Epilog

543 100 295
                                    

Dimana ada prolog, disitu ada epilog.






Prescience

_____

"Jadi Aurora meninggal?" tanya Pollux dengan wajah kaget yang luar biasa.

Ia menatap Ibunya dengan mata yang berkaca kaca.

"Mamih, Adek nggak suka cerita sad ending," rajuk Pollux menggoyangkan lengan Ibunya agar bisa menukar alur cerita.

Si Ibu membawa anak bungsunya kepangkuan, sedangkan yang sulung ternyata sudah tertidur sedari tadi, sehingga tidak menyimak cerita ini.

Si Ibu mengelus rambut anaknya dengan sayang. "Nggak ada cerita yang berakhir menyedihkan. Percaya deh sama Mamih!" Wanita itu menjawil hidung Pollux sembari mengedipkan sebelah matanya jahil.

"Adek nggak suka Aurora meninggal, Mih." Pollux memajukan bibirnya, cemberut. Laki laki itu terisak.

Si Ibu tersenyum menenangkan. "Ya udah. Adek pilih, Aurora meninggal atau Blytha yang pergi untuk selama lamanya?" suruh si Ibu serius.

"Nggak bisa milih..."

"Hidup itu harus memilih, Sayang. Harus ada yang dikorbankan!"

"Kenapa nggak mereka berdua sama sama hidup aja?" tanya Pollux disela sela isakannya.

"Karena ada satu yang tidak abadi. Apakah itu yang tua, atau yang muda."

Pollux menatap ibunya bingung.

Si Ibu terus mengelus rambut anaknya dengan panuh kasih Sayang. "Sudah menentukan pilihan?" tanya Ibu lagi. "Aurora meninggal atau Blytha yang pergi untuk selama lamanya?" ulang si Ibu.

Pollux terdiam. Sulit untuk memilih karena dua gadis itu adalah dua gadis hebat, gadis baik nan bijaksana. Ia sudah berhenti menangis, dan kini menatap Ibunya dengan bersungguh sungguh. "Eumm... Adek pi--"

CEKLEK!!
Pintu kamar terbuka, menampilkan siluet tubuh tegap seorang pria.

"PAPIIIHH!!" teriak Pollux turun dari pangkuan sang Ibu berlari untuk menghambur kepelukan pria itu.

Sang Ayah terkekeh, mengangkat jagoannya di pundak.

"Kata Mamih, Papih nggak pulang hari ini soalnya banyak kerjaan di kantor," adu Pollux memeluk leher sang Ayah.

"Maunya gitu. Tapi karena Papih kangen sama adek, Papih pulang deh jadinya," goda sang Ayah membuat Pollux tertawa senang.

Tak lama kemudian, sang Ayah menurunkan Pollux. "Anak Papih udah gede, nggak kuat Papih gendongnya lama lama," canda sang Ayah.

"Hehe... Iya dong! Adek udah gede!" Kini Pollux beralih memeluk kaki sang Ayah. Dan sang Ayah mengelus rambut Pollux dengan kasih sayang.

"Pih, Mamih tadi cerita tentang dua anak hebat dan bijaksana!" celetuk Pollux mengajak sang Ayah untuk duduk di tepian kasur.

"Oh ya?"

"Huum... Tapi, ada satu yang nggak abadi. Papih tau siapa dia?"

Sang Ayah menggeleng.

"Dia adalaaahh....."

Brukk!!
"Aww!"

"CASTOR!" Semua orang terkejut.

Sang Ibu langsung menghampiri anak sulungnya yang terjatuh dari tempat tidur.

"Mih, sakiiit..." adu si Castor memperlihatkan lututnya yang memerah.

Si Kakak memang tidurnya sedikit buas. Tak jarang ia terjatuh dari kasur selama ia tidur.

Tak lama kamar itu dipenuhi gelak tawa. Tertawa karena kebiasaan tidur Castor yang tak pernah berubah. Seketika mereka melupakan akhir dari cerita itu.

Waktu terus berjalan, dan kini dua anak kembar itu sudah kembali ke kamar mereka, dan tertidur pulas. Setelah mengecup kedua kening sang anak, Si Ayah pun keluar dari kamar terlebih dahulu.

Sedangkan si Ibu berada di ambang pintu. Menatap kedua putranya dengan tatapan prihatin.

Castor dan Pollux terkadang sama-sama fana, terkadang keduanya ilahi. Satu hal yang konsisten adalah jika hanya salah satu dari mereka yang abadi, maka itu adalah Pollux. Begitu pula dengan Aurora dan Blytha, maka Blythalah orangnya.
Tiga generasi Athena. Ibunya bernama Athena, ibu dari anaknya bernama Athena, dan anaknya bernama Blytha Athena, batin si Ibu.

"Kau sudah memilih, Nak! Dan memang begitulah yang akan terjadi. Ini bukan ramalan, karena ramalan itu sesungguhnya belum pasti akan terjadi seperti yang diramalkan. Namun, ini adalah kejadian yang benar terjadi di masa depan. Prescience, hal yang mengetahui sebelumya."

Si Ibu berhenti berucap, ketika seseorang melingkarkan lengan di perutnya. Kau tahu siapa? Ya, suaminya lah yang melakukan hal itu. Sembari berbisik si suami --Papih-- berucap...

"Athena, aku ingin berdiskusi tentang perusahaan."

Dan Author dari cerita ini adalah Athena sendiri.

_____










* Kalo kalian pilih siapa? Aurora atau Blytha?


Prescience (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang