--Geminorum 23--

880 150 187
                                    

Untung Sayang
_____

Blytha mengemasi barang barangnya sehabis belajar untuk persiapan olimpiade beberapa hari mendatang.

Gadis itu menyandang tasnya lalu keluar beriringan bersama guru pembimbing.

Mereka berpisah di depan koridor kelas 11. Si guru pembimbing ke ruangannya, dan Blytha pulang.

SMA Airlangga sudah mulai sepi, karena waktunya memang seharusnya pulang. Langit sudah semakin Jingga, sebentar lagi akan gelap.

Gadis itu terus berjalan menuju gerbang, ia tidak tahu harus pulang dengan apa. Pulang dengan Bryan tentu saja tidak mungkin karena laki laki itu sudah pulang lebih dulu, jika ia menelepon Papanya pasti nanti akan ada banyak pertanyaan yang harus ia jawab, Blytha mewanti wanti hal itu untuk tidak terjadi. Satu satunya cara, ya sama ojol!

Blytha membuka layar ponselnya untuk memesan ojol. Ah! Baru satu detik layar tersebut terbuka, namun langsung berubah gelap.

"Yhaa, pake mati segala nih hp," dengus Blytha karena baterai ponselnya habis.

Gadis itu ingin mengumpat, tapi seketika ia mengurungkan niatnya tersebut. Kata Bunda nggak boleh mengumpat, nggak baik!  Blytha teringat nasihat Bundanya.

Blytha menatap sepasang sepatunya, memainkan kedua kaki yang berbalut sepatu itu sebentar. Ia tidak tahu harus pulang menggunakan apa lagi? Jalan kaki? Rumahnya tidak bisa dibilang dekat dari sekolah ini.

"Blytha!" panggil seseorang, membuat gadis itu menegakkan kepalanya dan melihat pemilik suara tersebut.

"Ngapain sendirian? Nggak pulang?" tanya orang itu sembari memarkirkan motornya tidak jauh dari tempat Blytha berdiri.

Laki laki itu turun dari motor dan menghampiri blytha, ia masih menggunakan seragam sekolahnya, SMA Airlangga.

Bibir Blytha mengerucut. Entah kenapa tiba tiba ia sangat ingin menangis. Rasanya hari ini ia sangat lelah, lelah hati dan pikiran.

Tanpa sepatah katapun, Blytha langsung memeluk si laki laki tadi. "Gue mau pulang, tapi gue nggak tau mau pulang pake apa? Bryan udah pulang, gue nggak bisa nelpon Papa sama pesan ojol soalnya batrai hp gue habis. Hp gue udah mati total," adu Blytha panjang lebar.

Gavin yang menerima pelukan tiba tiba dari Blytha pun sontak terkejut, tak butuh waktu lama ia pun sadar dan langsung membalas pelukan Blytha sembari mengusap usap punggung gadis itu lembut. Bermaksud menenangkannya.

Gadis itu menangis, Gavin tahu itu karena ia merasakan getaran Blytha pada tubuhnya. "Gue capek! Gue sakit hati! Selama ini gue diam liat tunangan gue sama cewek lain, tapi sekarang gue nggak bisa lagi. Ini tuh rasanya sakit banget, nyesek liat Bryan lebih prioritasin Aurora padahal disini guelah tunangannya!"

Gavin terus mengusap punggung Blytha menenangkan gadis itu. Ia tidak ingin berkomentar lebih dulu, ia membiarkan Blytha menumpahkan semua kekesalannya hari ini.

"Gavin..." cicit Blytha. "Gue harus apa? Gu-gue sayang sama Aurora, tapi gue cinta sama Bryan. Gue nggak mau bikin Aurora sedih karena selama ini gue udah rebut banyak hal dari dia, tapi gue juga nggak bisa lepasin Bryan gitu aja."

Sejujurnya Gavin tidak mengerti dengan permasalahan Blytha, ia tidak tahu sama sekali. Tapi dari yang Blytha ucapkan bisa ia ambil kesimpulan bahwa Blytha bertunangan dengan Bryan, sedangkan Bryan dan Aurora pacaran? Ah maksudnya memiliki hubungan khusus yang pastinya lebih dari sekedar teman.

Prescience (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang