku? Kau tidak perlu tahu, Sayang." Pria itu menghirup rakus oksigen disekitar ceruk leher Ansley.
"Menjauh!" perintah Ansley, ia merasa geli disekitar lehernya.
"Baiklah."
Pria asing itu menenggakan tubuhnya, ia mundur perlahan, menatap sebentar wajah pucat Ansley. "Kau mau tahu kenapa kau berada disini?"
Ansley menggeleng kepalanya pelan.
"Itu karena kau membuatku kurang senang melihatmu dengan orang lain!"
"Apa maksudnya? Aku tidak paham sama sekali."
"Kau tidak paham? Baiklah," sahutnya lalu menjulurkan tangannya. "Perkenalkan namaku, Carlos." Ia sedikit terkekeh, lantas kembali menarik tangannya. "Ah, aku baru ingat bahwa kedua tanganmu sedang diikat."
Pelipis Ansley berkerut, ia seperti familiar dengan nama ini. "Carlos?" ulang Ansley.
Pria yang bernama Carlos itu mengangguk cepat. "Iya, kau tidak mengingatku? Teman kerjamu, Ansley."
Ansley diam, ia masih berusaha untuk mengingat kembali orang di depannya itu. "Kau yang biasa membantuku?"
"Benar," Carlos menarik salah satu bangku, ia duduk di depan Ansley dan meletakan tingkat bisball itu dilantai.
"Kenapa kau menculik ku, Carlos?"
"Mau tahu alasannya?"
Ansley mengangguk lagi.
"Kau, kau sudah membuatku cemburu! Kau dekat dengan pria gila itu, kalian menghabiskan waktu bersama!"
"Devix maksudmu?"
"Ya, dan kau akan merasakan apa yang aku rasakan. Ansley!" Carlos berdiri, tidak lupa ia menendang bangku yang ia duduki tadi membuat benda itu terhempas kebelakang. Tidak lupa ia mengambil kembali tongkatnya.
"Kau harus tahu setiap rasa sakit yang aku rasakan selama ini!"
"J-jangan! Jangan lakukan itu, Carlos," pinta Ansley saat Carlos sudah bersiap-siap untuk melayangkan pukulannya.
"Maaf, Ansley," sahut Carlos dengan tatapan bersalahnya, tapi hanya sesaat ia tersenyum bagaikan iblis.
Buk!
Satu pukulan mendarat tepat di punggung gadis itu. Ansley berteriak, panas bercampur sakit menjalar di tubuhnya.
Lagi, ia memukul Ansley bertubi-tubi sampai tubuh gadis itu sudah biru kemerahan, jeritan kesakitan memenuhi gudang kosong itu. Tangisan, jeritan pilu bercampur menjadi satu.
Carlos tertawa lepas, ia menyukai jika Ansley seperti ini. Ia merasa sensasi nikmat melihat Ansley mengeluarkan air matanya. Penantian yang ia nanti-nantikan sudah terpenuhi sekarang.
"Hentikan, Cal–aagghhkkk!!!" Jerit Ansley. Badannya sudah bengkak semua. Pria itu memukulnya dengan sekuat tenaga tanpa memperdulikan Ansley yang sudah sakit setengah mati.
Pukulan mulai berhenti, napas Carlos terengah-engah. Ia menyeringai bengis seraya mundur kebelakang, memperhatikan kondisi Ansley saat ini, gadis yang ia sukai itu sudah lemas dengan darah yang keluar dari punggung kakinya.
Ansley menangis pilu, ia menatap sendu wajah Carlos. "A-aku mohon jangan lakukan itu lagi. Sungguh, aku tidak tahu kalau kau menyukaiku, maaf."
Raut wajah Carlos menjadi kusut, ia balas menatap wajah Ansley dengan tatapan bersalah. Ia tidak mengeluarkan suaranya, tangannya mulai mengeratkan genggaman tongkat bisball nya.
"Carlos!"
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]
Mystery / ThrillerMy first story ♡ Jantung gadis itu bergemuruh hebat, ia menahan amarahnya agar tidak melunjak. "KAU IBLIS!!" Gelak tawa kesetanan mengelegar mampu membuat Ansley ketakutan setengah mati. "Tapi iblis ini mencintaimu!" *** Ini hanyalah sebuah kisah te...