Bagian 35

122 15 8
                                        

- Ayi POV -

Tak terasa sudah satu minggu setelah acara malam tahun baru di rumah orangtua ku. Ayah dan Ibuku terus saja bertanya perihal kunjungan keluarga Erick ke rumah yg ujungnya pasti bertanya sudah sampai mana hubungan kalian. Kalo boleh jujur aku sebenarnya tidak mempunyai perasaan sedikit pun kepada Erick, disini aku hanya menganggap Erick itu sebagai saudara laki-laki ku ya bisa di bilang seorang kakak, dan layaknya seorang kakak dan adik pada umumnya mana mungkin kan menjalin sebuah hubungan. Itu sih yg aku rasakan. Karna memang aku sedang tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun dulu. Bukannya aku masih berharap kepada mas Rayan ya, tapi kayanya aku ingin menjalani kehidupan ku sendiri dulu. Tanpa ada campur tangan dari orang lain.

Aku baru saja mendengar kabar dari Erick katanya 'mantan pacar' ku itu akan segera melangsungkan pernikahan. Aku turut senang atas itu. Berarti dengan adanya berita itu aku harus lebih berusaha lagi untuk bisa menerima semuanya. Aku berusaha tidak peduli atas perkataannya yg akan bertemu orangtua ku. Karna memang itu hal yg tidak akan mungkin, jadi yasudah jalani hidup sebahagia mungkin tanpa menyebabkan masalah untuk diri sendiri dan orang lain. Semangattt!!

Tapi beberapa hari belakangan aku sering sekali merasa kecapean yg berlebih, padahal pekerjaanku bisa di bilang masih terbilang mudah tapi tidak tau kenapa bisa seperti itu. Bahkan aku sering mual-mual di pagi hari. Dan itu intensitasnya lumayan sering. Aku sempat berpikir yg tidak-tidak, tapi ini masuk angin tidak akan mungkin kalo misalkan aku. Tidak tidak tidak. Aku pun segera melanjutkan pekerjaan ku. Aku tidak boleh berpikiran yg tidak-tidak. Fokus Ayi fokus.

Tak beberapa lama waktu kerjaku telah selesai. Akupun bersiap untuk pulang. Karena memang ada sesuatu yg perlu aku kerjakan. Aku pun segera keluar dan berpamitan kepada yg lain. Begitu pun kepada teman ku Revan.

Namun ketika aku keluar dari parkiran kulihat mas Rayan sedang berdiri di samping mobilnya dan memandangku sambil tersenyum. Aku hampir saja terpesona, sadar Ayi sadar dia udah bukan siapa-siapanya kamu, jadi jangan berharap.

Lalu akupun mau tidak mau berjalan melewatinya. Namun tiba-tiba.
"Selamat sore sayang, ayo kita pulang mas udah lama nunggu kamu. Mas kangen di masakin sama kamu, ayo cepet kita pulang." Kata mas Rayan.
"Eumm mas, aku udah di jemput Erick. Jadi maaf ya. Dia bentar lagi nyampe." Ucapku berbohong.
"Gaada ya, siapa bilang kamu bisa pulang bareng dia. Pokoknya kamu pulangnya mas aja yg anterin."
"Tapi mas..."
"Gaada tapi Ayi, cepet masuk."
"Mass.."
"Masuk Ayi, mas gamau marah sama kamu. Jadi mas mohon ya." Ucapnya sambil mendekatiku.

Akupun mau tidak mau segera masuk sambil dituntun oleh mas Rayan. Akupun masuk dan aku sempat berpikir sudah lama sekali ya aku tidak duduk di kursi ini. Issh Ayi kamu mikir apa, sadar kamu gaboleh kaya gini terus. Mas Rayan cuman nganterin aku doang. Jadi jangan mikir yg engga-engga.
Lalu mas Rayan pun ikut masuk. Dan keaadan pun menjadi hening. Tidak seperti biasanya. Ya karna memang, keadaan nya udah beda sekarang jadi yg mau gimana lagi.

Tak terasa kita sudah sampai di depan kamar kosanku. Aku pun segera pamit dan berterimakasih kepada mas Rayan. Dan bilang kalo nanti tidak usah jemput-jemput aku lagi. Tapi mas Rayan keukeuh mau jemput aku, bahkan dia nawarin buat antar jemput. Aduh aku gamau. Gimana aku bisa lupain dia kalo kaya gitu.

Aku pun segera keluar dan bergegas untuk masuk ke dalam kamar. Tapi tanpa disangka mas Rayan pun ikut turun juga. Ya Tuhan mau ngapain sih dia.

"Kenapa mas ikut turun juga? Gaakan pulang mas?"
"Jadi kamu ngusir pacarmu ini hem."
"Mas kita udah selesai ya, aku mohon jangan kaya gini."
"Kata siapa? Kamu masih pacar mas kok, mas juga masih pacar kamu. Malahan mas ini calon suami kamu kan?"
"Masss.."
"Udaaah ayo masuk mas cape sayang mau istirahat."
"Mas kamu bisa istirahat di rumah kamu kan?"
"Kamu ini, mas mau nya disini. Ditemenin kamu. Udah cepet buka pintunya."

Akupun mau tidak mau (lagi) menuruti kemauannya. Lagi pula aku juga sedikit kasihan jadi yasudah. Ketika masuk.

"Wah udah berapa lama ya mas ga kesini. Mas kangen banget."
Aku tidak menghiraukan mas Rayan. Aku segera masuk kedalam kamar. Dan tanpa di duga dia pun ikut masuk. Dan seketika dia memelukku dari belakang. Aku kaget dan berusaha untuk melepaskan diri, namun..

"Ayi mas kangen sama kamu, mas mohon sebentar aja biarin kaya gini. Emangnya kamu ga kangen juga ya sama mas hem."
"Mas kita ga seharusnya kaya gini."
"Kenapa engga, kamu kan calon istri mas ya wajar dong." Ucapnya masih keukeuh.
"Mas aku mau mandi dulu ya, kamu juga biar sekalian pulang. Nanti orang rumah malah nyariin kamu." Kataku sambil membalikkan badan.
"Gausah mandi nanti aja, mas masih kangen bau badan kamu. Lagian mas mau nginep kok."
"Emang kamu bawa baju ganti? Engga kan? Baju aku mana muat di kamu mass, mending kamu pulang aja masa mau tidur pake baju kantor."
"Kamu lupa? Disini kan ada beberapa baju mas yg sengaja kamu simpen kalo misalkan mas mau nginep."

Astaga aku hampir lupa. Kenapa sih dulu aku nyaranin itu sih ke mas Rayan.
"Eumm gimana kalo.." ucapkan ku terputus karena tiba-tiba mas Rayan menciumku tepat dibibir. Awalnya hanya menempel namun lama kelamaan mulai ada lumatan-lumatan kecil. Aku bingung harus bagaimana. Aku tidak membalas apa yg di lakukan mas Rayan. Lalu tak lama mas Rayan melepaskan ciumannya.

"Kamu bawel banget akhir-akhir ini. Ga kaya biasanya. Mas jadi gemes." Ucapnya sambil memelukku.
"Mas jangan bikin keadaan makin sulit, aku lagi berusaha buat lupain kamu, aku mohon mas kamu harus inget keluarga kamu. Jangan sampe karena aku, kamu malah jadi bertengkar sama mereka. Nantinya kamu sendiri yg akan nyesel mas. Aku lagi nyoba buat kamu sadar mas, kalo keluarga itu nomer satu dibandingkan yg lain. Jadi aku mohon mas, ikutin ya kemauan ibu kamu. Jangan kecewain dia, dia yg udah ngelahirin kamu jangan sampe karena aku kamu malah jadi bertengkar sama ibu kamu. Aku disini lagi berusaha nerima, aku gapapa kok mas tenang aja. Aku bisa jaga diri mas gausah khawatir." Kataku di pelukan mas Rayan. Aku berusaha menahan air mataku tapi dengan kurang ajarnya air mata ini malah jatuh dan malah makin banyak.
Gaada jawaban dari mas Rayan tapi aku merasakan pelukannya makin erat.
"Kenapa semua jadi kaya gini. Kenapa Tuhan jahat banget, malah pisahin kamu sama mas. Apa Tuhan gamau hamba nya hidup bahagia sama pasangannya? Kenapa cobaan ini datengnya sama kita." Kudengar mas Rayan bersuara tapi terdengar agak bergetar.
"Mas udah bilang mas maunya nikah sama kamu. Mas maunya kamu yg nemenin mas sampe kakek-kakek. Mas maunya kamu yg selalu ada di samping mas. Jadi mas mohon Ayi jangan nyoba buat lupain mas."
"Mas, kamu gaboleh ngomong gitu. Siapa tau aja Tuhan punya rencana lain. Jadi kamu gaboleh mikir kaya gitu." Kataku sambil mengusap air mataku.
"Yaudah hari ini aku izinin mas nginep, tapi gaada lagi nginep-nginep lagi ya, aku juga sekalian mau packing baju kamu biar sekalian di bawa pulang sama kamu ya mas." Kataku sambil melepaskan pelukan mas Rayan.
"Loh kok gitu. Gamau ya. Mas bakal tetep kesini tiap hari. Gaada bantahan. Dan awas aja kalo kamu nge packing baju-baju mas."
"Berarti kalo gitu aku pindah kosan aja ya biar mas gatau. Hahahaha."
"Silahkan aja mas pasti bakalan tau kok dimanapun kamu berada."
"Termasuk kalo aku tinggal sama Erick?"
"Loh kok jadi bawa-bawa Erick?"
"Iya kemarin Erick bilang, dia udah beliin apartement buat aku. Katanya aku bisa kapan aja pindah kesana. Aku gaenak sebenernya, tapi berhubung mas ngikutin aku terus ya terpaksa aku terima. Terus dia bilang, kalo aku jadi pindah rencananya dia bakal tinggal bareng sama aku. Jadi mas gaakan bisa nginep-nginep lagi deh. Hahahaha."
"Awas aja kalo sampe kamu bener-bener pindah terus tinggal sama Erick."
"Ya makanya kamunya juga jangan kaya gini. Tapi kalo di pikir-pikir kenapa engga."
"Ayiii, mas juga bisa beliin apartement buat kamu, jadi kamu gausah ya tinggal di apartementnya Erick."
"Gausah mas, mending uangnya kamu tabung atau kalo mau beli juga mending buat mas Aldo aja. Itung-itung buat nanti kalian tinggal kalo udah nikah."
"Mas gaakan nikah sama dia Ayi."
"Yaudah aku mau mandi dulu ya mas."
"Ayi mas belum selesai ngomong."



To be continued...

Yeay aku balik lagi nih. Btw selamat pagi menjelang siang temen-temen hehehe.
Selamat menunaikan ibadah puasa juga bagi yg menjalankan. Semoga kita semua di kuatkan dalam menjalankannya yaa.
Btw part ini agak panjang dikit hehe semoga kalian suka yaa.
Ditunggu part selanjutnya yaaa. Aku cinta kalian semua. Luvv ❤️❤️❤️

ALE

Jangan Pergi, AyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang