Good Luck

3.3K 453 7
                                    

Aku tergemap begitu memasuki Etoile Coffee Shop. Sosok familier di balik meja kasir langsung melayangkan tatapan ramah kepadaku. Alih-alih meneriakkan selamat datang, dia mengukir lengkungan sempurna di bibirnya.

Senyuman itu bagaikan tombol putar balik yang memutar memori tentang percakapan kami di kedainya setelah teman kencanku hilang tanpa kabar. Sore itu, aku duduk di sini lebih lama dari yang kuperkirakan. Aku ingat ketika situasi menjadi sedikit kikuk usai kami berdebat kecil saat membicarakan kehidupan percintaanku. Saat itu, Bintang kembali dengan membawa segelas air putih dan kukis cokelat. Dia tidak lagi membahas masalah kencan-kencan butaku. Bahkan kami tidak menyentuh topik itu sampai aku pulang.

Kami lebih banyak membicarakan pekerjaan masing-masing. Secara mengejutkan, dia bisa membuat topik yang terdengar monoton seperti pekerjaan menjadi menyenangkan. Dia menceritakan pasang-surut bisnisnya.

Semasa kuliah, dia pernah membuka kedai kopi bersama temannya. Sayangnya, usaha tersebut tidak sukses. Alih-alih meraup untung, mereka justru merugi. Untuk ukuran anak yang masih kuliah, uang jutaan rupiah bukan nominal kecil. Terlebih setelah mereka bersusah payah mengumpulkan modal dari sisa-sisa uang saku yang diberikan orang tua. Di atas itu semua, hubungannya dengan sang teman merenggang. Mereka saling menyalahkan hingga akhirnya, mereka memutuskan tidak saling menghubungi untuk beberapa saat.

Dalam upaya mengembalikan uang tabungan, Bintang mencoba bisnis daring. Awalnya, dia memilih menjadi dropshipper berbagai barang elektronik bermerek, seperti jam tangan, laptop, dan ponsel pintar. Beruntung, usahanya menunjukkan hasil positif. Pundi-pundi bertambah sedikit demi sedikit. Dia pun tidak harus mengorbankan banyak waktu kuliah, seperti yang dilakukannya dulu ketika berbisnis kedai kopi.

Di waktu bersamaan, dia mulai belajar saham. Dengan tekun, dia mempelajari trik berinvestasi dan cara membaca tren. Pelan-pelan, dia memulai investasi demi mempertebal jumlah angka di rekening. Bukan tanpa sebab. Dia masih menyimpan angan-angan untuk membuka kedai kopi. Dua tahun selepas lulus dan bekerja di sebuah perusahaan nasional, akhirnya Bintang memberanikan diri untuk mewujudkan mimpinya lagi. Lalu, berdirilah Etoile Coffee Shop.

Etoile adalah bintang dalam bahasa Perancis. Bila dipikir-pikir, pria ini cukup narsis juga. Dia menggunakan nama sendiri untuk usahanya.

Beberapa bulan setelah Etoile dibuka, Bintang mengundurkan diri dari tempatnya bekerja untuk fokus pada bisnisnya. Dalam kurun waktu empat tahun, dia sudah membangun dua cabang kedai kopi di area Jakarta.

Meski berapi-api saat menceritakan bisnisnya, dia tampak lebih antusias ketika membicarakanku. Keingintahuannya tentang profesiku cukup besar. Dia bertanya seputar pengalaman menarik selama aku menjadi AE, bagaimana caraku menerima penolakan klien, pernahkah aku tidak mencapai target, dan kenapa aku memilih karier di bidang penjualan.

Bintang menyebutku realistis ketika aku mengungkapkan dengan jujur kalau berkarier di bidang sales sangat menjanjikan secara finansial. Dia mampu berempati ketika aku benar-benar berjuang di awal-awal meniti karier sebagai AE. Dia pun pernah merasakan bagaimana rasanya ketika ekspektasi tidak sejalan dengan kenyataan saat dulu dia berbisnis dengan kawannya. Pria itu tertawa puas ketika aku menceritakan pengalaman unik saat menghadapi klien. Bersimpati ketika aku mengeluhkan klien yang menyebalkan.

Bila aku adalah perempuan yang mudah salah sangka, aku bisa mengira Bintang benar-benar tertarik untuk mengenalku. Teman-teman kencanku tidak pernah ada yang bersemangat seperti Bintang ketika aku menjabarkan pekerjaanku. Semua kencan yang pernah kujalani tidak bisa menandingi percakapanku dengan Bintang sore itu. Mungkin memang pria itu hanya berusaha bersikap sopan karena aku adalah kakak temannya. Namun tetap saja, aku tidak bisa memungkiri betapa menyenangkan waktu yang kuhabiskan bersamanya.

Falling For The ForbiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang