--Geminorum 63--

581 95 337
                                    

Jangan lupa dengerin lagunya ya....


San Fransisco

_____

When I'm away,
I will remember how I kissed you...
Under the shining skies, that are so sweet...
Hearing you whisper through the phone...
Wait for me to come home...
-Bryan Adams

_____

Waktu berlalu begitu cepat. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan telah berganti tanpa kau ketahui.

Satu tahun sudah dilewati Bryan untuk menunggu hari ini tiba. Ia akan menghabiskan liburannya di Indonesia, bersama gadisnya.

Tapi sayang semua hanya tinggal rencana, ketika laki laki itu harus terperangkap di apartemen dengan setumpuk berkas yang harus diselesaikan sebelum memasuki perguruan tinggi.

Satu hari yang lalu Bryan sama sekali tidak bisa menghubungi Aurora karena ponsel gadis itu yang selalu di luar jangkauan, selepas mengabari bahwa ia tidak bisa pulang tahun ini.

Apakah Aurora kecewa pada Bryan? Jangankan Aurora, ia sendiri kecewa dengan dirinya yang tidak bisa menepati janji. Bryan mengingkari janjinya, ia tahu itu.

Berkali kali Bryan menghelas napas kasar. "Ra! Angkat dong!" dengus Bryan mondar mandir di kamar. Ponsel melekat erat di telinganya, berulang kali menghubungi Aurora. Entah sudah seribu kali Bryan menghubungi gadis itu sejak kemarin pagi.

"Arrgghhh..." teriak Bryan. Lagi dan lagi, ponsel Aurora tidak bisa dihubungi. Bryan mencemaskan gadis itu, sangat mencemaskannya.

Bryan melempar ponselnya ke kasur saking kesalnya laki laki itu. Lalu melangkah ke jendela, dan membuka tirai itu.

Langit sudah cerah, bertolak belakang dengan hati dan pikiran Bryan. Seharusnya laki laki itu sudah mulai mengerjakan berkas berkas tersebut, tapi Bryan belum juga melakukannya karena Bryan tidak ingin menyentuh berkas itu sebelum Aurora mengangkat telpon darinya.

Ia pandangi jalanan kota yang tidak padat di pagi ini agak lama, sampai bunyi ponsel menghentikan aktivitasnya.

Drrt... Drrtt...
Dengan kesal Bryan menghampiri kasur dan meraih ponselnya.

Namun setelah melihat siapa yang menelpon, seketika seutas senyum mulai muncul di wajahnya.

"Sayang?"

"Ayen... Hikss..."

Bryan mendengar isakan Aurora. "Kenapa hm? Kenapa nangis gitu?" Senyum Bryan memudar, digantikan dengan wajah khawatir.

"Ayen..."

"Iya, Sayang? Kamu kenapa?"

"Hikss... Ayen..."

"Ada a--"

Ting Tong!!
Bel apartemen berbunyi, membuat Bryan mau tak mau harus melihat siapa yang mengunjunginya sepagi ini.

Bryan melangkah menuju pintu utama dengan ponsel yang masih menempel di telinga.

Krieeett...
Bryan membuka pintu tersebut, dan...

Bryan membuka pintu tersebut, dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prescience (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang