Bagian 48

110 15 8
                                    

- Ayi POV -

Malamnya aku diajak untuk makan malam bersama. Katanya acara makan malam di keluarga ini adalah acara wajib. Tidak boleh ada yg tidak ikut dalam acara makan malam.
Karena katanya makan malam adalah saatnya keluarga untuk berkumpul.

Saat di meja makan semua sudah berkumpul, tapi kita masih belum memulai untuk makan.
"Lexi panggil kakak kamu suruh turun."
Ternyata tante Angela masih punya anak lagi selain Lexa dan Lexi.
"Hmm." Respon Lexi seadanya. Ga sopan memang tapi mungkin udah sikapnya dingin kaya gitu.
"Tak lama muncullah mereka."
Loh bukannya tadi itu orang yg aku tabrak?
"Elo? Kamu?" Kata aku dan dia barengan.
"Kenapa?" Tanya tante Angela.
"Aku tadi ketemu dia ma di bandara. Karena buru-buru Aku sama dia ga sengaja tabrakan. Karena Aku lagi buru-buru Aku jadi ga merhatiin kalo dia orang yg mau Aku jemput."
"Oh jadi dia anaknya tante Angela yg di maksud." Kataku dalam hati. Keliatannya dia seumuran sama mas Rayan deh. Eh kenapa aku jadi mikirin mas Rayan.
"Oh gitu. Ayi kenalin ini anak tante yg paling gede. Namanya Arran. Arran ini Kaylo anak temen mama itu. Kamu bisa panggil dia Ayi."
"Salam kenal ya." Kataku sambil tersenyum.
"Iya." Jawabnya dingin
"Sekali lagi saya minta maaf."
"Yaudah lupain."
Kita langsung aja makan. Saat makan tidak ada yg berbicara apapun. Kita makan dengan tenang dan aku ngerasa belum terbiasa.

Setelah makan Mas Arran mulai membuka pertanyaan.
"Papa masih di China ya ma?"
"Iya baru pulang bulan depan." Jawab tante Angela.
"Oiya. Ngomong-ngomong tante mau nanya sesuatu sama Ayi."
"Iya tante mau nanya apa?"
"Eumm apakah benar apa yg di katakan mama kamu kalo kamu 'hamil'"
Axel yg lagi minum tiba-tiba terbatuk karena tersedak.
"Mama udah gila? Dia itu cowok ma, mana mungkin dia hamil." Kata mas Arran.
"Ya makanya mama nanya langsung sama dia."
"Eumm untuk itu sebenarnya gimana ya."
"Gapapa nak, tante hanya ingin memastikan saja."
"Iya tante. Memang aneh sebenernya, tapi mau bagaimana. Saya memang di karuniai rahim. Dan salahnya lagi saya gay tante, kalo misalkan saya normal mungkin tidak akan terjadi hal yg seperti ini."
"Tidak apa-apa nak. Mungkin Tuhan punya rencana buat kamu. Tante gapapa kok. Mau kamu gay atau pun apalah. Untuk kedepannya kamu bakal jadi anak tante. Jadi gausah sungkan ya. Untuk kehamilan kamu nanti kita cek tiap bulannya ya."
"Eumm masalah itu, sebenarnya saya berencana untuk tinggal di tempat lain saja. Saya tidak ingin merepotkan keluarga ini. Lagipula saya ingin hidup mandiri tante. Jadi terimakasih banyak atas sambutannya." Kataku panjang lebar.
"Dengan lo yg lagi hamil kaya gitu emang lo bisa ngurus semuanya sendiri? Emang lo tau mau tinggal dimana? Terus yg paling penting lo tau rumah sakit disini dimana?" Kata mas Arran tiba-tiba.
"Eumm ituu.."
"Yaudah kamu tinggal disini aja. Tante ga keberatan kok. Lagi pula biar tante ada teman di rumah. Soalnya anak-anak tante udah pada sibuk sekarang. Arran ngurusin perusahaannya. Lexa ngurusin butik sama studio fotonya. Lexi juga malah ikut-ikutan kakaknya bikin perusahaan sendiri. Jadi ya tante sendirian di rumah."
"Tapi tante."
"Gaada tapi-tapian Ayi. Pokoknya kamu tinggal di rumah ini aja titik. Biar tante juga bisa ngawasin kamu selama hamil. Kalo boleh tahu ayahnya kemana?"
"Oh itu..."
"Gapapa kalo kamu belum siap cerita. Tapi tante selalu siap dengerin cerita kamu. Kan kamu anaknya sahabat tante. Udah tante anggap anak sendiri."
"Ayahnya tidak tahu kalo saya sedang mengandung anaknya. Mungkin saat ini dia sudah bahagia dengan istrinya. Saya tidak apa-apa selagi dia hidup bahagia. Lagipula kita memang tidak di restui tante. Jadi ya saya tidak bisa berbuat apa-apa. Makanya saya mau menjalani hidup jauh dari kehidupan mereka. Semoga dengan tinggalnya saya di sini setidaknya mengurangi intensitas saya bertemu dengan nya." Kataku bercerita panjang lebar.
"Yasudah pokoknya kamu tinggal disini aja sama tante. Gaboleh kemana-mana. Apalagi kamu lagi hamil kan. Kalo ada apa-apa bisa minta tolong Arran atau Lexi ya."
"Apa tidak merepotkan?" Tanyaku
"Mau gue nyebut ga ngerepotin pun lo tetep bakal ngerepotin gue." Kata mas Arran lagi.
Emang pada dasarnya anak laki-laki disini sikap nya pada dingin kali ya.
"Arran."
"Iya ma iya."
"Yaudah kan ini udah malem kita istirahat aja, kan besok udah pada kerja lagi."
"Iya ma." Jawab semuanya.

***

Di pagi harinya aku bangun. Karena biasanya aku bangun lebih awal jadi kuputuskan untuk membuat sarapan.
Tapi sebelum itu aku bertanya dulu kepada asisten rumah tangga disini. Apa menu sarapan yg biasa dimakan. Nah baru aku mempersiapkannya. Mbak Mila yg ku tau namanya menolak kalau aku yg harus buat sarapan. Tapi dengan sedikit paksaan aku akhirnya berhasil membujuk mbak Mila.

Setelah membuat sarapan barulah aku mandi dan berganti baju. Setelah itu aku ikut bergelut di meja makan untuk sarapan.

"Nah Ayi udah dateng ayo kita sarapan."
Ketika mereka mencoba masakan buatanku mereka terdiam sesaat.
"Mbak." Panggil mas Arran.
"Iya. Mas kenapa?"
"Ini mbak yg masak kaya biasa kan?" Tanya mas Arran.
"Eum.. anu mas."
"Soalnya masakannya agak beda." Lexa pun turut berkomentar
"Anu. Non. Apa ada yg salah?"
"Masakan pagi ini rasanya beda. Lebih enak dari biasanya. Makanya aku nanya sama mbak." Kata mas Arran.
"Maaf sebelumnya, tapi masakan pagi ini mas Ayi yg masak. Maaf bukannya saya lalai dalam bekerja tapi mas Ayi maksa saya buat dia yg bikin masakan pagi ini."
"Serius lo yg masak?" Tanya mas Arran
"Eumm iya mas. Maaf kalo saya lancang."
"Kalo gini mah yaudah lo aja yg masak tiap hari. Itung-itung buat bayaran lo tinggal disini."
"Arran kok ngomongnya gitu." Bentak tante Angela.
Mas Arran diam seketika.
"Pokoknya gue mau di masakin makan siang sama lo tiap hari. Sebagai imbalannya gue bakalan nganter lo kalo mau check up ke dokter atau kemanapun yg menyangkut bayi lo."
"Gue juga mau kak. Ke gue aja ya. Kakak gue mah galak orangnya." Kata Lexi
"Diem lo bocah. Dan buat lo, bawain makan siang buat gue ke kantor. Minta anter sama supir yg ada di rumah. Gue tunggu. Kalo lo ga dateng gue gaakan mau nganter-ganter lo." Kata mas Arran.
"Arraaaaann." Ingat tante Angela.
"Iya mas." Jawab ku.
"Gue juga mau. Anterin makanan ke gue juga ya. Kantor gue lebih deket dari kantornya dia. Nanti lo mampir dulu ke kantor gue ya. Nanti baru ke kak Arran." Ucap Lexi.
"Kenapa jadi rebutan gini sih." Ucap Lexa sambil geleng-geleng kepala.

Suasana meja makan jadi sedikit rame. Aku senang melihatnya ya walaupun sikap mas Arran sama Lexi tetap dingin tapi setidaknya mereka mulai menerima kehadiranku disini.

Aku berjanji setelah anakku lahir aku akan pindah dari rumah ini dan berusaha untuk mencari pekerjaan. Karena aku sudah cukup merepotkan mereka kalau-kalau aku dan anakku nanti masih tinggal disini.




To be continued...







Halo. Ada karakter baru nih.
Mau fokus ke Ayi atau ke Rayan nih sok di tunggu komentarnya sebelum aku nulis chapter selanjutnya.
Yuuu buruan comment biar aku cepet juga buat nulis nya hehehehe jangan lupa juga tekan tombol bintangnya ya hehehehe

Btw aku ga sabar ih mau cepet-cepet ending. Soalnya aku udah ada ide buat cerita baru wkwkwk
Pokoknya ikutin aku terus ya temen-temen.
See the next chapter. Chapter berikutnya tergantung pilihan kalian yaa. Makanya yuu cepet-cepet comment hehehe


ALE

Jangan Pergi, AyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang