--Geminorum 38--

759 112 420
                                    

Mau coba bikin yang uwu uwu
👉👈
Yuk mari menyaksikan keuwuan ala Bryan.
Kalo gaje maapkeun. Hikss...


Circle Percintaan Ala Ayen dan Aura
_____

"Ya! Aura tetaplah punya Ayen, dan Ayen selamanya punya Aura..."

Aurora dengan cepat mengalihkan pandangannya pada si pemilik suara. Gadis itu terpaku, mulutnya sedikit terbuka.

Untung dikit doang, kalo gede bisa kenyang minum air hujan tuh anak.

Bryan tersenyum lembut. Ia sampai tepat ketika Aurora mengucapkan kalimat legendnya itu, selebihnya Bryan tidak dengar. Laki laki itu menangkup pipi Aurora, lalu menghapus sisa sisa air yang melekat di pipi tersebut dengan kedua ibu jarinya.

"Ini air ujan ya? Lebat banget ampe banjirin pipi anak gadis orang," goda Bryan dengan sedikit sindiran di dalamnya. Laki laki itu mengarahkan tubuhnya untuk berdiri tegap dihadapan Aurora yang sedang duduk di bangku halte. Jadilah posisinya yang seperti sedang melindungi Aurora dari serangan hujan?

Mereka saling bertatapan tentunya, dengan Bryan yang masih setia menjelajahi pipi Aurora dengan jari jarinya yang besar.

Bryan hampir saja pulang karena frustasi tidak menemukan Aurora di setiap sudut sekolah. Selepas menjelaskan apa yang seperlunya Vino dan Nicholas tahu, laki laki itu langsung menuju kelas Aurora namun tidak menemukan gadis itu. Ia kesana kemari, bertanya sana sini tapi tidak juga menemukan keberadaan Aurora.

Hingga akhirnya Bryan memutuskan untuk pulang saja, tapi ternyata hari hujan. Teman temannya sudah terlebih dahulu pulang.

Bryan meneduhkan diri di depan pos satpam sekolah. Ada beberapa orang disana seperti dirinya, menunggu hujan reda.

Bryan menghela napas lelah. Matanya meneliti ke arah jalan Raya. Banyak kendaraan yang berlalu lalang, ada pengendara motor yang menempuh hujan hingga tubuhnya basah kuyup. Bryan hendak melakukan hal serupa yaitu menerobos hujan, akan tetapi lagi lagi ia tidak jadi melakukannya.

Di halte yang terletak tidak jauh dari sekolah, Bryan melihat dimana orang orang berbondong bondong memasuki bus, tapi tidak dengan seorang gadis yang asyik melamun duduk agak di tepi bangku halte.

Dan Bryan tahu siapa gadis itu.

"Aura, kenapa disini hm?" tanya Bryan lembut. "Bukannya aku udah bilang kita harus bicara! Kenapa hpnya dimatiin?"

Aurora diam sejenak. Gadis itu menghirup udara sekali, lalu melepaskannya perlahan.

"Ayen, a-aku nggak bi--"

"Kamu bisa. Kita pasti bisa, Aurora!" potong Bryan yakin. "Selama ini aku udah bohongin perasaan aku sendiri. Udah banyak hal yang aku lewatin tentang kamu, Ra. Aku nyesel udah nyakitin hati kamu. Seberapa sering dulu aku jelek jelekin kamu, kamu tetep senyumin aku."

"Aku ngerasa ada yang kurang, ketika kamu jauhin aku. Beberapa tahun belakangan ini, ada Dewi yang bijaksana di samping aku, dan itu kamu. Kamu itu Dewi Athena-ku, Aurora," ujar Bryan menatap dalam menyelami kedua mata Indah Aurora.

Buaya darat. Canda buaya.

"Kalo kamu capek perjuangin aku, ya udah kamu berhenti aja."

Aurora langsung melotot. "Kamu nyuruh aku berhenti?" cicit Aurora tak percaya.

Prescience (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang