Bagian 52

118 18 10
                                    

- Ayi POV -

Hari ini hari liburku. Rencananya aku akan mengajak Dean jalan-jalan. Sekalian beli baju untuk acara peresmian pengalihan perusahaan kepada mas Arran. Berhubung ini acara resmi jadi ya lebih baik aku beli saja yg baru.

Saat sudah siap dan aku akan berangkat bersama Dean tiba-tiba mas Arran muncul dan menanyakan aku mau kemana.

"Aku mau keluar bentar mas, sekalian jalan-jalan sama Dean mumpung lagi libur juga."
"Kenapa baru baru bilang sekarang?"
"Kemarin aku mau bilang tapi aku takut ganggu kamu mas, jadi ya gajadi."
"Terus sekarang lo mau pergi gitu aja tanpa izin dari gue?"
"Maaf mas, tadinya aku mau bangunin kamu tapi kamu tidurnya nyenyak banget aku gamau ganggu kamu."
"Kalo lo keluar selangkah dari pintu gue bener-bener marah sama lo." Katanya langsung masuk lagi ke kamar.

"Kenapa daddy marah-marah ya pa." Tanya Dean.
"Gatau. Yaudah kamu duduk dulu disana, papa coba minta izin dulu ya sama om Arran."
"Okee." Jawab Dean.

Lalu akupun berjalan menuju kamar mas Arran. Aku ketuk pintu kamarnya namun tidak ada jawaban. Lalu ku ketuk lagi, tapi kali ini langsung ada jawaban sekaligus orangnya yg buka pintu.

"Kenapa?"
"Anu mas, apa boleh aku keluar sebentar?"
"Engga. Kalo mau keluar tunggu di ruang tamu. Gue siap-siap dulu." Hah? Maksudnya? Mas Arran mau ikut gitu?
"Tapi mas.." pintu kamar pun tertutup lagi. Terpaksa aku langsung turun ke bawah.

Tak lama mas Arran pun turun dengan baju santai yg menurutku sangat tampan.

"Yaudah ayo katanya lo mau jalan-jalan."
"Daddy ikut juga?"
"Iya, soalnya kalo kamu sama papa kamu pergi sendiri nanti papa kamu di godain sama orang. Daddy gamau sampe itu terjadi." Hah? Apalagi maksud mas Arran.
"Iya sih dad, waktu itu juga pas Dean pergi belanja sama papa tiba-tiba ada om Willy. Terus cari perhatian terus sama papa. Dean ga habis pikir sama om Willy."
"Apa?" Kata mas Arran yg bikin aku kaget. Kenapa Dean bicara kaya gitu sih.
"Iya dad, Dean jadi risih sama om Willy."
"Kalo gitu jangan biarin papa kamu deket sama orang lain ya, apalagi sama om Willy itu."
"Siap dad."

Lalu kami pun keluar sambil berjalan menuju mobil.

"Dean masuk duluan ya, pake sabuk pengaman jangan lupa. Daddy mau ngomong dulu sama papa kamu."
"Oke dad."
"Selama ini lo diem-diem ketemuan sama si William itu?"
"Anu mas, waktu itu aku ga sengaja ketemu dia di supermarket. Lalu dia tiba-tiba ikut nemenin aku belanja. Tapi serius aku ga sengaja ketemu dia."
"Jangan bohong."
"Aku berani sumpah mas."
"Mulai dari sekarang lo gaboleh keluar tanpa seizin gue. Kalo mau keluar bilang, biar gue yg temenin. Sekarang masuk. Gue gamau bikin Dean nunggu."
Akupun langsung masuk. Akhir-akhir ini sikap mas Arran bikin aku bingung. Tapi aku gamau mikir yg aneh-aneh dulu. Bisa jadi aku harus nurut sama dia karena aku tinggal di rumahnya. Tapi aku minta buat pergi juga mas Arran ga ngizinin. Jadi aku tuh bingung. Tapi yaudahlah mau gimana lagi.

***

Setelah acara jalan-jalan selesai, saatnya kita ke tujuan terakhir yaitu membeli baju untuk acara peresmian mas Arran.
Sebelumnya aku sudah memberi tahu mas Arran kalau aku ingin membeli baju untuk acara nya nanti. Dan mas Arran menyetujuinya.

Di perjalanan ke toko baju yg kita tuju tiba-tiba kita berpapasan dengan William.
"Hai Dim, halo Dean. Sore pak."
Tiba-tiba ku lihat wajah mas Arran seakan menahan amarah.
"Eum halo Will."
"Kalian mau kemana?"
"Eum anuu, kita mau ke toko baju untuk acara lusa. Kamu sendiri mau kemana?"
"Wah kebetulan sekali kalo gitu. Aku juga lagi nyari baju yg pas buat acara lusa. Gimana kalo kita barengan aja?"
Kulihat kembali ke arah mas Arran, raut wajahnya benar-benar menahan marah.
"Eum untuk itu.."
"Maaf ya, kami sedang buru-buru. Jadi tidak ada waktu untuk berbelanja bersama. Kami permisi." Kata mas Arran sambil menarik tanganku dan Dean.
"Maaf ya Will. Kami pergi dulu."
"Yasudah, sampai ketemu besok di kantor ya Dim." Kata William.
Kurasakan genggaman mas Arran terasa sangat erat di tanganku.

Acara membeli baju pun terasa jadi sedikit canggung. Entah apa yg membuatnya seperti itu.

Namun tiba-tiba.
"Tolong ukur dari atas sampai bawah." Kata mas Arran kepada seorang wanita.
"Buatkan pakaian terbaik, kamu sudah tau kan ukuran baju saya?"
"Sudah tuan."
"Kalo gitu buat dua dengan warna yg senada. Jangan terlalu sama persis, buat semewah mungkin. Saya mau besok sudah jadi. Lalu kirim ke rumah saya. Mengerti?"
"Baik tuan."

Dan acara belanja pun selesai. Kami pun lalu pulang tanpa obrolan sedikit pun. Kulihat Dean sudah tertidur dengan nyenyak.
"Mas untuk biaya pembuatan baju nya nanti aku ganti."
"Lo pikir gue ga mampu bayar?"
"Bukan begitu mas, tapi.."
"Tapi apa? Lo diem aja gausah banyak ngomong, berisik." Katanya yg langsung menbuatku diam.
Dan di perjalanan sampai rumah pun tidak ada obrolan sama sekali.

Saat aku akan mengendong Dean, tiba-tiba mas Arran sudah membuka pintu duluan.
"Biar gue aja. Lo masuk aja bersih-bersih. Habis itu istirahat."
"Iya mas."

***

Pagi hari nya semua pekerjaan rumah sudah selesai tinggal memandikan Dean setelah itu bersiap untuk ke kantor. Tak lupa menyiapkan baju untuk mas Arran ke kantor.

Setelah Dean siap aku segera menyiapkan sarapan. Dan mas Arran sudah turun dan duduk di meja makan.

Kami memulai sarapan seperti biasa. Lalu tiba-tiba mas Arran membuka pembicaraan.
"Dean, daddy mau nanya sesuatu boleh?"
"Boleh dong dad."
"Dean pengen punya daddy gak?" Tanya mas Arran.
"Uhuk-uhuk." Tiba-tiba aku tersedak.
"Loh bukannya daddy itu daddy nya Dean ya?" Jawab Dean.
"Maksud daddy, daddy beneran. Yg bisa jagain kamu sama papa kamu. Yg bisa ngasih kamu adik, terus daddy beneran tuh dia bakalan tidur sama papa kamu."
"Bukannya daddy juga udah jagain Dean sama papa ya?"
"Iya, tapi kalo daddy bukan daddy benerannya Dean."
"Emang siapa daddy beneran Dean?"
"Mas.."
"Kalo misalnya Daddy jadi Daddy benerannya Dean gimana? Dean mau ga?" Apa yg di maksud sama mas Arran.
"Mau dong dad, yaudah kalo gitu daddy jadi daddy beneran nya Dean aja. Boleh kan pa?"
"Dean kamu habisin dulu sarapannya ya, sebentar lagi jemputan kamu dateng."
"Siap pap."

Lalu acara sarapan pun jadi hening sampai keberangkatan Dean.

"Maksud kamu apa mas?"
"Engga. Gue cuman nanya ke Dean aja. Siapa tau dia pengen Daddy beneran yg bisa ngasih dia adik." Katanya sambil keluar menuju mobil.
Aku benar-benar bingung apa maksud dari perkataan mas Arran. Yg jelas aku sedang tidak ingin memikirkan apapun kecuali Dean.




To be continued...



Yuhuuu update nih gais😅
Maaf ya baru agak pendek, tapi kedepannya semoga agak panjang wkwk
See you the next chapter yaaa❤️❤️
Jangan lupa vote sama komen nya yaaa❤️‍🔥❤️‍🔥


ALE

Jangan Pergi, AyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang