46.

409 105 11
                                    

Hi, enggak update tengah malam lagi.

Selamat membaca~

...
...
...

"Yoshi?"

Cowok berjaket hitam itu menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum amat tipis padamu yang berdiri di ambang pintu rumah, lalu meringis pelan seolah menahan sakit.

Kamu langsung melangkah cepat menghampiri Yoshi, dan saat berada tepat di depan cowok itu, kedua mata kamu terbuka lebih lebar melihat luka lebam di sudut mata dan bibir Yoshi.

"Yoshi, ini kenapa?" tanganmu terulur, hendak menyentuh luka yang sepertinya sudah beberapa hari ini di sana, tapi tangan Yoshi menahannya.

"Nggak apa-apa," jawabnya. "Kenapa berangkat pagi banget?" tanya Yoshi yang melihatmu sudah rapi dan siap berangkat sekolah, padahal masih jam 6 kurang.

"Hari ini ada ulangan, gue mau belajar dulu di perpus," jawabmu.

Yoshi tersenyum, lengannya terulur mengusap pelan puncak kepalamu. "Pinter banget pacarnya Yoshi, udah sarapan?"

"Jawab dulu, ini kenapa?" tanyamu, sedikit kesal karena Yoshi terus mengalihkan topik obrolan. "Berantem?"

Yoshi menggeleng. "Ayo cari sarapan sama gue, pasti belum, kan?"

"Yoshinori...."

"Iya?"

Kamu menarik napas dalam lalu menghembuskan perlahan, menyerah. Percuma saja berdebat dengan Yoshinori, pacarmu ini selalu punya cara untuk menang. Entah membuat lawan bicaranya benar-benar kalah atau menyerah sejak awal.

Kamu memerhatikan penampilan Yoshi, ada yang aneh. Keningmu berkerut saat menyadari cowok itu memakai baju biasa, bukan seragam sekolah seperti yang kamu kenakan.

"Kenapa pakek baju biasa?" tanyamu. "Enggak sekolah?"

"Enggak, mau bolos."

"Heh!" tegurmu. "Nggak usah ngadi-ngadi. Pulang dulu sana, ganti seragam. Lo udah berapa hari nggak sekolah?"

Yoshi memasang pose berpikir. "Sepuluh hari?"

"Yoshi!" Kamu tidak habis pikir, bagaimana cowok itu bisa menjawabnya dengan tenang. Padahal kan itu artinya dia punya sepuluh huruf A di absennya, bisa-bisa tidak naik kelas!

"Tenang, seorang Yoshinori nggak mungkin nggak naik kelas. Apalagi pacarnya si genius dari kelas unggulan, mustahil."

Kamu mendelik, kadang kemampuan membaca pikiran Yoshi membuatmu heran sekaligus kesal, tapi lama-lama mulai terbiasa. Karena terlihat bingung dan menerka-nerka sangat bukan Yoshi sama sekali, tidak cowok itu cowok over percaya diri itu.

"Mau nemenin gue bolos?" tanyanya santai.

"Enggak, gue kan udah bilang ada ulangan," jawabmu cepat. Hari ini ulangan Fisika, kamu tidak mau melewatkannya.

"Lo harus masuk sekolah, minggu depan udah PAS, nanti lo harus susulan."

"Gue ulangan di rumah juga bisa."

"Terserah deh!"

Yoshi tertawa. "Iya, sekolah," katanya. "Tapi nggak hari ini."

"Terus kapan?"

"Kapan-kapan."

"Yoshinori!"

Dia tertawa lagi. Sangat menyebalkan.

Tapi kamu suka.

Berapa lama ya tidak melihat Yoshi tertawa langsung seperti ini?

Terakhir kalian telponan adalah tiga hari lalu, Yoshi tidak banyak bicara karena kamu mengomel terus. Tapi kamu dengar cowok itu tertawa, lirih dan tertahan.

Bukan Meteor Garden - Kanemoto Yoshinori [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang