"Gue nggak nyangka bisa begini." Giselle menatapmu iba. "Turut sedih, ya?"
"Tapi kenapa lo nggak ada sedih-sedihnya? Malah sibuk nugas mulu. Nggak patah hati apa?" tanya Karina yang capek sendiri melihat jarimu bergerak lincah di atas keyboard komputer.
Kamu dan Giselle sekarang di rumah Karina,Kamu memang suka pinjam komputer milik Karina karena tidak punya laptop di rumah. Sementara Giselle datang karena mau curhat, katanya lagi ribut kecil sama Shotaro.
"Y/n!" Karina kesal.
"Patah, lah," jawabmu tanpa menoleh. "Tapi patah hati bukan alasan tugas gue gak selesai, kan? Sorry aja UKK gue lebih penting."
Giselle tertawa. "Gue suka yang begini."
"Sayangnya lo nggak pinter bohong."
Perkataan Karina membuat gerakan jarimu terhenti, tatapanmu kosong. Seolah ambisi nugasmu tadi menguap begitu saja.
Kamu tersadar saat merasakan sebuah tepukan, membuatmu menoleh perlahan. Karina menaikkan sebelah alisnya begitu tatapan kalian bertemu.
"Kalau mau cerita, kita siap dengerin."
Saat itu juga, kamu kembali menjadi dirimu yang sebenarnya, si cengeng. Kamu menangis dan menumpahkan keluh kesahmu pada mereka berdua.
...
...
..."Kak Y/n tidur?"
Kamu yang sedang duduk di kursi belajar, menoleh ke arah pintu, baru tersadar dari lamunan saat mendengar benda kayu itu diketuk Jeongwoo dari luar.
Di atas meja belajarmu ada paket Kimia dan Matematika, namun tertutup dan tertumpuk rapi. Kamu hanya mengeluarkan dari rak buku tapi tidak membukanya. Entah sejak kapan kamu melamun.
"Jeongwoo masuk, ya?" tanyanya lagi.
"Iya," jawabmu, lalu menutup bibir dengan tangan. Suaramu terdengar serak.
Pintu kamarmu terbuka, namun bukan sosok Jeongwoo yang berdiri di sana, melainkan cowok tinggi dengan headband hitam melingkar di kepalanya. Cowok itu tersenyum tipis.
"Hyun-jin?"
Senyuman Hyunjin meluntur saat melihat mata sembabmu, wajahmu tampak lelah, dan pipimu basah. Kamu menangis tanpa suara, entah sejak kapan.
"Gue mau ngomong," katanya, datar. "Tapi gue nggak mau lihat air mata lo, cuci muka dulu."
Kamu spontan mengusap pipi dengan tangan, tapi Hyunjin sudah menutup pintu kamarmu dan pergi.
"Hyunjin..."
...
...
...Tidak ada yang buka suara sejak kamu datang dan duduk di sofa ruang tamu. Hyunjin duduk di sofa lain, berbatas meja denganmu.
Cowok itu bahkan tidak menatapmu sama sekali, sementara kamu sesekali meliriknya. Menunggu Hyunjin bicara lebih dulu.
"Gue kira semua akan baik-baik aja kalau gue pergi," ucap Hyunjin. "Udah ketemu Seungmin?"
Kamu menatapnya. "Udah, lo suruh dia bilang sesuatu sama gue, kan?"
"Iya, dia bilang apa aja?"
"Banyak," jawabmu. "Salah satunya tentang lo yang langsung pergi gitu aja. Kenapa? Kenapa enggak lo yang ketemu langsung dan ceritain ke gue? Lo tau sesuatu, kan?"
"Enggak," geleng Hyunjin. "Seungmin nggak bilang apapun ke gue karena gue minta dia cerita ke lo. Gue nggak mau lihat lo kesusahan karena masalah ini."
"Jadi kapan lo mau berhenti?"
Sekarang. Rasanya tidak ada guna lagi melanjutkan penyelidikan ini. Bukankah kamu melakukan semua untuk membantu F5 dan menguak alasan perginya Hyunjin? Separuh dari informasi sudah kamu ketahui. Tapi kenapa sekarang rasanya ingin berhenti?

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Meteor Garden - Kanemoto Yoshinori [SELESAI]✔
Fanfiction[IMAGINE PROJECT] Yang pasti ini bukan kisah manis masa SMA seperti drama Meteor Garden! #1 Imagine [18-04-2022] #1 Imagine [01-05-2022] #1 Imagine [15-07-2022] ⚠️ Imagine ⚠️ Pasangan di cerita ini murni untuk kepentingan cerita ⚠️ Apa pun yang ada...