Hari pembagian seragam baru adalah salah satu hari terbaik untuk anak baru, benar apa benar? Apalagi kalau seragam yang akan kamu terima hari ini adalah seragam dari sekolah yang memang kamu idam-idamkan sejak dulu.
Seragam Biru SMA Impian.
"Y/n!" Mendengar suara cempreng yang amat kamu kenal membuatmu menoleh, sosok Karina dan Giselle berlari heboh menghampiri kamu yang menunggu di dekat ruang TU, tempat pembagian seragam.
"Ke mana aja sih?" tanya kamu pada Karina dan Giselle si cewek berseragam biru yang kamu temui saat hari daftar ulang, tiga hari lalu.
"Hehehe, biasa," jawab Giselle, dua cewek itu malah cengingisan.
Kamu menghela napas, tahu pasti apa yang tadi mereka lakukan. Apa lagi kalau bukan menyambut kedatangan F5? Sejak hari itu mereka berubah menjadi satu dari sekian banyak orang yang sukarela menyambut kedatangan mobil hitam F5 sambil memekik histeris seolah ada idol kpop yang datang ke sekolah.
Padahal jelas Kim Mingyu lebih ganteng.
"Dapet nomor antrian berapa?" tanya Karina.
"Loh?? Gue belum ambil nomer! Aduh lupa!" pekik Giselle, lalu berlari menuju antrian untuk mengambil nomer.
Karina mencibir, lalu natap kamu. "Nomer gue udah?"
Kamu mengangguk, tadi Karina memang titip antri nomer ke kamu karena dia buru-buru mau nyambut cowo-cowo calon pacarnya (halu doang sih), karena kamu nggak mau adu mulut, jadi iyain aja, kamu ngantri sampe dua kali biar nggak ketahuan kalau ambilnya berurutan.
"Gue dapet nomer dalem banget, padahal harus pulang sebelum jam dua belas, huhuhu." Giselle datang dengan muka ditekuk, kamu melihat nomer antrian yang cewek itu dapat. 344, yang artinya nomor 6 dari belakang.
Karina meringis. "Itu sih sore," ujarnya, kamu mengangguk.
"Yah gimana dong, huaaaa. Gue harus ke bandara jam dua belas jemput mami, kalau gini bisa kena omel gueee"
Karina natap kamu bersamaan dengan kamu yang juga noleh ke dia, Karina malah mengedikkan bahu.
Kamu menatap nomer yang kamu bawa, 78. Kira-kira lima belas menit lagi giliran kamu ambil seragam yang artinya kamu bisa pulang cepet.
"Ada yang mau tuker sama gue nggak?" tanya Giselle, memasang wajah memohon yang membuat Karina langsung mendelik.
"Gue sih nggak bisa, hari ini ada janji sama Sungchan mau jalan," jawabnya.
Giselle merepet ke kamu dan berbisik. "Sungchan siapa?" tanyanya.
"Pacar Karina, adek kelas, masih SMP."
Giselle bergidik mendengar jawaban kamu. "Cantik doang suka yang berondong," ujarnya, membuat kamu terkekeh.
"Eh udah giliran gue deh, duluan ya." Karina melangkah cepat menuju barisan yang tinggal beberapa anak.
Kamu menoleh ke arah Giselle karena cewek itu tidak bersuara, Giselle ternyata sedang menatap nomor antriannya dengan muka ditekuk.
"Nih tuker sama gue aja." Kamu mengulurkan tangan kanan yang memegang nomor antrian. "Gue bisa pulang telat hari ini, kebetulan lagi nggak ada acara.
Sinar mata Giselle yang semula redup langsung berbinar, kedua sudut bibir cewek itu tertarik membentuk senyuman lebar.
"Serius nih?!" tanyanya tidak percaya.
Kamu mengangguk cepat sambil tersenyum. "Udah sana, cuma beda lima nomer dari Karina. Kalo selesai langsung pulang jangan main dulu," pesan kamu.
Giselle mengacungkan kedua jempol tangannya. "Siap!" Cewek itu berlari menuju antrian setelah kalian bertukar nomor.
Kamu menunduk menatap nomor baru di tanganmu, lalu menghela napas. "Ngabarin dulu deh."
.
.
.
.
.Jdug!
"Aw!"
Kamu mengusap kepalamu yang terbentur tembok, duduk lesehan di sisi teras ruang TU membuat kamu ngantuk, apalagi ponsel kamu mati karena baterainya habis.
"Nomor tiga ratus empat puluh!"
Kamu noleh, tampak antrian yang tinggal lima orang, senyum kamu langsung mengembang, dengan segera kamu beranjak dan berjalan tergesa untuk antri.
"Minggir."
Kamu kaget sampai reflek berhenti mendadak. Kamu noleh, cowok berkacamata hitam di samping kamu tampak menatap lurus.
"Minggir gue bilang."
Kamu mengerjap, lalu buru-buru menyingkir saat sadar orang-orang yang tersisa di dekat ruang TU sedang memerhatikan.
"Seragam nomor tiga ratus empat enam."
Kamu reflek noleh saat cowok tinggi itu berucap, kedua mata kamu membulat melihat guru TU yang melayani pengambilan seragam langsung menyerahkan sepaket seragam tanpa memeriksa dulu nomor antriannya.
"Dia kan harusnya di belakang gue," gumam kamu, lalu kembali mendongak.
Dua cowok lain lewat begitu saja dan melakukan hal seperti yang cowok kacamata hitam tadi lakukan, dan lagi-lagi petugas TU itu membiarkannya.
Kening kamu berkerut dalam, bukannya menyerobot antrian bukanlah hal yang patut diabaikan? Bahkan tadi kamu lihat siswa siswi lain mengantri dengan sabar, tapi apa-apaan tiga cowok itu.
"Eh eh!" Kamu bergeser menghadang jalan saat dua cowok lagi hendak menyerobot antrian. "Mau ngapain kalian?"
Dua cowok itu bertatapan, seolah sedang saling bertanya, lalu keduanya kompak mengedikan bahu.
"Minggir, kami mau ambil seragam," ucap si hoodie hijau.
"Gue juga mau ambil seragam, antri dong!" balas kamu, menatap keduanya.
Hawa di sekitar kamu tiba-tiba terasa berbeda. Saat kamu melirik ke anak-anak yang sedang mengantri, kebetulan mereka semua cewek, terdengar bisik-bisik yang membuat kamu merasa risih.
Kamu kembali menatap dua cowok itu. "Nyerobot antrian itu nggak baik, nggak kasihan apa lihat anak-anak lain yang ngantri sejak pagi? Kalian baru dateng enak banget main nyelonong aja!" protes kamu.
"Kalian berdua tadi temen mereka, kan?" tanya kamu.
Cowok hoodie hijau itu mengerutkan keningnya, agak membungkuk untuk menyejajarkan wajahnya dengan wajah kamu.
"Lo sakit?" tanyanya.
Kamu mendelik. "Lo berdua kali yang sakit."
"Enggak tuh," jawab si hoodie.
"Kalau enggak sakit, sekarang kalian pasti bakal baris di belakang gue. Nomer antri kalian berapa?"
Dua cowok itu kembali bertatapan, lalu si hoodie menjawab lagi.
"Kita nomer terakhir," jawabnya. "Minggir mau ambil seragam."
"Belum waktunya lo, mending ngantri dulu habis gue."
"Kalau nggak mau gimana?" Cowok hoodie itu tersenyum miring.
Kamu menatapnya kesal, tapi bisik-bisik itu membuat kamu semakin risih. Alhasil kamu menghela napas lalu menyingkir, dalam hati merutuki lima cowok yang tampak familiar.
"Gila dia berani ngomong gitu ke Haechan?"
"Tau tuh, masa dia nggak tau mereka berlima."
'Emang nggak tau,' batin kamu. Lalu kembali ke barisan.
Belum resmi jadi siswi di SMA Impian saja sudah dibuat darah tinggi, bagaimana nanti setiap hari kamu akan bertemu orang-orang seperti mereka?
.
.
.
Tbc~MunLovea
Minggu, 11 April 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Meteor Garden - Kanemoto Yoshinori [SELESAI]✔
Fanfiction[IMAGINE PROJECT] Yang pasti ini bukan kisah manis masa SMA seperti drama Meteor Garden! #1 Imagine [18-04-2022] #1 Imagine [01-05-2022] #1 Imagine [15-07-2022] ⚠️ Imagine ⚠️ Pasangan di cerita ini murni untuk kepentingan cerita ⚠️ Apa pun yang ada...