--Geminorum 14--

949 195 189
                                    

Bryan Sendu

_____

Bryan keluar dari ruang Buk Titi karena dia adalah utusan sekolah untuk Olimpiade tingkat Nasional dalam bidang Fisika.

Buk Titi mengatakan bahwa utusan dari sekolah itu cewek cowok, jadi Bryan akan mendapatkan partner cewek.

Bukannya langsung ke kelas, Bryan malah membelokkan tubuhnya ke kantin. Laki laki itu haus dan ingin membeli sebotol mineral.

"Ngapain lo disini?" tanya Bryan pada seorang gadis yang sedang asyik menyuapkan sesuatu. Gadis itu membelakangi Bryan, namun Bryan tahu siapa gadis itu.

Bryan tahu gadis itu menegang karena terciduk, dan Bryan memutuskan untuk mendekat hingga kini berada di hadapan gadis itu.

Aurora. Ya gadis itu adalah Aurora.

Suapan di tangan Aurora mengudara, mulutnya sedikit terbuka karena tadi hendak menyuap nasi gorengnya.

Ia mendapati Bryan lah yang ternyata menyiduknya, gadis itu pun berdeham sekali sebelum merapikan mimik wajahnya.

Aurora meletakkan sendoknya tadi, dan merilekskan tubuh seakan tidak terjadi apa apa.

"Eh Ayen," seru Aurora sok akrab, sambil menampilkan senyum konyol yang pasti terasa aneh bagi Bryan. Kenapa tidak? Karena gadis itu akhir akhir ini seakan menjauhinya dan mereka tampak dua sosok yang tak saling mengenal, tapi lihat kini! Seakan tidak terjadi apa apa.

"Ngapain disini?" tanya Bryan

"Ooh ini, gu-gue laper. Hehe..." Aurora nyengir menampilkan gigi giginya yang rapi.

"Oh." Aurora pikir setelah mengeluarkan dua huruf itu, Bryan akan pergi. Tapi ternyata oh ternyata realita tidak sesuai dengan ekspetasi. Bryan malah menggeser bangku di samping Aurora dan duduk disana.

"Eh?" Aurora menatap Bryan yang duduk di sampingnya dengan pandangan bingung. "Ngapain disini?"

"Duduk?"

Ya, lo kira gue buta. Gue tau juga kali lo lagi duduk.

"Ya ngapain lo duduk disini?"

Bryan mengedikkan bahunya acuh, laki laki itu dengan seenaknya meraih gelas teh Aurora dan meminumnya.

"Eh! Eh!"

"Hah... Hah..." Bryan menjauhkan gelas teh, lalu mengipas ngipas lidahnya yang terasa terbakar. "Kok panas?"

Seketika Aurora tertawa, memang tadi ia memesan teh hangat, dan ternyata malah di berikan teh yang airnya panas semua. Sehingga yang meminum teh tersebut lidahnya terasa terbakar.

Bryan menjulurkan lidahnya. "Panas," ujarnya memelas pada Aurora.

"Siapa suruh minum punya orang sembarangan? Hm?" Aurora lanjut menyuap nasi gorengnya tanpa menghiraukan lidah Bryan yang kepanasan.

"Tapi kan gue haus." Demi apa pun, Aurora tercengang dengan sikap Bryan yang seperti anak kecil. Apakah yang duduk disamping Aurora ini benar benar Bryan? Atau hanya ini halusinasi seorang Aurora?

Aurora memutuskan memeriksa yang sebenarnya terjadi, ia mencoba mencubit pipi Bryan membuat laki laki itu meringis. Memukul lengan Aurora agar beranjak dari pipinya. "Lo nyata?"

"Yaiyalah gue nyata. Lo kira gue hantu apa?"

"Yee, mana tau. Soalnya kaya bukan lo banget tiba tiba nongol trus duduk di samping gue." Aurora menatap sendu wajah Bryan, sedetik kemudian mengalihkan pandangannya. "Ngapain lo ke sini? Nggak ke kelas? Jangan bolos lho!"

Prescience (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang