--Geminorum 57--

595 88 218
                                    

Nggak baca ampe akhir yaa hikss...
🤧🤧🤧
Kalian mikirnya ceritanya udah tamat, padahalkan belom :(

Selalu Bahagia Ya, Zuyu!
_____

Pagi yang seharusnya cerah untuk menemani hari pertama masuk sekolah di tahun ini di semester ini.

Namun, bagi Aurora tak ada satu pun yang membuatnya tertarik untuk tersenyum. Blytha menyapanya ketika gadis itu menuruni anak tangga untuk sarapan, dan Papanya juga mengecup pipinya sebagai permulaan yang bagus. Yah hanya Adena yang tidak melakukan apa pun terhadap Aurora, setidaknya itu hal yang baik dari pada di pagi yang sudah tidak cerah ini lalu di omelin juga oleh Adena, jelas saja itu akan semakin merusak suasana hati Aurora.

Gadis itu menarik kursi makan, dan meraih dua lembar roti panggang, menyiapkan segelas susu yang sudah tersedia di atas meja. Dengan tenang ia menghabiskan sarapannya.

Biasanya ia tidak ingin sarapan bersama Blytha, tapi untuk hari ini dan mungkin seterusnya ia akan melakukannya.

Gadis itu banyak diam, sejak malam itu.

Setelah sarapannya berakhir, Aurora langsung berdiri dari duduknya dan bersiap menuju sekolah.

"Aku berangkat dulu," pamit gadis itu. Tanpa menunggu jawaban Aurora langsung saja menuju pintu utama dan keluar dari rumah, ia terus berjalan menuju gerbang. Ia akan berangkat bersama Gavin, karena semalam laki laki itu sudah mengiriminya pesan bahwa ia akan menjemput Aurora.

_____

Aurora turun dari motor Gavin. Selama di perjalanan tidak ada yang bersuara, Gavin sudah mencoba untuk mengajak gadis itu berbicara tapi hanya dibalas gumaman serta dehaman saja, pada akhirnya Gavin memilih untuk diam.

"Makasih," ujar gadis itu dan langsung melangkah terlebih dahulu ke kelas tanpa menunggu Gavin.

Wajah Aurora benar benar datar. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah sebuah kursi dan ia bisa duduk di atasnya.

Beberapa orang yang Aurora lewati tak sedikit yang menyapanya, tapi tak satu pun yang dibalas oleh Aurora. Ia benar benar diam dan tidak banyak bicara.

Sesampainya Aurora di kelas.

"Selamat pagi, Emakku yang cantik jelita!" sapa Gara tak lupa dengan kelebayan plus kealayan laki laki itu.

"Hm," deham Aurora tanpa sepatah kata lain, membuat Gara sedikit terheran heran. Tapi laki laki itu tak ambil pusing, ia kembali memulai aksinya menyapa para gadis gadis yang lewat, mau itu kelas 11 A Ips, atau kelas sebelahnya.

Aurora melihat Kimberly yang sudah asyik berkaca ria di ponselnya, merapikan sedikit riasannya. Sedangkan Pricilla, gadis itu tengah membaca sebuah buku yang kelihatannya tebal. Wah, sejak kapan Pricilla suka membaca novel? Ah tidak, kembali ke Aurora! Gadis itu sama sekali tak berkomentar. Menyapa pun tidak.

Pricilla yang merasa ada pergerakan di sebelahnya --Aurora sebangku dengan Pricilla-- lantas menghentikan bacaannya dan menoleh pada gadis itu.

"Hai, Ra!" sapa gadis itu. "Kalo gue nggak salah, lo udah jadian ya sama Bryan? Apa juga gue bilang, Bryan tuh sebenernya emang suka ama lo dari dulu cuman gengsinya aja yang ketinggian," lanjut Pricilla tumben banyak bicara.

Prescience (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang