--Geminorum 55--

597 90 217
                                    

Orang Pertama yang Bakal Gue Bunuh
_____

Gue tunggu lo malem ini!!
Begitulah bunyi pesan yang tiba tiba masuk ke ponsel Gavin.

Laki laki itu sedang menikmati es jeruk kesukaannya yang mana jeruknya sudah habis, dan menyisakan es batunya, tapi laki laki itu dengan percaya diri masih menyesap sisa sisa air hingga berbunyi.

Orang itu mengirimi Gavin sebuah alamat, yang mana ia meminta Gavin untuk datang tepat pukul 11 malam.

Ingin memberi tahu teman temannya yang lain, tapi tidak diperbolehkan oleh orang misterius itu. Orang itu menyuruh Gavin datang sendirian.

Gavin sih oke oke saja. Mau akan ada pertumpahan darah atau perang dunia ketiga pun tidak masalah, akan tetapi jika ia mati lebih cepat dari perkirannya, lalu siapa yang akan mengurus Kitty Kitty nya yang lain? Maksudnya motor motornya yang lain?
Jika ia mati muda, lalu siapa yang akan mengantar Mamanya ke pasar? Siapa yang akan Mamanya suruh suruh untuk membeli sesuatu di malam hari? Siapa yang akan diteriaki Mamanya di pagi hari? Dan siapa yang akan memijiti Mamanya agar bisa diberi uang jajan tambahan?
Satu hal lagi. Siapa yang akan menggantikan Bryan jika ternyata laki laki itu membuang Aurora suatu hari nanti?

Maka dari itu, Gavin memutuskan tidak ingin mati malam ini. Tapi bagaimana pun juga ia adalah sosok laki laki sejati, katanya sih gitu. Sebagai sosok laki laki sejati, maka Gavin di larang untuk takut, sehingga laki laki itu menerima suruhan orang misterius tadi, datang sendiri tanpa membawa orang lain.

_____

Disinilah Gavin kini. Berdiri di tepi jalan besar tapi lengang. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang, dan itu bisa dihitung dengan jari.

"Nih orang kaga boongin gue kan ya?" gumam Gavin merapatkan jaket yang ia kenakan. Walau sudah memakai jaket bomber, hawa dingin tetap saja menembus kulit, pori pori, bulu dan antek anteknya.

Sudah lima belas menit laki laki itu menunggu dari jam yang sudah ditentukan, tapi ternyata tidak ada siapa pun yang menghampirinya.

"Parah! Parah! Masa gue diboongin sih? Gue aja nggak pernah boongin orang. Hmmm... Iya sih kayanya gitu. Gue kan anak baik jadi nggak pernah boong," rajuk Gavin menghentak hentakkan kakinya.

"Awas lo! Kalo gue ketemu siapa orangnya, bakal gue gelitikin ampe terkencing kencing!" ujar Gavin menggebu gebu. Kesal sekali laki laki itu. Udah di suruh dateng sendirian malem malem gini, eh malah di php-in kan minta di santet emang orangnya.

"Siapa yang mau lo gelitikin ampe terkencing kencing? Hah?"
Suara itu berasal dari arah belakang Gavin. Sontak membuat laki laki itu menoleh.

Melihat sosok yang berada di belakangnya, tentu saja membuat Gavin tak percaya dengan kehadiran sosok ini. Ia sama sekali tidak menduga bahwa pesan misterius itu berasal dari dia, iya dia!

"Lo?" tanya Gavin memastikan.

"Iya, gue. Bryan."

Lagi, Gavin dibuat kaget oleh laki laki ini. Pasalnya mereka sama sekali tidak pernah berada dikondisi yang baik baik saja jika bertemu, terakhir kali ketika mereka berdekatan Gavin dengan senang hati untuk marah serta mengungkit tentang Kitty kesayangannya yang lecet dan harus menginap di bengkel untuk beberapa hari, tak lupa cerocosan Mamanya ketika di rumah.

Bryan berjalan mendekati Gavin. Laki laki itu mengenakan levis hitam dengan kaus yang dipadukan jaket kulit berwarna coklat tua. Gagah? Ya tentu saja!

"Gue nggak tau apa maksud lo nantangin gue dua kali sebelumnya." Bryan memperlihatkan jarinya membentuk 'V'. "But, kini gue yang nantangi lo disini."

Prescience (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang