50.

427 103 19
                                    

Kamu melihat Yoshi sedang memundurkan motor merahnya dari tempat parkir. Cowok itu memakai jaket hitam dengan surai sedikit basah, biasanya memang Yoshi suka membasuh wajah sampai rambut sebelum pulang.

Kedua sudut bibirmu tertarik, dengan langkah semangat kamu mendekat, berniat ikut pulang bersama. Apalagi hari ini adalah hari pertama Yoshi masuk setelah hampir dua minggu absen. Biasanya cowok itu yang akan mendatangi kamu dan bilang kangen.

Biasalah, Yoshi kan suka menghilang tiba-tiba terus muncul langsung bilang kangen.

"Yosh--"

"Maaf ya, lama," seru cewek bersurai curly gantung yang baru datang dan berdiri di samping Yoshi, membuat langkahmu langsung tertahan.

Yoshi mengangguk tanpa menjawab, lalu menyerahkan helm pada cewek itu. Yoshi naik ke motor dan memakai helm hitamnya, lantas menoleh.

"Bisa, kan?"

Cewek itu mengangguk, tapi Yoshi tetap membantunya untuk mengaitkan tali helm karena cewek yang tak lain adalah Yiren itu tampak kesusahan.

"Gak usah sungkan minta tolong kalau gak bisa," kata Yoshi. "Ayo naik."

Yiren mengangguk semangat, lalu cewek itu naik boncengan motor Yoshi dengan memegangi pundak si pemilik motor. Yoshi diam menunggu dengan sabar sampai Yiren duduk dengan benar.

"Udah?"

Yiren mengangguk, cewek itu mengulurkan lengan untuk melingkar di perut Yoshi dan dengan sengaja bersender di punggungnya.

Kening kamu berkerut tidak suka, tanganmu terkepal kuat. Di dekatmu ada bongkahan batu-bata, mungkin kamu akan mengambilnya dan melempar pada dua orang itu kalau sedang kerasukan. Tapi kamu masih waras, tindakan itu terlalu beresiko.

Tiba-tiba pandangan kamu menggelap. Bukan, kamu bukannya mau pingsan. Tapi seseorang menutup matamu dengan tangan dari arah belakang.

"Jangan dilihat, bikin sakit," kata si pelaku.

Kamu menghela napas, lalu menyingkirkan tangan itu. Cowok berkacamata bulat itu berpindah ke sebelah kananmu.

"Gue pakek kacamata aja auto blur lihat hal yang gak pantas begitu," katanya, melepas kacamata minus yang sudah ia gunakan sejak masuk SMA Impian, minus karena kebanyakan main game katanya.

"Hei, jangan ngelamun gitu dong. Serem tau," tegurnya.

"Chan," panggilmu. "Sakit banget sampe kaki gue ikutan pegel."

"Ha?" Haechan menahan tawanya. "Kok bisa begitu sih?"

Kamu menoleh cepat dengan tatapan nyalang. "Itu artinya gue gak mau pulang jalan kaki, mau nebeng lo, peka dong!"

.
.
.
.
.

"Mau bilang aneh tapi lo pacarnya Yoshi, dan Yoshi teman gue, jadi gue makhlumin aja."

Kamu melirik Haechan yang hanya menatapmu makan lahap seperti tidak makan seminggu, lalu kembali melanjutkan aktifitasmu menghabiskan porsi ke dua bakso aci yang kamu beli di kedai pinggir jalan.

"Y/n kesurupan, ya?" tanya Bomin pada Haechan dengan berbisik, Haechan hanya membalasnya dengan mengedikan bahu.

"Pesanan dataaang,"

Kalian bertiga mendongak menatap Sanha yang datang dengan nampan yang di atasnya ada empat porsi bakso aci.

"Y/n, mau nambah?" tawarnya, membuat Bomin dan Haechan melotot.

"Gak ada nambah-nambah!" Haechan merebut mangkok yang hampir kamu ambil dari nampan. "Y/n, lo udah makan banyak banget. Ini pedes tau, nanti perut lo sakit!"

Bukan Meteor Garden - Kanemoto Yoshinori [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang