A 30-Something-Year-Old Single

7.7K 546 1
                                    

Antrean manusia mengular di depanku. Sembari menunggu giliran, mataku menyisir area dalam kafe. Mencari-cari kursi kosong untuk dua orang. Nihil. Bangku kosong yang tersisa hanya ada di luar.

Argh, sebenarnya aku tidak suka berada di area outdoor. Terlalu banyak asap rokok yang mengepul di sana. Ya, memang tidak semua orang yang bercengkerama di area luar kafe ini merokok. Hanya saja, bila sedang ketiban sial, kami bisa bersebelahan dengan para perokok kelas berat. Pulang-pulang, aku harus keramas lagi karena bau tembakau yang menempel di rambut. Kalau tidak, aku tidak mungkin bisa tidur nyenyak malam ini.

Kafe yang padat sudah menjadi pertanda buruk. Ditambah lagi, calon teman kencanku belum menunjukkan batang hidungnya. Biasanya kalau aku yang datang lebih dulu, kencan ini tidak akan berjalan sesuai harapan. Akan tetapi, untuk alasan yang tidak bisa dijelaskan, aku tetap bertahan mengantre.

Mungkin benar, aku sudah putus asa mencari jodoh. Padahal aku bukan orang antisosial. Sebaliknya, pekerjaan menuntutku bertemu banyak manusia. Pria-pria tampan nan mapan datang silih berganti, tapi sebagai klien. Dan di situlah permasalahannya.

Aku tidak pernah ingin terlibat dengan klien. Sekalipun mereka memberi kode halus sampai keras, aku tetap tidak nyaman kalau harus menjalin hubungan dengan mereka. Ini terkait kode etik. Lagi pula, bila hubungan personal kami sedang tidak baik dan kami harus bekerja sama di waktu bersamaan, rasanya akan sulit bagi kami untuk menjaga profesionalitas.

Oleh sebab itu, aku beralih ke satu tempat di mana aku bisa bertemu calon jodoh yang bukanlah klienku ataupun klien perusahaan: situs dan aplikasi pencarian jodoh. Namun, hingga detik ini, aku masih belum beruntung mendapatkan si Mr. Right. Argh, kenapa mereka susah sekali untuk ditemukan?

"Selamat sore. Mau pesan apa, Kak? Kopi atau nonkopi?" sapa sang barista.

Sebelum aku sempat menjawab, kawan si barista itu menepuk lengannya. Pria itu mengatakan bila dia akan menggantikan sang barista. Sontak dahiku berkerut. Otakku berusaha mengingat-ingat laki-laki itu. Lelaki itu tidak kalah terkejut ketika melihatku.

Tidak diragukan lagi. Kami memang pernah bersua.

"Kakaknya Veronica, kan, ya?" tanyanya sambil menunjukku. "Rebecca, is it?"

Seperti yang dikatakannya, aku punya seorang adik. Veronica adalah versi cetakan Mama dan Papa yang mempunyai semua yang tidak kupunyai. Harus kumulai dari mana? Fisik?

Postur adikku lebih berisi. "Asetnya" cukup menonjol. Sedangkan aku jauh lebih kurus. Dadaku pun terbilang kecil. Jangan tanya soal pantat. Bemperku itu tidak ada bentuknya sama sekali. Meski begitu, aku tidak pernah mempermasalahkannya. Gen kedua orang tuaku mengalir di tubuhku. Bila mencintai mereka, aku harus mencintai diriku sendiri, bukan?

Mama selalu mengingatkan kami tentang hal itu. Makanya, dia marah besar ketika Veronica mengecat rambut hitamnya. Dianggapnya si putri bungsu tidak bersyukur pada apa yang dimiliki. Perdebatan sengit itu berakhir dengan Adik yang meminta maaf, tapi cerdasnya, dia tidak pernah berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya. Ketika Mama menyadari cat biru di antara helaian rambut hitam Veronica tidak pernah luntur selama berbulan-bulan, perempuan itu menyadari dia telah masuk tipu daya anaknya sendiri.

Soal wajah, banyak orang bilang aku dianugerahi paras lebih kalem daripada Veronica. Menurutku, dia hanya memiliki tatapan intimidatif. Kebiasaan bersikap kritis membuatnya mudah skeptis pada banyak hal. Kalau aku, dengan pekerjaan sebagai account executive di agensi periklanan, mana mungkin aku mengkritisi klien? Usaha mencari dan membujuk klien bisa sia-sia. Belum lagi kalau kena omel. Komisi menggiurkan juga bisa terancam lepas begitu saja.

Sifat kami pun sedikit berbeda. Dia berjiwa bebas. Enggan diatur-atur. Terbukti dari bagaimana dia tidak mau diatur Mama. Istilah adik akan mencontoh kakaknya hanya sebuah mitos di keluarga Revalino. Sifat penurutku tidak pernah ditiru Veronica.

Falling For The ForbiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang