Bagian 49

114 18 9
                                    

- Ayi POV -

5 tahun kemudian..

"Dean. Ayo bangun. Sayang." Kataku membangunkan anakku.
"Bentar lagi papa. Dean masih ngantuk." Jawabnya.

Tak terasa sudah 5 tahun berlalu. Aku sangat bersyukur sekali atas karunia Tuhan yg satu ini. Malaikat kecil ku, Dean Aldwin August Hans. Entah apa arti dari nama sepanjang itu. Yg jelas nama itu diberikan oleh mas Arran.

Selama hampir 9 bulan aku mengandung Dean, yg memenuhi semua kebutuhanku mulai dari check up ke dokter, mengurusi acara ngidamku, sampai persalinan pun mas Arran yg selalu menemaniku. Sebenarnya aku tidak meminta sama sekali namun tidak tahu kenapa dia menawarkan dan melakukan dengan sendirinya. Bahkan dulu ketika Lexi menemaniku check up ke dokter tanpa sepengetahuan mas Arran dia sampai marah. Aku sampai takut waktu itu tapi aku segera menjelaskan bahwa waktu itu mas Arran nya sedang berada di luar kota jadi aku terpaksa di temani Lexi. Dan akhirnya dia pun mengerti.

Kalau kalian mau tahu, sekarang aku tinggal bersama mas Arran di rumah kediamannya. Sekitar 2 tahun yg lalu, mas Arran memutuskan untuk tinggal sendiri. Mau mandiri sih katanya. Tapi aku tidak begitu tahu alasan sebenarnya dia mau tinggal sendiri itu apa. Yg jelas waktu itu aku turut serta di ajaknya untuk tinggal bersama.

Dan aneh nya selama aku kenal sama mas Arran dia tidak pernah membawa seorang pun ke rumah. Kalian tahulah yg aku maksud apa. Ya jelas dong aku bertanya-tanya soalnya dengan umur yg sudah matang seperti itu kenapa dia belum menikah juga. Yg dulu ku kira dia seumuran sama mas Rayan itu benar. Nah berarti harusnya cukup dong untuk dia memulai sebuah rumah tangga. Apalagi dia sudah mapan juga. Tapi gataulah aku tidak usah terlalu ngurusin hal pribadi orang lain.

"Yaudah papa siapin air dulu ya buat kamu mandi, setelah air sudah siap terpaksa papa bakalan seret kamu ya." Kataku pada Dean.
"Hmm, iya pa." Jawab Dean.

Akupun langsung aja menyiapkan air panas untuk Dean mandi. Kebetulan juga mas Arran belum bangun. Aku akan membangunkan nya sekalian, lalu nyiapin air panas buat dia mandi.

Aku berjalan ke kamar mas Arran. Lalu mengetuk pintu.
"Mas, udah jam 7. Mas udah bangun?"
Tidak ada jawaban berarti dia masih belum bangun. Lalu tanpa basa-basi aku langsung saja masuk ke dalam kamar. Ternyata memang benar dia masih bergelut bersama selimut tebalnya.

"Mas, bangun udah siang. Mas kan harus ke kantor. Mas." Kataku membangunkannya sambil menepuk bahunya.
"Bentar lagi."
"Mas udah jam 7 nanti kamu telat mas."
"Gapapa. Gue masih mau tidur. Jangan ganggu gue dulu."
"Yaudah aku siapin air panas buat mas mandi dulu kalo gitu. Habis itu mas.." Tanpa diduga mas Arran menarikku ke dalam pelukannya.
"Lo cerewet banget. Udah diem dulu gue masih ngantuk. Nanti juga gue bangun sendiri."
"Tapi mas bisa tolong lep.."
"Udah diem aja. Biar lo ga berisik."
"Iya mas aku gaakan berisik lagi. Tapi tolong lepasin dulu mas."
"Engga. 5 menit aja cukup diem gausah banyak ngomong."

Aku pun pasrah dengan apa yg di lakukan mas Arran. Akhir-akhir ini sikap mas Arran kepadaku agak aneh. Contohnya sekarang aja, tiba-tiba meluk aku kaya gini. Bikin aku jadi deg-degan aja. Lagian kenapa mas Arran harus bersikap kaya gitu. Aku jadi mikir kemana-mana arti dari semua perlakuannya padaku. Tapi dengan sadar aku menghilangkan pikiran-pikiran itu. Kamu gaboleh melakukan kesalahan untuk yg kedua kalinya. Pokoknya cukup mengurus Dean saja sudah cukup untuk saat ini. Jangan terlalu memikirkan apapun kecuali Dean.

Lalu dari arah kamar Dean ku dengar teriakan Dean memanggilku.

Aku langsung saja menjadikan teriakan Dean alasan untuk lepas dari mas Arran.
Dan akhirnya aku lepas dari mas Arran dan langsung saja memandikan Dean di kamarnya.

***

Di meja makan. Kita bertiga sedang menikmati sarapan bersama. Sesaat setelah sarapan selesai terdengar suara klakson mobil jemputan Dean. Aku langsung saja mengemasi barang-barang Dean.
"Ayo jagoan waktunya berangkat, mobil jemputan sudah tiba. Pamit dulu sama Om Arran."
"Siap pa. Daddy, Dean pergi sekolah dulu ya. Semoga hari daddy menyenangkan hari ini." Pamit nya yg membuatku geleng-geleng kepala. Soalnya Dean memanggil mas Arran selalu dengan panggilan Daddy. Padahal aku selalu menyuruhnya memanggil Om saja. Tapi tidak tau kenapa berubah seketika. Sebenarnya aku tidak enak sama mas Arran. Makanya aku hanya tersenyum kikuk di depannya.
"Baik jagoan. Kamu juga sekolah yg rajin ya biar pinter kaya daddy. Okey?"
"Okey kalo gitu Dean berangkat dulu ya. Dah daddy."

Aku langsung saja mengantarkan Dean sampai mobil jemputannya. Dean kini sudah bersekolah. Play grup sih sebenarnya. Karna disini tidak ada yg namanya Taman kanak-kanak wkwk. Nah berhubung Dean sudah cukup untuk masuk sekolah jadi aku putuskan untuk memasukkan Dean ke play grup yg ada di kota ini.

Setelah mengantarkan Dean aku segera masuk kembali. Kulihat mas Arran sedang bersiap untuk berangkat. Aku bergegas untuk merapikan terlebih dahulu piring kotor bekas sarapannya nya. Setelah selesai aku pun segera bersiap juga. Karena aku memang bekerja di perusahaan mas Arran.

Tidak ada percakapan selama perjalanan. Namun aku mencoba berusaha membuka percakapan.
"Mas, soal Dean aku minta maaf ya. Aku ga bermaksud lancang. Tapi aku juga gatau kalo Dean bisa manggil kamu dengan sebutan itu. Aku minta maaf. Nanti aku kasih tau dia secara perlahan. Maaf sebelumnya."
"Gapapa. Lagian emang dia butuh sosok itu kan?" Jawabnya yg membuat aku terdiam.
"Tapii.."
"Gausah cerewet. Gue gapapa kok. Lo tenang aja."
Lalu tidak ada percakapan lagi setelah nya. Dan hanya keheningan yg mengiringi kami sampai tempat tujuan.

Sesampainya di kantor aku segera turun lalu tak lama di pintu depan aku bertemu dengan William. Dia akhir-akhir ini memang terlihat jelas sedang berusaha mendekatiku. Tapi ya aku juga tidak mau terlalu percaya diri sih jadi ya aku anggap biasa saja.

"Pagi Dim." Sapa William kepadaku. Oiya disini aku sudah tidak di panggil Ayi lagi. Semua orang disini memanggilku dengan sebutan Dimitri.
"Pagi Will."
"Selamat pagi Pak." Dia langsung menyapa juga mas Arran.
"Pagi." Jawab dingin mas Arran seperti biasa.
"Oiya Dim, nanti makan siang bareng ya. Aku udah masakin kamu makan siang. Mau ya."
"Eumm.." saat aku berpikir ingin menjawab.
"Engga. Dia makan siang sama saya jadi kamu gausah repot-repot buat masak buat dia." Jawab mas Arran tiba-tiba.
Aku sempat kaget, lalu melihat wajah William terlihat kecewa.
"Yaudah deh kalo gitu. Gimana kalo nanti aku jemput kamu buat makan malem bareng gimana? Kamu boleh ajak Dean kok. Mau ya?"
Tawarnya untuk yg kedua kalinya.
"Gabisa. Dean gaboleh keluar malem-malem. Jadi gabisa. Ayo jalan." Ucapnya sarkastik.
"Nanti kita bicara lagi ya Will." Kataku agar dia tidak terlalu kecewa atas jawaban mas Arran.
Lagipula mas Arran kenapa sih.

Aku pun berjalan bersama mas Arran yg berada di depanku.
Ketika aku sampai di depan pintu ruangan divisiku tiba-tiba mas Arran berbicara.
"Lo gaboleh kemana-mana nanti pas jam makan siang. Gue bakal dateng ke ruangan lo. Terus kalo lo mau pergi kemana pun lo harus izin dulu sama gue. Gaada bantahan."
"Tapi mas.." ketika mau menjawab mas Arran sudah pergi begitu saja. Kenapa mas Arran akhir-akhir ini aneh sekali. Tapi yasudahlah jangan terlalu di pikirkan.

Dan aku pun masuk ke ruangan divisiku. Semoga kerja hari ini lancar tanpa ada hambatan apapun. Doaku setiap pagi sebelum bekerja.



To be continued (?)

Atau

End (?)






Gimana gais?
Suka ga? Lanjut jangan? Atau udahan aja wkwk
Pokoknya liat nanti yaaa wkwkwk
Aku mau bikin penasaran kalian ah hahaha


ALE

Jangan Pergi, AyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang