Bagian 31

124 15 5
                                    

- Ayi POV -

Setelah makan siang aku dan Erick langsung menuju kamarku untuk beristirahat. Setelah sampai di dalam kamar aku langsung saja merebahkan diriku karena memang aku sangat lelah. Lalu terdengarlah suara Erick.

"Aku mau nanya, Kenapa si Rayan ga ikut dan nganterin kamu? Sesibuk itukah dia sampe gabisa nyempetin waktu buat nganterin kamu pulang?"
Seketika akupun langsung menoleh ke arah Erick.
"Euumm. Untuk masalah mas Rayan sebenarnya hubunganku dengan mas Rayan sudah berakhir. Maka dari itu aku mencoba untuk terbiasa tanpa mas Rayan." Jawabku jujur kepada Erick.
"Hah serius? Kenapa bisa gitu? Padahal hubungan kalian terlihat baik-baik aja." Tanyanya heran.
"Untuk masalah itu biar aku sama mas Rayan aja ya yg tahu. Terus kamu bisa jaga rahasia kan? Jangan sampai orangtuaku tahu dulu masalah ini. Biar nanti aku kasih tahu mereka kalo waktunya udah pas."
"Baiklah aku ngerti kok. Yg sabar yaaa. Semoga kamu bisa segera mendapatkan pengganti Rayan yg lebih baik."
"Makasih yaa."

"Eh kita jalan-jalan sore yu, aku kan mau tau daerah rumah kamu seperti apa."
"Nanti aja deh pas malem, aku agak cape mau tidur dulu."
"Yaudah deh kalo gitu aku juga mau tidur. Eh btw aku tidur dimana nih?"
"Emm yaudah tidur di samping aku aja. Maaf ya kalo kasurnya kecil. Maklum aku kan cuman sendiri jadi ya seadanya."
"Yaudah gpp. Tapi kamu ga keberatan kan?"
"Iya gpp, masa aku suruh kamu tidur di sofa kan ga enak."
"Kamu perhatian banget deh, bikin aku tambah suka." Sambung Erick agak berbisik.
"Hah? Apa kamu bilang tadi?"
"Eh eh engga. Lupain aja. Mending kita tidur dulu nanti malem kan mau pergi."
"Yaudah. Aku tidur dulu yaaa."
Akupun langsung tertidur karena saking capenya.

***

Malam harinya aku dan Erick sedang bersiap untuk berjalan-jalan di sekitar daerah rumahku. Tidak ada yg spesial memang, tapi berhubung besok akan segera berakhir nya tahun ini dan akan berganti menjadi tahun baru maka dari itu banyak sekali anak-anak yg sedang bermain di malam hari sambil meniup terompet. Mereka terlihat senang sekali, tanpa beban mereka tersenyum dengan senangnya. Alangkah indahnya kalo aku bisa kembali menjadi anak kecil tanpa harus memikirkan berbagai macam masalah seperti sekarang ini. Sabar Ayi, kamu bisa melewati semua ini.

Aku dan Erick kemudian berangkat untuk sekedar berkeliling. Dan tak lupa kami berdua pamit kepada orangtua ku.

Saat si perjalanan aku teringat kembali bahwa besok adalah malam pergantian tahun maka aku putuskan untuk mengadakan acara bakar-bakaran. Maklum acara yg lumrah ketika malam tahun baru.
Dan rencananya besok aku akan berbelanja di pagi hari untuk persiapan di malam harinya.

"Eumm Rick, boleh ga besok temenin aku belanja ke Pasar beli bahan-bahan buat bakar-bakaran gitu besok malem. Gimana bisa ga?"
"Untuk itu.."
"Astaga aku lupa besok kamu pulang ya. Aduh maaf aku bener-bener lupa. Yaudah gapapa aku sendiri aja."
"Siapa bilang besok aku pulang? Kan aku mau nemenin kamu malam tahun baruan disini hehehe."
"Loh kamu kan harus kerja Rick."
"Kalo itu sih masalah gampang, bisa di handle sama asisten pribadiku. Hahaha."
"Jadi kamu bakalan disini sampai kapan?"
"Ya sampai kamu pulang jugalah, masa aku nganterin kamu kesini tapi ga nemenin pulangnya? Laki-laki macam apa aku ini."
"Kok gitu? Aku gapapa loh padahal."
"Gapapa sekalian aku pedekate sama kamu. Hehehe."
"Hah?"
"Yaudah yu jalan-jalan lagi."

Aku bingung dengan perkataan Erick barusan. Pedekate kaya gimana maksudnya. Tapi yasudahlah. Aku malas memikirkannya. Lebih baik aku menenangkan pikiranku dengan melihat suasana di kampung halamanku.

***

Tak terasa waktu pun cepat berlalu. Aku dan Erick pun berencana untuk pulang setelah puas berkeliling di sekitar kampung halaman ku. Sebenernya sih gitu-gitu aja. Nongkrong di warung kopi bu Emi, sambil berbincang-bincang ringan. Lalu jajan jajanan malam seperti batagor, bajigur dan masih banyak lagi. Yg sebenarnya tidak terlalu penting hahahaha. Tapi yasudah kan ceritanya berkeliling. Tapi kayanya Erick tidak merasa keberatan. Malah dia merasa senang sekali. Aku bersyukur sih atas itu.

Ketika sampai di rumah, aku dan Erick pun segera menuju kamar untuk sekedar berganti pakaian, karna orangtuaku memanggil untuk makan malam. Padahal sudah pukul 8 malam, tapi ya sudah mau bagaimana lagi.

Setelah berganti baju, aku dan Erick pun turun dan segera menuju meja makan.

"Ayo kita makan bersama malam ini." Kata ibuku.
"Kenapa kalian baru makan sekarang, padahal sudah lewat jam makan malam." Tanyaku kepada orangtua ku
"Kami menunggu kalian, mana mungkin kami makan malam tanpa kalian." Jawab Ayahku.
"Yaampun pa, kita berdua bisa makan sendiri juga."
"Bukan gitu sayang, kamu kan udah lama ga pulang, kami ingin menikmati makan malam sama anak mama yg paling tampan ini." Ujar ibuku.
"Mama ini kebiasaan deh. Tapi maapin Ayi ya yg jarang pulang. Untuk kedepannya Ayi usahain bakal sering pulang buat ketemu kalian. Sekali lagi maapin Ayi ya ma, pa." Ucapku menyesal.
"Gapapa sayang, kami ngerti kok kamu sibuk. Jadi jangan terlalu dipikirkan. Ayo kita makan. Nak Erick ayo dimakan, maaf ya seadanya."
"Iya ma. Terimakasih telah mengijinkan saya menginap disini." Kata Erick.
"Iya nak, kami sudah menganggap kamu sebagai saudara Ayi. Jadi jangan sungkan ya."
"Oh begitu." Jawab Erick terlihat sedih.
"Iya ayo kita makan." Jawab Ayahku.

Lalu acara makan pun berlangsung. Tapi tiba-tiba di tengah acara makan, terdengar Erick mengeluarkan suara.
"Eumm ma, pa, kalo misalkan saya berniat menjadikan Ayi sebagai istri bagaimana?"
Semua yg ada di meja makan pun kaget, bahkan aku sedikit tersedak karna mendengar perkataan Erick.
"Untuk masalah itu, apakah nak Erick tidak tahu kalau Ayi sudah mempunyai pasangan?" Tanya Ayahku.
"Tahu kok pa, tapii.."
"Rickkkk." Ucapku memotong pembicaraan Erick.
"Sebernernya ada apasih. Apa ada masalah kamu dengan Rayan nak?" Tanya ibuku.
Dasar Erick bodoh, ngapain sih nyinggung masalah hubunganku dengan mas Rayan di saat tidak tepat seperti ini. Awas saja ya kamu Erick.
"Eumm itu, masalah itu nanti Ayi ceritain setelah makan ya ma." Ucapku sambil menginjak kaki Erick.
"Yaudah ayo selesaikan makan malam nya." Ujar Ayahku.
Dan kami pun melanjutkan makan malam dengan sangat tenang.

Lalu tiba-tiba terdengar suara dari Ayahku.
"Papa tunggu di ruang tamu ya. Papa pengen tau apa yg mau kamu ceritain."
"Iya pa." Ucapku lesu.
Dasar Erick pengacau. Awas aja ya kamu. Ucapku dalam hati.

Setelah makan malam, aku pun bergegas menuju ruang tamu karna Ayahku mengintrupsi seperti itu.
Dan aku dengan sangat malas berjalan menuju ruang tamu. Di ikuti Erick di belakangku.

"Jadi apa yg belum papa tau nak?" Tanya Ayahku.
"Eummm sebenarnya Ayi sama mas Rayan memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita ma, pa." Jawabku jujur.
"Kenapa sangat tiba-tiba sekali? Padahal mama liat hubungan kalian baik-baik saja. Kenapa bisa seperti itu?" Tanya ibuku.
"Euumm Ayi ga bisa secara detail menceritakan semuanya ma." Ucapku merasa terpojok. Karna disini ada Erick juga yg ikut mendengarkan.
"Kenapa begitu? Kami kan orangtua mu sayang. Kami hanya tidak ingin kamu merasa sendiri sayang." Ucap ibuku.

Akupun berpikir bahwa sudah seharusnya aku jujur kepada kedua orangtuaku. Tapi disisi lain disini ada keberadaan Erick, yg notabene adalah orang lain. Tapi yasudahlah aku akan memberi tahu kebenaran semuanya.
"Sebenarnya mas Rayan sudah di jodohkan dengan orang lain ma. Dan Ayi gabisa berbuat apa-apa. Ayi sadar, posisi Ayi disini tidak di inginkan maka dari itu Ayi memutuskan keputusan tersebut. Tapi kalian tidak usah khawatir Ayi baik-baik aja kok. Ayi bisa menjaga diri dan mencoba untuk menerima kenyataan."
"Bukankah rencananya kalian akan menikah?" Tanya Ayahku.
"Ayi gabisa memaksakan keadaan pa, lagian ini demi kebaikan mas Rayan juga. Intinya Ayi sudah memikirkan semuanya. Jadi mama dan papa gausah khawatir ya."
"Tapi bagaimana bisa nak Rayan dengan mudah menyutujui keputusan kamu ini sayang?" Tanya ibuku lagi.
"Sekarang intinya Ayi sudah tidak ada hubungan lagi dengan mas Rayan ma, jadi mulai sekarang berhenti membahas masalah mas Rayan ya. Ayi juga sedang dalam masa menyesuaikan diri. Bantu Ayi juga ya ma, pa." Pintaku kepada kedua orangtuaku.
"Ya sudah kalau itu sudah menjadi keputusanmu. Papa sangat menghargainya. Semoga kamu diberi kebahagiaan ya nak." Ujar Ayahku.
"Aamiin."
Lalu aku melihat kearah Erick yg tersenyum ke arahku. Apa maksudnya dia tersenyum seperti itu. Tapi yasudahlah tidak usah di pikirkan.

"Eh kan besok malam tahun baru, rencana nya Ayi mau bakar-bakaran ya ma, besok pagi Ayi mau belanja ke pasar ditemenin sama Erick. Boleh ya ma?"
"Iya boleh dong. Emang mau bakar apasih?"
"Ya yg gampang aja ma, jagung, ayam, ikan juga boleh deh hahahaha."
"Yasudah terserah kamu."
"Okey siap komandan." Kataku
Semuanya pun tertawa. Dan berakhirlah malam ini.
Dan kami semua beristirahat di kamar masing-masing. Karna besok pastinya akan ada hal yg lebih mengejutkan lagi.


To be continued...

Jangan Pergi, AyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang