Ready For Me

6.1K 461 11
                                    

Warning: Explicit Sexual Content

Ciuman lembut berubah penuh tuntutan. Jemariku memainkan rambutnya. Menjambaknya pelan saat Bintang menggigit bibir bawahku. Tangannya yang sedari tadi bertahan di pinggulku perlahan mulai bergerak. Menyelinap di balik kaus. Menelusuri lekukan tubuhku. Kehangatan dari telapak tangannya tak pelak membuatku nyaris lepas kendali.

"We shouldn't be doing this," bisikku di sela cumbuan.

Bintang menjawabku dengan semakin memperdalam ciumannya. Lidahnya merangsek maju. Mengabsen satu per satu gigiku. Sementara tangannya terus merangkak naik sebelum berhenti di bawah underwire bra. Ibu jarinya tiba-tiba hinggap di atas pad bra yang sesungguhnya cukup tipis. Tepat di atas puncak dadaku. Memijat lembut titik sensitifku itu.

Spontan, aku mengerang tertahan. Ibu jarinya bergerak kian gencar. Tak kuasa menahan gejolak asing di tubuh akibat sentuhan itu, aku menghentikan ciuman. Meloloskan lenguhan kencang ke langit-langit.

"Ini ..., this is a bad idea," ucapku sebelum kembali mendesah dan meremas rambut Bintang.

"Angkat tanganmu."

Aku menunduk. Sekuat tenaga mengumpulkan kesadaran yang mulai terkikis karena Bintang juga tidak menghentikan serangannya pada puncak dadaku. Ada kegigihan yang terbiaskan dari netra Bintang. Detik itu, aku tahu perintahnya tadi tidak main-main.

"Angkat tanganmu supaya saya bisa melepaskan benda ini darimu."

Kehilangan kata-kata, aku hanya bisa menggeleng. Aku menggenggam pergelangan tangan Bintang. Berupaya menghentikannya memainkan dadaku. Dia mengabaikanku, bahkan mulai mencubit titik sensitif itu dari balik bra cup. Spontan, kuredam erangan dengan menggigit bibir. Kepalaku kembali mendongak. Saat itu, Bintang berbisik di telingaku.

"Kamu mau saya berhenti?" Suaranya sangat rendah. Sangat seduktif. "Or do you want me to put you out of your misery?"

Peganganku di rambutnya semakin erat. Bintang terus memutar ibu jarinya. Membuatku tidak mampu berpikir jernih. Belum lagi inti diriku yang berdenyut cepat di bawah sana. Seolah berteriak kalau dia juga membutuhkan perhatian.

Desakan untuk menyerah pada hasrat tak mampu terbendung lagi. Aku mengangkat tangan. Dengan sigap, Bintang membuka kaitan bra. Bersama dengan kaus, Bintang membuang dua benda itu ke sembarang arah.

Jari-jarinya kini bebas memainkan puncak dadaku. Memutar, memilin, menyentil, dan mencubitnya. Sementara bibirnya sibuk memagut bibirku. Lalu, satu tangannya bergerak turun. Menyusup di balik celana dalamku. Menggapai inti diriku. Saat jarinya mengusap kewanitaanku, aku menggigit pelan bibir Bintang. Lesakan kenikmatan memenuhi tubuhku. Di sela ciuman, aku bisa merasakan Bintang tengah tersenyum.

"You're so wet. So ready for me," ujarnya lirih.

Gerakannya di bawah sana semakin beringas. Aku harus menyudahi ciuman agar bisa membebaskan desahan. Bibir Bintang menemukan mainan baru. Leherku. Ciumannya meninggalkan jejak-jejak basah di sana. Bibirnya terus bergerak turun. Mengitari sebelah dadaku sebelum memasukkan puncak dadaku yang sudah mengeras ke mulutnya yang hangat. Bersamaan dengan itu, jari-jarinya menerjang inti diriku.

Tak menduga serangan itu, tubuhku terdorong ke depan. Tanganku meremas erat rambut ikalnya. Menarik kepalanya mendekat. Bintang terhimpit di antara tubuh dan tanganku. Tentu saja, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia melumat dadaku dengan rakus. Matanya melirik ke atas saat lidahnya membuat gerakan memutar. Dia tersenyum puas saat melihatku tak berdaya.

Dihajar di tiga titik kenikmatan membuatku benar-benar tidak berkutik. Aku hanya bisa memasrahkan diri pada gempuran tangan dan lidahnya. Desahan dan erangan meluncur bergantian dari mulutku. Ketika jari-jarinya di bawah sana mulai mempercepat ritme, aku mulai merasakan sebuah desakan dari dalam tubuh, seperti sebuah tanggul yang hendak runtuh.

Falling For The ForbiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang