Bagian 33

122 13 2
                                    

- Ayi POV -

Setelah kepergian mas Rayan, aku langsung menghampiri Erick. Karna memang disini Erick lah yg terluka. Aku tidak membela siapapun disini karna aku tidak tau apa akar masalahnya sampai-sampai membuat mereka berkelahi seperti itu. Jadi kuputuskan untuk membantu Erick terlebih dahulu baru setelah itu aku akan mencoba berbicara kepada mas Rayan.

"Apa kamu tidak apa-apa? Ayo kita masuk, aku obatin di dalem."
"Iya. Makasih yaa."
"Yaudah ayo, lagian kalian berdua kenapa sih bisa berkelahi seperti itu?"
"Biasa masalah cowok. Hehehe."
"Kalo kamu lupa aku juga cowok ya." Sindirku.
"Kalo kamu kan beda Ayi. Hahaha."
"Bedanya dari mana?"
"Ya bedalah pokoknya. Lagian kan kamu calon istri aku. Hahaha."
"Rick ga lucu."
"Kamu kalo lagi marah tambah manis yaa imut lagi, aku makin suka."
"Rick aku lagi gamau bercanda ya."
"Siapa yg becanda, aku serius kok."
Aku pun sedikit kaget atas apa yg di katakan Erick. Aku sedikit agak tak nyaman sebenernya. Tapi yasudah aku tidak mau memusingkan hal-hal seperti itu.
"Nanti kalo misalkan waktu nya udah pas aku bakal ngelamar kamu ya. Hehehehe." Sambung Erick.
"Rickkk."
"Aku serius Ayi, aku suka sama kamu, aku sayang sama kamu. Aku berniat buat nikahin kamu. Apa salah? Terlebih lagi kamu udah ga punya hubungan apa-apa lagi sama si Rayan. Jadi kenapa engga?"
"Rick tapi aku ga punya perasaan sama kamu, aku cuma nganggep kamu layaknya kakak aku, ga lebih."
"Aku tau, tapi aku mohon kasih aku kesempatan buat nunjukin keseriusan aku sama kamu, aku juga bakal bantu kamu buat lupain si Rayan itu. Jadi aku akan berusaha semampu aku supaya kamu bahagia ya."
"Tapi Rickk.."
"Udah ayo masuk, katanya mau obatin luka aku."
Akupun terpaksa masuk dan tentu saja masih bingung atas semua ini.

***

Malam hari pun tiba.
Aku bener-bener lupa, kalo disini ada mas Rayan juga. Aku tidak sengaja melupakan keberadaan mas Rayan, tapi aku memang di sibukan untuk membantu ibuku menyiapkan apa yg di butuhkan untuk nanti malam, rasanya senang sekali memang bisa berkumpul dengan keluarga di saat seperti ini. Tapi disatu sisi juga aku merasa ada yg kurang, ya kalian tau sendiri ya apa itu. Tapi aku harus bisa bersikap dewasa. Jangan sampai aku terbawa perasaan terlalu lama. Intinya sih aku harus mulai terbiasa menerima kenyataan.

Saat aku hendak menuju ke kamar untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk nanti malam, aku baru teringat bahwa di dalam masih ada mas Rayan yg memang tidak keluar kamar setelah adegan perkelahian nya dengan Erick.
Aku bingung sebenarnya, antara masuk sendiri atau minta di temani oleh Erick. Tapi berhubung Erick sedang membantu ayahku memilah kayu bakar, jadi aku putuskan untuk masuk sendiri saja. Semoga saja mas Rayan tidak berbuat macam-macam. Dan semoga aku bisa menjaga emosiku tetap stabil.

Lalu secara perlahan aku masuk ke dalam kamar. Kulihat mas Rayan sedang memainkan laptopnya, entah apa yg sedang dia lakukan, mungkin saja sedang mengecek pekerjaan nya atau, aku tidak boleh berpikiran jelek seperti itu.

Lalu aku pun mencoba untuk bertanya,
"Sedang apa mas? Kamu udah mandi? Ini udah jam 9 loh. Permisi sebentar ya aku mau ikut mandi sama ganti baju."
Tak ada respon sama sekali. Hanya tatapan intens yg aku dapat.
"Mas? Kamu ga sebaiknya ikut gabung di luar sama mereka?"
"Engga. Mas disini aja nemenin kamu."
"Oh yaudah. Kalo gitu permisi sebentar ya mau ngambil baju aku, gerah banget soalnya mau sekalian mandi. Cape banget hahaaha. Emang dasar si Erick itu maunya enak sendiri." Ucapku sambil tertawa. Namun kulihat ekspresi mas Rayan jadi agak sedikit gimana ya.
"Sebenernya sejak kapan kamu kenal sama si Erick? Mas ga suka ya kamu deket-deket sama dia. Pokoknya kamu harus jauhin dia."
"Loh dia kan temen aku mas. Mana mungkin aku jauhin dia."
"Pokoknya kamu harus jauhin dia mulai dari sekarang." Aku ngerasa sifat posesif nya mulai kembali. Aku agak takut sebenernya tapi aku harus tetap bisa mengontrol emosiku.

"Mas cukup. Kita udah gapunya hubungan apa-apa lagi jadi aku mohon berhenti menganggap semua seperti dulu. Status kita udah berubah. Jadi aku mohon mas, cobalah menerima kenyataan. Aku disini sedang berusaha menerima keadaan ini. Dan kamu pun harus mencobanya mas. Kalaupun mas memaksakan apa keinginan mas, bukan hanya aku yg akan mengalami keadaan buruk tapi kamu juga mas. Please aku mohon ya mas."
"Jika itu yg kamu takutin mas akan berusaha ngelindungin kamu. Dengan segala kemampuan mas." Lalu di bangkit dan menghampiri aku.
"Mas aku mohon ini demi kebaikan kita berdua. Lagipula Erick mau ngelamar aku minggu depan. Dan orangtuaku setuju atas itu. Jadi aku mohon mas ayo kita bahagia dengan hidup kita masing-masing." Ucapku terpaksa berbohong, supaya mas Rayan bisa menjauhi aku dan bisa menerima kenyataan.
"Bagaimana bisa orangtua kamu setuju? Atau jangan-jangan?" Tanyanya kepadaku.
"Iya aku udah ngasih tau mereka kalo kita udah mengakhiri hubungan ini mas. Jadi aku mohon ya mas."
"Bagaimana bisa kamu ngelakuin itu Ayi. Siapa yg bilang hubungan kita udah berakhir? Mas bakalan nikahin kamu. Kamu ga boleh nikah sama orang lain."
"Pada kenyataannya hubungan kita udah selesai mas. Aku mohon dengan sangat ya mas, ayo kita hidup bahagia di kehidupan masing-masing."
Tiba-tiba mas Rayan memelukku dengan erat, seakan tidak mau melepaskannya.
"Demi Tuhan, mas ga rela ya kamu di sentuh sama orang lain. Kamu itu cuman punya mas, yg lain gabisa milikin kamu selain mas. Apalagi si Erick sialan itu. Mas gaakan biarin itu sampe terjadi."
"Mas, kamu bentar lagi nikah loh gapantes ngomong kaya gini ke aku. Kasian calon istri kamu. Lagian mas tenang aja. Erick orang nya baik dia pasti bakal bisa bikin aku bahagia. Dan yg paling penting dia pasti bisa bikin aku lupa sama kamu. Mas juga pasti bisa kok lupa sama aku."
"Ayi kenapa kamu ngomongnya kaya gitu. Mas gaakan pernah lupain kamu, kamu itu calon istri mas mana mungkin mas nikah sama Aldo. Mas ga cinta sama dia. Percaya sama mas Ayi."
"Mas udah ah, aku mandi. Mendingan kamu ganti baju gih. Bentar lagi kita seneng-seneng sambil bakar jagung." Kataku sambil melepas pelukan mas Rayan.
"Ayi mas belum selesai ngomong. Atau jangan-jangan kamu yg udah ga sayang lagi sama mas?"

Ketika aku hendak membuka pintu toilet aku berhenti sejenak mendengar pertanyaan dari mas Rayan. Tanpa menjawab pertanyaan itu akupun langsung masuk dan segera untuk mandi dan bersih-bersih.

Setelah mandi aku keluar kamar dengan keadaan sudah memakai baju. Kulihat di dalam kamar ku mas Rayan sudah tidak ada, dan kulihat dari jendela kamarku ternyata mas Rayan sudah bergabung dengan yg lainnya. Aku lega rasanya.
Lalu akupun segera menghampiri mereka semua.

Ketika sampai di halaman belakang rumah, aku langsung di sambut oleh Erick. Kulirik sekilas ke arah mas Rayan dia kelihatan marah sekali. Tapi yasudah aku tidak perlu terlalu memikirkan nya.

"Ayi sini kita bakar jagung nya biar nanti pas tengah malam udah bisa langsung dimakan." Kata Erick.
"Oh oke, bentar aku ambil kursi dulu ya."
"Siap princess." Jawab Erick. Aku malu karena disini ada kedua orangtuaku.
"Apaan sih Rick, udah ah ayo kita bakar jagungnya. Ma, pa kalian mau juga?" Tanyaku.
"Boleh, sekalian juga papa mau bakar ayam nya yah biar lebih cepet juga."
"Oke."

Disaat aku aku mulai membakar jagungnya, tiba-tiba mas Rayan datang menghampiriku.
"Kamu perlu bantuan sayang?"
"Eh. Eumm gapapa aku bisa sendiri kok."
"Gapapa biar mas aja yg bakarin buat kamu. Kamu diem aja ya."
Kulihat semua mata tertuju kepada kami berdua.
Suasana jadi agak canggung sekarang.

"Oiya pa, ngomong-ngomong bulan depan papa nya Rayan akan segera pulang dari China, rencananya Rayan mau ngelamar Ayi, gimana menurut papa?"
"Eh. Eumm untuk itu om gabisa ngambil keputusan, karna keputusannya ada di tangan Ayi."
"Oh gitu, tapi kamu pasti mau kan yaa. Mas udah ngerencanain ini dari lama loh."
"Euumm untuk itu kayanya mas bisa pikirin lagi deh. Soalnya.."
"Minggu depan katanya nak Erick mau berkunjung bersama kedua orang tua nya dengan maksud ngelamar Ayi juga." Ibuku melanjutkan. Dan aku pun kaget juga, soalnya aku tidak tahu menahu soal itu. Ternyata apa yg aku ucapkan tadi benar-benar terjadi.
"Apa? Jadi apa yg kamu bilang tadi serius?" Kaget mas Rayan.
"Loh kenapa nak Rayan kaget seperti itu? Bukannya nak Rayan juga akan segera mengadakan pernikahan ya?" Lalu tiba-tiba ibuku mengeluarkan suaranya lagi.
"Siapa bilang? Siapa yg mau nikah? Rayan kan mau nikahnya sama Ayi, mama juga tahu sendiri kan?"
"Sudahlah nak jangan terlalu memaksakan, lebih baik kamu menerima semua keadaan ini ya. Semua orangtua pasti ingin anaknya bahagia. Begitu pula dengan kami. Kami ingin Ayi hidup tanpa adanya beban dan tentu saja kami ingin Ayi hidup dengan bahagia bersama pasangannya kelak. Jadi kami mohon agar nak Rayan bisa menerima semua ini ya."
"Jadi maksud mama Rayan gapantes buat nikahin Ayi gitu? Pokoknya Rayan bakalan nikahin Ayi, Rayan akan buktiin semua omongan Rayan ini bener. Terlepas dari kejadian Rayan sama Ayi mama sama papa gausah khawatir, Rayan akan ngatasin semuanya."
"Nak bukan seperti itu maksud kami.."
"Udah ya ma, maaf Rayan potong ucapan mama. Rayan gamau di moment ini kita malah jadi ngebahas yg ga penting."

Lalu semua hening. Aku memperkirakan semua orang sedang bingung dalam pikirannya masing-masing.



To be continued...


Yuhuuu Ale update gais hehehe.
Maaf ya lama nunggu nya, maaf banget banget banget. Semoga kedepannya bisa cepet ya hehehe.
Pokoknya sayang kalian semua yg selalu dukung aku, semangatin aku, love youu❤️❤️

ALE

Jangan Pergi, AyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang