--Geminorum 34--

787 124 318
                                    

Kalo Bryan udah keluarin jurus keuwuannya, beuh para jomblowati di dunia wetpet bakal meronta ronta. Lebay ente!!

Bercanda sayangku ✌️


Gombal ala Bryan
_____

Guling sana, guling sini. Garuk sana, garuk sini. Nggak ada cantik cantiknya Aurora tidur. Belum lagi rambut yang awut awutan, tapi percayalah seperti apa bentuk Aurora tidur, gadis itu tetap saja cantik di mata Bryan. Avv bucin!

TOK!! TOK!! TOK!!

Seseorang mengetuk pintu kamar Aurora dengan tidak sabaran. Karena tak kunjung mendapat respon dari dalam, orang itu kembali mengetuknya lebih parah lagi seperti orang kesetanan.

"Aura di dalem ngapain? Mati?" ujar Bryan dengan suara kecil. Laki laki itu tak habis pikir dengan gadis yang berada di dalam kamar tersebut.

Tak ingin cepat menyerah, Bryan mulai menggedor gedor pintu kamar Aurora tak lupa memanggil manggil nama gadis itu.

Setelah sekian lama menggedor akhirnya pintu kamar terbuka dan menampilkan muka bantal Aurora. Mata saja masih merem melek.

"Apa sih? Ngganggu orang tidur aja! Masih pagi ini, nggak usah banyak bacot di depan kamar gue! Dari pada ganggu gue tidur mending lo jauh jauh deh sana, gue kalo marah kepala lo itu bisa gue bikin botak!" Mata Aurora setengah terbuka tapi masih bisa bisanya ngomel, gadis itu diambang ambang antara sadar dan tidak sadar.

"Pagi apa sih, Sayang? Ini udah mau malem!" Benar kata Bryan. Sekarang hampir malam, langit jingga mulai menghitam.

"Hah?"

"Hah huh hah huh! Gagu lo!" Lanjut dua katanya di dalam hati. Tanpa aba aba, Bryan langsung mendorong Aurora kembali masuk ke dalam kamar. Gadis itu sedikit meronta ronta, tapi Bryan tak ambil pusing.

Jadilah sekarang mereka berdua berada di dalam kamar Aurora.

Bryan mendudukkan tubuh Aurora di tepi kasurnya, sedangkan laki laki itu berdiri dihadapannya. Ia memegang kedua lengan Aurora, menyuruh gadis itu untuk menatapnya.

"Dah mau malem ini, Aura! Kamu tidur dari jam berapa sih?" Dahi Bryan mengernyit.

"Eumm.. Siang?" Aurora memejamkan matanya mengingat ingat sekiranya berapa jam ia tertidur.   Nyawanya masih belum terkumpul sepenuhnya.

"Ya tuhan. Selama itu? Kebo!" Bryan menoyor pelan kening Aurora. Ingat cuman pelan! Tapi Auroranya aja yang lebay langsung tepar ke belakang. Maklum mencari kesempatan dalam kesempitan, biar bisa bobo bobo lagi gitu kan ya.

Bryan menarik kedua lengan Aurora agar gadis itu kembali bangun. "Udah ah cepetan siap siap!"

"Siap siap kemana?" Aurora masih enggan untuk meninggalkan kasur kesayangannya.

"Rahasia. Cepetan gih!"

"Kamu ih, rahasia rahasiaan." Aurora mencibir kesal. Ia sudah kembali duduk, tapi matanya masih sayu sayu.

"Nggak papa atuh. Mok malmingan sama kamu nih!" Tidak tanggung tanggung, Bryan langsung menggendong Aurora layaknya gadis itu karung beras. Membawanya ke kamar mandi.

Aurora hanya pasrah, seperti raga tanpa jiwa.

Sesampainya di kamar mandi. Bryan menurunkan Aurora di bathub, menghidupkan showernya hingga Airnya menyentuh tubuh Aurora.

"Aku tunggu di bawah. Kamu siap siap ya, jangan dandan ntar kamu cantik. Kalo kamu cantik banyak yang naksir. Banyak yang naksir, banyak saingan juga. Aku tu nggak suka ba--"

Prescience (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang