Bagian 19

149 21 1
                                    

- Ayi POV -

   Hari ini aku bekerja seperti biasa. Malasnya kalo sudah masuk shift siang. Harus ini itu yg bisa membuat tenaga lumayan terkuras. Tapi aku gaboleh ngeluh harus semangat. Ini sudah kewajibanku. Kalo misalkan aku leha-leha aku bisa di pecat. Wah aku tidak bisa membayangkannya.

   Setelah over handle dengan Revan, aku mulai mengerjakan tugasku. Antrian lumayan panjang hari ini. Tapi yasudah aku harus tetap semangat. Layani dengan hati dan senyum terbaikmu Ayi. Semangaaaattt!!

   Ketika aku sedang melakukan transaksi tak sengaja aku melihat mas Aldo dengan seorang wanita, yg kuperkirakan itu adalah ibunya mas Rayan. Ah bisa gawat kalo sampe ibunya mas Rayan tau kalo aku ini pacarnya mas Rayan. Tapi aku harus tenang semoga saja mas Aldo lupa sama aku.

   Kemudian giliran merekalah yg akan melakukan transaksi.
"Selamat siang. Dengan saya Kaylo. Bisa di bantu untuk barang belanjaannya?" Kataku sambil tersenyum ramah.
"Lo Ayi kan?" Kata mas Aldo tiba-tiba. Ternyata mas Aldo tidak lupa kepadaku.
"Orang-orang memang menyebutnya begitu."
"Gausah pura-pura. Gue to the point aja ya sama lo. Apa bener lo itu pacaran sama Rayan?"
Aku terkejut dengan pertanyaan mas Aldo. Bagaimana ini aku harus menjawab apa. Kalo aku salah jawab bisa panjang urusannya.
"Untuk itu.."
"Tinggal jawab apa susahnya sih."
"Apa bener anak saya pacaran sama kamu?" Lalu ibunya mas Rayan turut menanyakan perihal tersebut.
"Mohon maaf tante. Jika saya sudah melakukan kesalahan." Ucapku meminta maaf.
"Jadi bener selama ini Rayan pacaran sama lo?"
Aku menggangguk sambil menunduk. Saat ini aku jadi pusat perhatian. Dan pasti aku akan kena marah oleh atasanku setelah kejadian ini.
"Kalo gitu putusin Rayan secepatnya. Karna Rayan bentar lagi mau nikah sama gue. Iyakan tante." Kata mas Aldo yg tidak membuatku terkejut sama sekali. Karna memang aku sudah tau soal perjodohan mereka lebih dulu.
"Iya anak saya akan segera menikah dengan Aldo. Jadi lebih baik kamu putuskan saja hubunganmu dengan anak saya. Kalau tidak kamu akan tau akibatnya. Lagian mana mau saya punya menantu seorang karyawan supermarket seperti kamu. Tidak cocok sekali dengan Rayan. Bagaimana hidup anak saya nantinya. Pokoknga saya peringatkan sekali lagi. Putuskan hubunganmu dengan anak saya dan setelah itu jauhi anak saya." Ucap ibunya mas Rayan kepadaku agak sinis.
Aku kemudian menggangguk sebagai jawaban. Saat ini perasaanku campur aduk ingin rasanya untuk pergi dari sini. Tapi aku tidak bisa membiarkan para customer menunggu. Bisa saja terjadi komplain dan akan menyebabkan aku di pecat. Maka aku harus kuat dan menghadapi semuanya dengan tenang.

   Kemudian aku melakukan scanner pada barang belanjaan mereka.
"Mohon maaf sebelumnya. Untuk transaksinya sudah selesai. Total nya Pembayarannya Rp. 456.786,-" kataku berusaha tersenyum ramah.
"Biar aku yg bayar tante."
"Loh gausah, tante udah siapin uangnya kok."
"Gapapa tante. Uang segitu ga seberapa ah."
"Yaudah kalo gitu. Makasih ya sayang"
Kemudian mas Aldo menyerahkan kartu kreditnya.
"Silahkan pinnya."
Kemudian transaksi selesai.
"Terimakasih selamat berbelanja kembali." Ucapku seramah mungkin. Padahal dalam hati aku sangat ingin menangis.
"Gue peringatin sekali lagi. Putusin hubungan lo sama Rayan. Atau lo bakalan tau akibatnya."
"Iya mas saya mengerti."
"Awas aja lo. Ayo tante kita harus cepet pergi dari sini."
"Iya ayo."

   Kemudian mereka pergi. Akupun langsung melayani customer yg lain. Reaksi mereka berbeda-beda ada yg menatap sinis tak suka, ada yg memberi petuah, ada juga yg menguatkan ku. Tapi aku tetap harus profesional dan harus menjaga nama baik perusahaan tempatku bekerja.

***

   Tak terasa jam kerjaku telah selesai. Aku bergegas untuk pulang. Seperti biasa jika shift siang aku selalu memesan ojek online dikarenakan sudah tidak ada bis kota beroperasi pada jam ini. Tadinya aku akan berkunjung ke apartemen mas Rayan. Tapi lebih baik aku pulang saja. Untuk mengistirahatkan diriku sendiri dari persoalan hari ini. Untuk masalah memutuskan hubungan, aku akan membicarakan nya besok saja dengan mas Rayan. Lagipula besok aku mendapat hari libur.

   Aku mengabari mas Rayan terlebih dahulu. Takutnya dia menungguku.
Deringan pertama tidak di angkat. Deringan kedua pun sama. Lalu di deringan ketiga mas Rayan mengangkatnya.
"Halo mas."
"Iya ada apa sayang?"
"Mas kayanya aku ga mampir dulu ke apartemen kamu yah. Besok aja aku mampir. Kan besok aku libur juga."
"Yah kok gitu. Yaudah kalo gitu mas aja yg ke kosan kamu yah. Mas kangen banget sama kamu."
"Udah besok aja aku yg kesana mas."
"Gaada bantahan ya. Mas siap-siap dulu. Eh kamu ini baru pulang kan. Naik apa sama siapa?"
"Yasudah terserah mas saja. Aku naik ojek online. Sebentar lagi sampai katanya."
"Kenapa ga bilang sama mas sih. Kan mas bisa jemput kamu."
"Udah gausah. Nanti ngerepotin kamu. Yaudah aku tutup nya. Ojek aku udah nyampe. Byee."
"Yaudah hati-hati."

   Lalu aku pun pulang ke kosan dengan ojek online pesananku.

   Tak terasa akupun telah sampai di depan kosanku. Akupun bergegas masuk dan langsung beristirahat. Sebelum aku membuka pintu dan masuk ke dalam terdengar suara mobil berhenti di depan kosanku. Ternyata mas Rayan juga sudah sampai. Aku pun tidak jadi masuk dan menunggu mas Rayan. Kemudian mas Rayan keluar dan berjalan ke arahku.
"Kamu baru nyampe?" Katanya sambil mencium keningku. Aku merasa senang dan sedih secara bersamaan.
"Iya mas. Yaudah masuk yu. Aku cape banget hari ini."
"Yaudah nanti mas pijitin kamu yah." Katanya kepadaku sambil ku balas dengan senyuman.
"Aku mau mandi dulu ya mas. Mas tunggu di kamar aja sekalian rebahan. Nanti setelah mandi aku bikinin kopi yah."
"Iyaa." Ucapnya sambil mengusap rambutku.
Lalu aku pergi mandi. Untuk menyegarkan badan sekaligus otakku juga yg akhir-akhir ini mumet sekali.
Setelah selesai aku langsung membuat kopi untuk mas Rayan.

"Mas kopinya aku simpen disini yah." Aku simpan di meja dekat pintu kamarku.
"Iya nanti mas minum. Kamu udah selesai semuanya?"
"Udah. Mas gaakan pake kamar mandinya?"
"Sebenernya tadi mas tinggal tidur tapi berhubung kamu ga jadi nginep jadi ya mas pergi kesini. Kamu ga sadar yah mas pake piyama?"
Oalah aku ga sadar mas Rayan memakai piyamanya kesini.
"Maaf mas aku lagi ga fokus hehe."
"Yaudah sini duduk. Udah lama mas ga tidur sama kamu."
Akupun dengan terpaksa menghampiri mas Rayan. Ga terpaksa juga sih sebenernya hehehe. Tapi harusnya aku mulai menjaga jarak dengan mas Rayan supaya nanti mas Rayan tidak syock pas aku minta putus.

"Mas kamu tau kan aku sayang banget sama kamu. Melebihi aku menyayangi diriku sendiri."
"Iya mas tau. Tumben banget kamu. Ada apa. Cerita dong sama mas."
"Engga,aku pengen bilang aja kalo aku sayang banget sama mas." Kataku sambil memeluk erat mas Rayan.
"Iya-iya. Mas juga sayang banget sama kamu." Balasnya memelukku.

   Aku sedikit bimbang. Apakah aku harus mengatakan nya sekarang atau tidak. Tapi saat ini adalah waktu yg sangat pas. Aku sedikit ragu. Tapi aku masih belum berani. Besok sajalah. Tapi jika besok atau nanti akan tambah sulit lagi buat ngomong.

"Mas kurasa ini sudah waktunya kita mengakhiri hubungan ini." Ucapku agak sedikit ragu.
"Apa maksud kamu?" Katanya agak tinggi.
"Mas aku itu bukan orang yg tepat buat dampingin kamu. Aku masih jauh dari kata layak mas. Kamu juga tau sendiri aku itu dari kampung dari keluarga sederhana, kita jauh berbeda mas." Aku berusaha mencari alasan supaya mas Rayan bisa percaya dan mau menurutinya.
"Kamu itu ngomong apa. Mas gapeduli yah mau kamu seperti apapun mas akan tetap nikahin kamu. Mas gaakan pernah setuju sekalipun kamu sujud di kaki mas. Mas gaakan pernah mutusin hubungan kita."
"Tapi mas.."
"Tidur. Udah malem." Bentaknya padaku sambil membaringkan tubuhnya. Aku tidak bisa membantah lagi. Akupun ikut membaringkan tubuhku.

   Tanpa sadar aku menangis entah kenapa. Aku sendiri bingung. Tidak tahu menangisi apa. Terlalu rumit. Lalu tiba-tiba.
"Maafin mas ya udah bentak kamu." Katanya sambil memelukku dari belakang.
"Tadi mas emosi. Tiba-tiba kamu minta putus. Sebenernya ada apa? Kamu bisa cerita sama mas. Jangan di simpen sendirian. Buat apa ada mas kalo kamu masih nyimpen masalah sendiri."
"Gapapa kok mas. Aku juga minta maaf yah udah bikin kamu emosi. Sekarang kita tidur yah. Besok kamu kerja kan?"
"Yaudah tidur yu."
"Iyaaa." Kataku mengakhiri obrolan.
Dan akupun memeluk mas Rayan. Mungkin bisa saja ini tidur bersama mas Rayan untuk terakhir kali nya. Aku merasa sedih tapi mau bagaimana lagi. Aku harus sabar menghadapi semua ini. Dan aku pun tak terasa ikut tertidur.

To be continued...

Jangan Pergi, AyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang