- Ayi POV -
Setelah kepergian mas Rayan aku jadi bingung harus bagaimana. Mau ngejar mas Rayan takut mas Rayan nya malah mikir aku belain dia. Mau diem disini juga jujur aku gamau bahas masalah ini sama Erick. Tapi yaudah deh mau gimana lagi terpaksa aku hanya bisa diem di samping Erick.
"Jadi gimana? Bisa kan?" Tanya Erick lagi.
"Eum gimana ya Rick, coba nanti aku liat jadwal kerja aku dulu ya. Kalo misalkan aku gabisa libur gimana?" Tanyaku.
"Ya berarti aku nunggu kamu libur aja."
"Yaudah kalo gitu. Sekalian juga aku mau bilang dulu sama orangtuaku, supaya mereka tau juga."
"Iya bagus kalo gitu. Akhirnya aku bisa nemuin calon pendamping hidup kaya kamu ya, semoga kita bisa hidup bahagia sampai tua nanti ya."
"Euuuh.. kita hanya bisa berserah sama Tuhan. Kalo kita emang jodoh pasti Tuhan mempersatukan kita. Dan kalo emang kita ga Jodoh ya mau gimana lagi. Kita hanya bisa ngikutin rencana Tuhan."
"Iya, eh btw kamu kerja kan hari ini?"
Saat akan menjawab pertanyaan Erick, tiba-tiba perutku mual dan ingin muntah. Lalu aku segera berlari ke kamar mandi, dan benar saja aku mengeluarkan kembali apa yg telah aku makan tadi. Berkali-kali sampai aku merasa agak lemas."Kamu gapapa? Kita ke rumah sakit aja yu. Biar di tanganin sama dokter."
"Gausah, aku gapapa kok. Kayanya masuk angin aja. Yaudah kalo gitu aku siap-siap dulu ya. Bentar lagi aku berangkat kerja."
"Yaudah sana siap-siap aku anterin hari ini."Aku pun langsung pergi menuju kamar, sebenarnya aku takut dan mulai curiga akan suatu hal. Apa yg sebenarnya terjadi padaku akhir-akhir ini. Aku benar-benar takut. Kalo sampai yg ada di pikiranku ini benar. Kalau sampai itu benar-benar terjadi, aku tidak bisa membayangkannya. Tapi yasudah mau bagaimana lagi. Lagi pula ini kesalahanku juga. Nanti kalau misalkan mual nya terjadi lagi besok aku berencana menemui dokter.
Setelah siap aku diantar Erick ke tempat kerjaku. Tak lupa aku mengucapkan terimakasih kepadanya karna telah mengantarkan ku. Erick sempat memaksa untuk menjemputku, tapi aku menolak dengan alasan akan pergi bersama Revan. Dan sialnya Erick malah bertanya siapa Revan. Ya aku jawab temanku lah, apalagi. Lagian apa urusannya sama dia coba. Yaudahlah gausah di pikirkan.
***
Ternyata saat aku bekerja mual-mual yg terjadi di pagi hari itu benar-benar terulang lagi. Berkali-kali, sampai-sampai aku ditegur oleh atasanku karna sering meninggalkan area kasir. Dan ini tandanya aku benar-benar harus pergi ke dokter. Bagaimana pun caranya aku harus bertanya. Apakah dugaanku benar atau salah. Jika salah aku akan tersenyum lebar dan semuanya akan berjalan seperti biasa. Tapi jika benar ini akan menjadi awal permasalahan yg sudah terjadi. Tuhan beri aku kabar yg terbaik. Aku percaya Engkau maha menyayangi hambanya.
***
Di pagi harinya aku segera menemui dokter. Di rumah sakit terdekat.
"Selamat pagi, ada yg bisa saya bantu?" Sapa sang dokter. Dia perempuan sangat cantik dan lemah lembut.
"Selamat pagi. Begini dok, perkenalkan saya Kaylo, saya ingin memeriksakan sesuatu. Akhir-akhir ini saya sering sekali mual-mual. Entah itu pagi hari, siang bahkan malam hari. Apakah ada sesuatu ya dok."
"Eumm mungkin anda terlalu kecapean jadi menyebabkan tekanan darah turun dan mungkin saja di ikuti stres jadi menyebabkan mual-mual, apakah anda bekerja?" Tanyanya
"Iya dok saya bekerja. Tapi sebenarnya saya mau memastikan sesuatu dok. Tapi dokter janji bisa jaga rahasia. Kalo misalkan dokter menganggap aku sedikit tidak waras tidak masalah asalkan tolong periksa saya dulu ya dok."
"Memangnya ada apa mas. Yasudah saya janji bisa jaga rahasia."
"Begini dok, beberapa minggu yg lalu sekitar 6 minggu kalo tidak salah, saya melakukan hubungan seksual bersama pacar saya. Bolehkah dokter memeriksanya?"
"Jadi maksud mas ini hamil atau bagaimana? saya masih tidak mengerti."
"Begini dok, memang rasanya mustahil tapi kalo boleh jujur saya takut hamil dok."
"Hah? Saya tidak salah dengar?"
"Maka dari itu cukup periksa saya, dokter sudah janji. Saya takut dok."
"Baiklah baik, akan saya periksa. Tapi bagaimana mungkin."
"Cukup periksa saya saja dok, supaya saya tenang dan nanti saya akan jelaskan."
"Baiklah, silahkan berbaring. Angkat sedikit bajunya. Saya periksa ya mas. Ada-ada saja mas ini."
Ketika dokter sedang memeriksa. Tiba-tiba...
"Kayanya tidak ada apa-apa mas, mas ini jangan. Loh kok ada apa ini."
"Ke-kenapa dok? Ada apa?" Tanyaku setengah takut.
"Sebentar saya sedang memastikan kembali."
Akupun diam saja.
"Tidak mungkin, mas ini laki-laki kan? Tapi bagaimana bisa?"
"Ja-jadi gimana dok?" Tanyaku benar-benar takut saat ini.
"Tapi bagaimana bisa? Mas sedang hamil saat ini. Usianya baru 4 minggu. Tapi saya benar-benar kaget atas semua ini. Bagaimana bisa?"
"Jadi dugaan saya benar dok?" Kataku bingung.
"Saya awalnya tidak percaya kalo laki-laki bisa hamil. Tapi setelah memeriksa mas saya jadi sangat sangat percaya. Lagipula memang saya pernah dengar ada beberapa laki-laki mempunyai rahim. Tapi presentase nya sangat kecil sekali, bahkan 1:100.000 pun akan sangat tidak mungkin. Tapi setelah ini saya merasa sangat bahagia. Selamat atas kehamilannya. Kalo bisa usahakan sebulan sekali periksakan kehamilan mas ini ya. Saya tunggu." Ucap dokter panjang lebar.
"Kalo begitu terimakasih dok, saya permisi dulu." Ya Tuhan bagaimana ini. Apakah ini suatu anugerah atau suatu musibah.
"Yasudah, mas jangan terlalu cape. Kalo perlu apa-apa bisa hubungi saya kembali ya. Oh saya lupa mas Kaylo bisa panggil saya Imel."
"Terimakasih ya dok. Saya permisi."Setelah pulang dari rumah sakit akupun langsung pulang dan segera beristirahat. Aku sedang tidak mau memikirkan apapun dulu. Aku takut malah jadi tambah stres. Makanya aku tidur saja.
***
- Rayan POV -
Saat ini gue ada di kantor. Gue tiba-tiba mual dan udah beberapa kali bolak-balik kamar mandi. Entah kenapa. Tapi intensitas mualnya sering banget. Fix gue harus ke dokter.
"Kenapa gue mual-mual terus sih. Kalo gini terus harus di cek ke dokter." Kata gue bicara sendiri.
Lalu tak lama datanglah Lia. Tapi tiba-tiba...
"Uwek.. uwek.."
"Loh bapak kenapa? Bapak sedang kurang sehat?" Tanya nya
Kemudian gue pun keluar dari kamar mandi (lagi).
"Parfum kamu baunya gaenak banget bikin saya mual. Besok harus ganti!!"
"Loh bukannya saya emang biasa pake parfum ini pak dari dulu, kenapa bapak tiba-tiba nyuruh saya ganti parfum?"
"Kalo saya suruh ganti ya ganti. Lia. Kalo ga di ganti kamu saya pecat."
"Eh baik pak baik. Saya besok ganti parfum."Dan akhirnya Lia pun beranjak pergi dari ruangan gue. Besok kayanya gue harus ke dokter.
To be continued...
Halo gais balik lagi hehehe.
Aku ragu deh bisa selesai dalam 40 chapter, kalian bosen ga sih sama cerita aku:(
Aku usahain deh yaa. Semoga ga terlalu panjang dan ga bikin kalian bosen.
Pokoknya kasih komen ya jangan lupa biar aku ada pencerahan. Terus jangan lupa vote juga ya hehehe.
Sampai jumpa lagi di chapter selanjutnya..ALE

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Pergi, Ayi
Storie d'amore"Kamu jangan deket-deket terus sama dia." Katanya tiba-tiba. "Kenapa memang? Dia kan temen aku mas." Jawabku menimpali "Pokoknya kamu jangan deket-deket sama dia, mas gasuka." Jawabnya dengan raut muka kesal. "Cemburu ini mah pasti." Kataku dalam ha...