- Ayi POV -
Setelah tau kabar yg aku juga tidak tau itu baik atau buruk. Aku segera menelpon kedua orangtuaku. Dan aku berniat untuk pulang ke rumah untuk sementara waktu. Dan aku berniat meninggalkan pekerjaanku saat ini demi kebaikan semuanya. Karna jika aku terus saja bekerja semua akan tahu apa yg terjadi padaku saat ini. Jadi lebih baik aku meninggalkan semuanya sementara. Kalau misalkan keadaan sudah membaik mungkin aku akan segera kembali (lagi).
Setelah menelepon orangtuaku aku segera membereskan barang-barang mas Rayan. Karena aku tidak mungkin membawanya yakan. Setelah selesai membereskan barang barang mas Rayan aku segera menelepon nya untuk memberitahukan bahwa barang barangnya telah siap untuk dibawa. Dan ternyata yang mengangkat telepon mas Rayan adalah mas Aldo aku sempat kaget tapi aku sadar, saat ini kan mas Aldo itu calon istrinya mas Rayan ya pastilah mas Aldo akan terus berada di samping mas Rayan.
"Mas Rayannya ada mas?"
"Kenapa lo nelpon suami gue?"
"Ada yg mau saya omongin mas."
"Omongin aja sama gue, gue kan istrinya."
"Oh itu.."
Tapi tiba-tiba tidak terdengar suara apapun lalu suara mas Rayan terdengar di ujung sana.
"Halo." Sapa mas Rayan.
"Eh ini mas Rayan ya."
"Iya ada apa kamu telpon mas hem."
"Oh gapapa. Ini aku cuman mau ngasih tau aja. Barang-barang mas udah aku beresin. Aku mau nanyain mas mau ambil atau aku yg nganterin ke rumah kamu?" Tawarku.
"Loh kenapa kamu beresin."
"Iya nih aku lagi beres-beres. Jadi gimana soal barang-barang kamu? Atau kalo engga aku aja deh besok siang ke rumah mas ya. Biar aku sekalian juga."
"Kenapa harus di beresin sih."
"Biar mas ga kesini-kesini lagi sih hahaha. Yaudah besok siang aku anterin kesana yah udah lama juga aku ga main kesana. Kebetulan juga mas libur kan?"
"Kok gitu sih."
"Eh mas udah dulu ya. Besok aku kabarin lagi. Selamat malam. Salam buat mas Aldo ya."
Aku langsung menutup telpon secara sepihak. Bukan kebiasaanku sih. Tapi terpaksa aku harus melakukannya saat ini.***
Siang ini aku rencananya mau mengembalikan barang-barang mas Rayan ke rumahnya. Aku sedikit takut sebenarnya, tapi gapapalah sekalian pamitan siapa tau ini pertemuan terakhir aku sama keluarga mas Rayan. Kan aku niatnya ngembaliin barang mas Rayan bukan hanya untuk main aja ya kan. Jadi tidak akan masalah.
Aku memakai jasa taksi online, karena memang barang-barang mas Rayan ini lumayan banyak. Hampir ada 2 koper, dan itupun masih ada perintilannya. Hahaha takdir emang lucu ya. Tapi kita juga mau gamau harus ngikutin gimana takdir itu datang.
Aku sedikit ingat perkataan mas Rayan.
- Flasback -
"Ayi mas bawa sebagian barang-barang mas ya kesini. Siapa tau nanti mas nginep disini jadi gausah pulang dulu. Gapapa kan yah?"
"Tapi mas ga sebanyak ini juga, kamar aku kan kecil."
"Yaudah kalo gitu kita beli apartemen aja, biar kamar kita jadi lebih luas."
"Eh setelah dipikir-pikir kayanya cukup deh."
"Dasar kebiasaan, kenapa sih kamu nolak terus kalo mas mau beli apartemen, kan kita mau nikah juga Ayi jadi ya gapapa. Lagian mas mampu kok, mas pake uang sendiri yg mas tabung selama ini bukan dari orangtua mas. Jadi kamu gausah sungkan sayang."
"Yaudah nanti aja. Kan kita nikahnya juga belum kan. Jadi mending jangan dulu."
"Kamu ini."- Flashback End -
Lalu aku tersadar setelah taksi berhenti tepat di depan gerbang rumah mas Rayan.
Setelah turun di depan rumah mas Rayan, aku bertemu dengan mang Dadang dan akupun langsung dipersilahkan masuk olehnya. Setelah masuk dan membawa dua koper mas Rayan ini, tak lama akupun sampai di depan pintu, aku langsung saja memencet bel yg ada di depanku. Awalnya tidak ada tanggapan, namun setelah beberapa saat barulah ada yg membuka pintu.
Kulihat bi Marni yg membukakan pintu.
"Eh ada mas Ayi, tumben sekali mas. Mari masuk. Eh biar bibi bantu bawa. Ayo mas silahkan masuk." Sambut bi Marni.
"Eh iya bi. Saya gaakan lama kok."
"Gapapa mas, biar bibi bikinin minum dulu."
"Yaudah kalo gitu." Akupun masuk mengikuti bi Marni.Setelah duduk di ruang tamu tiba-tiba..
"Kak Ayiiiiii." Teriak Vena dari arah tangga sambil berlari.
"Hati-hati sayang nanti jatuh." Ucapku.
"Kenapa baru main kesini lagi sih, Vena kangen tau." Ucapnya sambil memelukku.
"Iya, kak Ayi juga kangen banget sama Vena, eh Aven mana? Tumben ga barengan."
"Aven ada di kamar, tapi mama sama bang Rayan lagi gaada di rumah. Mereka lagi jemput papa ke bandara. Eum bang Rayen juga lagi keluar sama temen-temennya."
"Oh gitu, yaudah gapapa kan udah ada Vena yg nemenin kak Ayi."
"Venaaaa, air minum buat aku man... eh kak Ayiiiiii. Aven kangen ih. Kak Ayi jahat baru main lagi kesini."
"Eh iya, kakak minta maaf ya. Kakak kebetulan baru ada waktunya sekarang."
"Iya nih aku kangen main sama kakak lagi." Kata Aven lagi."Yaudah. Kan sekarang udah ketemu. Kakak sekalian mau pamit, kakak udah gaakan tinggal disini lagi. Tapi Aven sama Vena bisa kok hubungin kakak. Kebetulan mama sama abang-abang kalian lagi gaada, kak Ayi titip salam aja ya."
"Emang kak Ayi mau kemana? Bukannya kata bang Rayan kak Ayi bakal tinggal di sini juga?"
"Kak Ayi mau pulang ke rumah orangtua kak Ayi, kasian mereka udah tua masa kak Ayi tinggalin. Lagipula kan sekarang udah ada kak Aldo kan? Kalian bisa main sama dia."
"Aven maunya sama kak Ayi aja."
"Iya, tapi sekarang main nya sama kak Aldo ya. Kan kak Ayi jauh."
"Kok kak Ayi tega ninggalin Vena." Ucapnya sedih.
"Kak Ayi cuman sebentar kok, nanti kakak balik lagi buat main sama Vena ya."Tiba-tiba bi Marni dateng dengan membawa minuman.
"Loh kok pada nangis, kenapa?"
"Kak Ayi mau ninggalin aku, kak Ayi jahat."
"Engga gitu sayang." Lalu Vena lari ke kamarnya, disusul sama Aven.
"Ada apa mas?" Tanya bi Marni.
"Engga bi, saya cuman bilang mau pergi aja."
"Emang mas Ayi mau kemana?"
"Iya nih bi, saya sekalian pamit juga ke bibi ya, saya rencananya gaakan tinggal di sini lagi, saya mau nemenin orangtua saya di kampung, mereka kan udah pada tua bi, masa saya biarin mereka sendirian. Tapi tadi Aven sama Vena salah mengartikan. Jadi saya minta tolong bibi ya buat ngomong sama mereka."
"Terus soal den Rayan gimana mas?"
"Nah itu juga sekalian ya bi, maaf ngerepotin bibi. Koper tadi isinya barang-barang mas Rayan yg ada di kamar kost saya, tolong bilang saya pamit. Titip salam juga buat tante Citra juga ya. Maafin saya kalo saya sempat bikin masalah. Maaf juga udah banyak ngerepotin bibi."
"Engga kok mas gapapa, maaf kalo bibi lancang. Soal hubungan mas sama den Rayan. Bibi denger.."
"Udah ya bi, saat ini saya lagi berusaha buat nerima semuanya, lagipula saya yakin kok semua akan baik-baik saja. Saya juga berdoa semuanya hidup bahagia."
"Yg sabar ya mas."
"Iya bi. Boleh saya peluk bibi? Soalnya saya gatau kapan bisa ketemu bibi lagi."
"Boleh mas." Lalu akupun langsung memeluk bi Marni, karna disini bi Marni sudah aku anggap sebagai orangtua setelah kedua orangtuaku.
"Makasih ya bi atas semuanya, maafin saya juga kalo banyak ngerepotin bibi. Kalo ada kesempatan kita ketemu lagi ya bi." Ucapku sambil memeluk bi Marni.
"Iya mas, yg sabar ya. Bibi harap mas Ayi juga hidup bahagia ya."
"Makasih ya bi, kalo gitu saya pamit. Salam buat si kembar ya bi."
"Iya hati-hati di jalan ya mas."Aku pun langsung keluar dari rumah mas Rayan. Dan segera pulang dan pergi dari kota ini.
To be continued...
Maapin telat update:(
Hari ini lumayan padet nih aktivitas. Hampir aja aku lupa. Tapi tenang aku masih inget kok hehehe
Gimana? Dapet feel nya ga? Maaf ya kalo ga dapet feel nya. Aku masih belajar nih.
Semoga di chapter-chapter akhir bisa sesuai sama ekspektasi kalian yaaa.
See you next chapter ya gais. Luvv❤️❤️ALE
![](https://img.wattpad.com/cover/229615610-288-k318610.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Pergi, Ayi
Romance"Kamu jangan deket-deket terus sama dia." Katanya tiba-tiba. "Kenapa memang? Dia kan temen aku mas." Jawabku menimpali "Pokoknya kamu jangan deket-deket sama dia, mas gasuka." Jawabnya dengan raut muka kesal. "Cemburu ini mah pasti." Kataku dalam ha...