Sahabat bukan mereka yang ada ketika butuh, namun mereka yang ada saat dunia menjauh.
•••
Rossè de Café | Barcelona, Spain. 09:23 PM.
Ansley menutup pintu ruang kerja bosnya, berjalan menuju tangga dan menuruninya. Suasana kafe masih saja ramai pengunjung membuat para barista semakin sibuk melayani pelanggan yang berdatangan.
Gadis berbaju putih dengan rok diatas lutut dan sepatu sneaker putih polos itu menarik dalam-dalam napasnya lalu hembuskan perlahan, ia akan memulai bekerja sekarang. Lantas dirinya segera menuju dapur tempat para pelayan sibuk membuat segela jenis pesanan.
Bokongnya didaratkan dikursi yang disediakan samping meja pantri, Ansley memerhatikan teman-teman kerjanya yang sibuk lalu-lalang, pergi dan datang. Sepertinya ia tidak ada yang harus dikerjakan, dilihat saja mereka sudah memiliki tugas masing-masing.
"Eh, Ansley. Apa kabar? Sudah lama sekali aku tidak melihatmu bekerja."
Kepala Ansley tertoleh kesamping, menatap sosok pria yang tadi berbicara padanya. Pria itu juga yang sempat menanyakan keadaan Ansley setelah kepergian Dista yang menganggapnya hantu tidak kasat mata.
"Kabarku sangat baik, Marco," jawab Ansley tersenyum tipis.
Marco, pria itu tersenyum balik lalu duduk disamping Ansley. "Kau akan bekerja?" tanya Marco.
"Ya," jawab Ansley.
Marco meneliti penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. "Kau yakin akan bekerja dengan pakaian seperti itu?"
Ansley menunduk, ia menatap pakaian yang melekat ditubuhnya. Sontak ia terkekeh geli, benar juga dirinya belum berganti memakai seragam khusus barista. Lantas dirinya beranjak berdiri. "Kau benar, kalau begitu aku pergi dulu, Marco." Tanpa menunggu jawaban dari Marco, Ansley segera pergi menuju ruang barista khusus untuk wanita, sebab ruangan pria berada disebelah.
Loker dibuka, Ansley mengambil seragamnya dan segera mengenakannya lalu keluar menuju sink—tempat mencuci peralatan dapur. Terdapat seorang seorang gadis remaja sedang sibuk mencuci peralatan kotor ditempat itu.
"Boleh aku membantumu?"
Gadis remaja itu menoleh kearah Ansley sekilas dan kembali mencuci peralatan dapur yang kotor. "Tidak perlu, kak. Aku bisa menyelesaikannya sendiri," tolaknya halus. Kheryn namanya.
"Baiklah," Ansley mengangguk sekilas dan kembali berjalan menuju working table, ia menghentikan langkahnya disamping seorang pria sedang meletakan bahan-bahan kue.
"Julio, apa kau memerlukan bantuan?" tanya Ansley pada pria yang bernama Julio itu.
Julio menoleh kearah samping dan tersenyum tipis saat tahu siapa gerangan gadis itu. "Oh Ansley, tentu saja ada. Bisakah kau membantuku untuk membuat pesanan pelanggan?"
Senyum secerah mentari pagi itu terbit dibibir Ansley, ia mengangguk antusias. "Memangnya kita akan membuat apa?"
"Puding kopi. Kau tahu cara membuatnya, kan?"
"Ya, tentu saja."
"Baiklah. Bahan-bahannya sudah aku ambil, kita tinggal membuatnya saja," jelas Julio.
Pria berambut hitam itu mengambil alat timbangan, lalu mengukur 50 gram gula pasir. Mengingat bahwa puding yang akan mereka buat sangat praktis dan mudah maka tidak perlu repot-repot.
Kemudian menyalakan stove atau kompor dan meletakkan panci lalu dituangkannya gula tersebut, satu bungkus agar-agar rasa plain 7 gram, 400 ml susu cair dan 1 bungkus kopi cappucino dan mengaduknya sampai mendidih. Setelah mendidih, Julio sisihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Psycopath✓ [SEGERA TERBIT]
Mystery / ThrillerMy first story ♡ Jantung gadis itu bergemuruh hebat, ia menahan amarahnya agar tidak melunjak. "KAU IBLIS!!" Gelak tawa kesetanan mengelegar mampu membuat Ansley ketakutan setengah mati. "Tapi iblis ini mencintaimu!" *** Ini hanyalah sebuah kisah te...