Calling The Shots

4.3K 404 17
                                    

Pluie d'etoiles. Dalam bahasa Indonesia, dua kata itu berarti bintang jatuh. Pemilihan nama Pluie d'etoiles Creative Space dimaksudkan agar segala keberuntungan dan kesuksesan yang diperoleh Etoile dapat ikut jatuh ke cabangnya ini. Nama itu juga menjadi harapan agar kafe yang memiliki ruangan-ruangan pertemuan tertutup ini dapat menginspirasi ide-ide fantastis yang datang secara tiba-tiba selayaknya bintang jatuh.

Kalau mengingat sikapnya yang senang menggoda, aku tidak pernah menyangka Bintang suka filosofi-filosofi mendalam seperti itu. Pengambilan nama dan pembuatan logo juga tidak main-main. Setiap kata dan goresan memiliki artinya sendiri-sendiri.

Cangkir kopi diibaratkan sebagai kepala manusia yang penuh dengan ide cemerlang. Gambar cangkir berwarna cokelat itu juga menyatu dengan cangkir lain di bagian telinga cangkir. Di atas kedua cangkir, tepat di tengahnya, terdapat sebuah bintang besar. Menandakan kalau gagasan-gagasan terbaik hanya datang bila setiap orang mau menyuarakan isi kepalanya.

Sementara di Etoile, logo mereka hanya memiliki satu cangkir dengan bintang-bintang yang menggantikan kepulan asap kopi. Namun, harapan yang dipupuk untuk kedua tempat itu tidak jauh berbeda. Baik Etoile maupun Pluie sama-sama dibangun agar dapat menginspirasi dan memberikan dampak positif kepada setiap pengunjung.

Kalau mengamati Pluie dari luar secara sekilas, eksterior creative space ini memang tidak jauh berbeda dari Etoile. Dua-duanya dikelilingi oleh jendela besar. Otomatis memberi penerangan alami sekaligus menghemat biaya listrik. Tepat di atas pintu masuk, atap gedung ini dibuat tinggi menjulang dan memiliki dua sisi. Logo dan nama kedai terpasang di kedua sisi itu. Dengan begitu, calon pengunjung yang sedang berada di jalan raya bisa melihat nama kedai dari arah yang berlawanan.

Perbedaan induk dan anak perusahaan ini baru terlihat ketika memasuki kedai. Bila Etoile memiliki interior ala Skandinavia, Pluie terkesan lebih hangat dengan dominasi warna cokelat kayu. Bagian indoor dipisah menjadi dua. Area yang menjadi satu dengan meja barista didesain untuk nongkrong. Sofa-sofa dengan meja panjang menghuni depan meja barista. Di pojok ruangan, terdapat area lesehan berkarpet rumput sintetis. Ada pula beberapa bean bag yang disediakan di sana.

Dipisahkan oleh pintu kaca, sisi lain area indoor dikhususkan bagi mereka yang ingin mengerjakan tugas atau berdiskusi. Meja panjang dengan sekat diletakkan di kiri dan kanan ruangan, sementara bagian tengah diisi meja-meja panjang biasa. Pemisahan ini dirancang agar pengunjung yang perlu berkonsentrasi tidak akan terganggu oleh celotehan pelanggan lain dan bunyi mengagetkan dari mesin kopi.

Tidak ada yang terlalu istimewa dari lokasi outdoor. Hanya ada deretan meja dan kursi kayu. Di satu sudut ruangan, pengelola menyediakan rak yang berisi condiments dan asbak.

Bagian akhir dari Pluie adalah tiga ruang pertemuan tertutup yang diapit oleh toilet. Alih-alih meja panjang, ruangan ini menggunakan meja bundar. Sebuah papan tulis masif dipajang di depan. Di seberangnya, sebuah proyektor digantung di atas langit-langit. Pigura-pigura berisikan kutipan motivasi orang terkenal turut menghiasi ruangan.

Perlu kuakui, Pluie tidak asal dibuat. Banyak detail yang diperhatikan dalam penataan letak setiap ruangan. Aku cukup sering mendatangi kafe dan kedai kopi, tapi baru kali ini aku menemukan kedai yang memisahkan area nongkrong dengan area belajar. Enrico sempat mengatakan ide itu memang datang dari Bintang.

"Kalau sudah lagi mode bekerja, Bintang bisa sangat serius dan detail," cetus Enrico saat kami tengah mengawasi jalannya syuting. Mereka baru saja menyelesaikan pengambilan gambar di dalam dan mulai mengambil footage di area outdoor.

"Tadi sewaktu dalam perjalanan ke sini, Bintang cerita kalau kalian teman SMA, ya?"

Enrico mengangguk. Pandangannya dilempar sekilas ke dalam ruangan di mana Bintang sedang membantu barista Pluie. Sebelumnya, pria berambut sedikit bergelombang itu memang menawarkan diri untuk menggantikan Enrico berjaga di belakang meja kasir. Bagaimanapun juga, Enrico sebagai pengelola Pluie yang lebih memiliki otoritas untuk mengikuti jalannya syuting hari ini.

Falling For The ForbiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang