Bagian 54 - End

198 21 17
                                    

- Ayi POV -

Hari ini adalah hari dimana acara pengalihan perusahaan om Martin kepada mas Arran. Sekarang ini aku sedang berada di dalam kantor. Yg telah di hias sebegitu mewahnya. Aku sangat senang sekali. Bisa menyaksikan langsung om Martin menyerahkan perusahaan ini ke pada anaknya yaitu mas Arran. Suatu kebanggaan juga aku bisa bekerja di perusahaan ini. Tentu dengan paksaan tante Angela. Tapi aku bisa membuktikan kalo aku pun layak untuk bekerja di perusahaan ini.

Aku lupa, di perusahaan ini aku di tempatkan di divisi accounting, sangat luar biasa untuk ukuran lulusan SMA sepertiku. Tapi yaitu, tadinya aku hanya ingin menjadi office boy saja tapi tante Angela menolak mentah-mentah dan langsung menempatkan ku di divisi ini. Awalnya memang aku sedikit keteteran tapi dengan bantuan teman-teman dan juga mas Arran aku sekarang sudah terbiasa. Jadi yaudah lah yaa hahaha. Aku bisa pada akhirnya.

Balik lagi ke acara, aku sedang bercengkrama dengan para tamu yg tak lain adalah teman-temanku. Kulihat disana mas Arran sedang berbincang dengan om Martin serta beberapa tamu undangan yg tidak ku kenal. Mungkin kolega dari om Martin yg jelas aku tidak tahu.

Selagi asyik mengobrol, tiba-tiba ada yg menepuk pundak ku. Lantas aku langsung saja menoleh. Namun betapa kaget nya aku. Yg menepuk pundak ku adalah...

"A-ayi.." bata nya memanggil namaku.
"Ma-mass Rayan.." akupun ikut terbata juga. Tapi aku berusaha untuk tidak terlalu gugup.
"Ngapain mas Rayan disini?" Tanyaku.
Tidak ada jawaban dari mas Rayan. Lalu aku segera pamit kebelakang untuk berbicara sebentar dengan mas Rayan.
"Kamu kemana aja selama ini, mas nyariin kamu kemana-mana. Maafin mas udah nuduh kamu yg engga-engga."
"Udahlah mas, aku udah lupain semuanya kok. Lagian kenapa mas repot-repot nyari aku." Tanyaku.
"Mas mau kamu pulang sama mas, mas mau ngulang semuanya dari awal sama kamu. Kita jalani semuanya dari awal lagi. Sekarang kamu gausah khawatir sama keluarga mas. Mereka udah setuju sama kita. Dan yg terpenting mas tau kalo kamu terpaksa dulu ngelakuin semua itu. Jadi mas mohon kita pulang, kita perbaiki semuanya."
"Tapi mas aku.." ucapanku terpotong saat ada orang yg berbicara di belakang ku.
"Gue nyariin lo kemana-mana taunya disini. Eh Rayan?" Kaget mas Arran.
"Arran?" Kata mas Rayan. Mereka saling kenal kah?
"Apa kabar lo, lama banget ya ga ketemu. Terakhir ketemu pas kelulusan waktu itu." Sahut mas Arran.
"Iya apa kabar lo. Lo di undang juga?" Tanya mas Rayan.
"Hah di undang? Ini acara peresmian gue Rayan, lo sendiri ngapain. Gue gatau loh kalo lo dateng juga sebagai tamu undangan."
"Apa? Jadi yg di maksud bokap gue itu elo?"
"Bokap lo? Oh gue lupa. Kalo gasalah bokap lo emang kolega bokap gue. Hahaha. Sorry gue beneran lupa." Kata mas Arran. Kenapa dunia seluas ini terasa sangat sempit sekali ya.
"Yaudah kalo gitu nikmatin acaranya ya, eh btw lo kenal sama dia?" Tanya mas Arran kepadaku.
"Eumm dia, dia.."
"Mantan pacarnya." Celetuk mas Rayan.
Kulihat raut wajah mas Arran terlihat kaget.
"Wah sangat kebetulan sekali ya." Kulihat raut wajah mas Arran tiba-tiba tersenyum aneh.
"Kalo gitu gue pinjem dia sebentar ya." Lalu mas Arran menarikku menjauh dari mas Rayan.
"Serius apa yg dia bilang? Lo ga pernah cerita mantan lo ada disini."
"Aku juga gatau mas kenapa dia tiba-tiba ada di sini."
"Terus kenapa dari tadi lo diem aja?"
"Aku gatau mau ngomong apa, jadi aku lebih memilih diam saja."

Lalu tiba-tiba terdengar suara om Martin dari belakangku yg memanggil mas Arran.
"Ran, ayo sebentar lagi acara akan dimulai. Om pinjam dulu ya dim."
"Oh iya om."

Lalu mas Arran pun pergi. Sebelum pergi dia sedikit bergugam.
"Nanti kita bicarain lagi."
Dan setelah itu mas Arran pergi meninggalkanku.

Acara pun dimulai. Dan beberapa saat lagi acara inti akan segera di mulai. Namun sebelum itu ada seseorang yg menarikku secara tiba-tiba yg membuat ku agak kaget.

"Mas, lepasin. Mau kemana sih. Acara inti sebentar lagi akan di mulai. Mas." Kataku namun tidak terdengar jawaban apapun dari mas Rayan.
"Mas aku mohon, ini acara bos aku. Kamu gaboleh kaya gini."
Lagi-lagi mas Rayan tidak menghiraukan perkataanku. Malah terus menarikku berjalan. Dan yg kutahu aku sedang diseret mas Rayan menuju toilet. Mau apa sih sebenernya mas Rayan ini.
"Mas kamu ini mau apa sih." Masih tidak di hiraukannya.

Setibanya di toilet mas Rayan langsung memelukku.
"Ayi please, mas minta maaf atas semuanya. Mas mohon kita pulang ya. Mas janji bakal nikahin kamu. Mas gaakan pernah nyakitin kamu lagi. Kamu percaya kan sama mas?"
"Mas engga segampang itu, keadaan sekarang udah beda mas. Udah ga kaya dulu lagi. Jadi aku gabisa mas."
"Kenapa gabisa? Mas tau kok kamu masih sayang sama mas."
"Tapi mas.."
"Pokoknya mas gaakan pernah ngelepasin kamu lagi. Cukup hanya dulu mas ngelakuin kesalahan. Setelah ini mas janji gaakan pernah ninggalin kamu. Mas janji, jadi mas mohon kita pulang ya." Mohon mas Rayan.
"Maaf mas, aku gabisa. Aku udah punya kehidupan baru disini. Aku gamungkin ninggalin semua yg udah aku bangun di sini. Jadi aku gabisa mas." Kataku. Entah kenapa perasaanku memberatkanku untuk meninggalkan kota ini. Entah apa aku juga tidak tahu. Tapi sejauh ini aku memang masih ingin tinggal disini. Memang aku merindukan kedua orangtuaku tapi aku masih bisa berkomunikasi dengan mereka via telepon jadi masih cukup untuk mengobati rasa rinduku kepada mereka.

"Okey kalo gitu mas aja berarti yg akan menetap disini. Mas akan buktiin sama kamu kalo mas itu serius soal nikahin kamu."
"Kalo kamu masih ragu, kamu cukup percaya sama mas. Kalo semuanya akan baik-baik saja."

Kenapa jadi begini sih. Memangnya ada apa antara mas Rayan dengan mas Aldo. Sampai-sampai mas Rayan tahu kalo aku berbohong waktu itu. Apa jangan-jangan mereka sudah bercerai? Harusnya aku seneng dong ya tapi entah kenapa hatiku menjadi bingung.

Terlebih apa yg harus ku jelaskan kepada Dean, kalo sebenarnya ayah kandungnya berada disini. Memang aku terus jadi mengelak jika Dean terus bertanya soal ayahnya itu. Karena memang posisinya begitu adanya. Jadi mau tidak mau aku terus saja mencari alasan mengenai ayahnya Dean itu. Tapi sekarang dia ada disini. Didepan mataku. Yasudahlah mau bagaimana lagi. Hal ini sudah terjadi. Kita lihat saja kedepannya kaya gimana.

Lalu mas Rayan pun pergi meninggalkan aku sendiri disini. Entah mau pergi kemana. Tapi yg kutahu kalau dia sudah punya tekad pasti tidak akan pernah dia untuk mengubahnya. Jadi aku hanya bisa bersiap saja mulai dari sekarang dan entah sampai kapan. Menghadapi takdir yg tidak pernah terduga akan seperti apa.





The End..




Akhirnya selesai juga. Masih pada penasaran ya hahahaha. Mau lanjut engga nih?
Tunggu aku di cerita selanjutnya yaaaa.
Pokoknya jangan lupa vote, comment sama jangan lupa follow aku yaa. Supaya nanti pas cerita kedua up kalian bisa langsung baca.
Makasih banget buat kalian semua yg udah dukung aku selama beberapa bulan ini. Pokoknya sayang kalian banget.

See you babayyyyy❤️❤️❤️


ALE

Jangan Pergi, AyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang