34.

466 119 12
                                    

Senin.

Kata teman-temanmu, hari ini adalah hari paling menyebalkan dimana upacara bendera bertemu sejarah dan matematika. Hari minggu yang dilalui dengan rebahan oleh siswa kelas lain, tidak dapat dilakukan anak-anak kelas unggulan karena harus menyiapkan tugas ataupun materi presentasi untuk besoknya.

Menyebalkan? Iya memang. Kamu kadang juga merasa begitu, apalagi kalau semua mapel mendapat tugas rumah. Kamu yang harus bagi waktu karena kerja parttime jadi punya sedikit bahkan sangat sedikit waktu untuk main.

Biasanya, kamu akan melewatinya dengan santai, terbiasa harus mengatur waktu sejak dulu membuatmu tidak merasa datangnya hari senin dengan tugas yang menumpuk adalah bencana.

Tapi hari ini, seharian ini bahkan, rasanya kamu tidak punya semangat bahkan sekedar untuk berjalan ke kantin mengisi perut yang terus berbunyi. Belum lagi meladeni celotehan Karina dan Giselle nanti.

"Nggak ke kantin?"

Kamu menoleh, yang bertanya adalah Siyeon, teman sekelas kamu yang hari ini dapat kelompok presentasi sejarah denganmu.

Kamu menggeleng. "Lagi males gue,"

"Mau titip? Gue sama Heejin mau ke kantin," tawarnya.

Kamu melirik Heejin yang sedang menatap pantulan wajahnya di cermin sambil senyum-senyum, lalu kembali menatap Siyeon.

"Roti aja deh, uang lo dulu nanti gue ganti," jawabku akhirnya.

"Oke." Siyeon mengacungkan jempolnya. "Heejin, lets go!"

Heejin beranjak dengan semangat. "MAKAAAANNN!!"

Kamu menghela napas. Siyeon dan Heejin memang perpaduan yang sempurna. Si kalem dan si berisik. Seperti kamu, Giselle, dan Karina.

"Kenapa nggak ke kantin?"

Kamu yang semula ingin menunduk menyembunyikan wajah pada lipatan lengan di atas meja lantas urung karena mendengar pertanyaan dari suara berat setelah terdengar suara kursi yang digeser. Kamu melirik ke atas, dari posisi ini bisa melihat siapa yang menduduki kursi di depan bangkumu.

Bomin, cowok itu tersenyum tipis padamu seolah tidak ada yang terjadi. Padahal kamu tahu kalau Sabtu lalu Bomin juga melihatmu yang hampir tertabrak motor-motor yang sedang balapan.

"Mau gue beliin sesuatu?"

"Gak perlu," jawab kamu cepat. "Gue udah titip Siyeon."

Kamu langsung menyembunyikan wajah tanpa menunggu respon dari cowok itu, tanda kamu tidak ingin diganggu. Niatnya mau tidur tapi sekarang malah kepikiran.

Bomin memang tidak tahu waktu itu kamu atau pura-pura lupa?

Tidak mungkin kalau tidak tahu. Hyunjin dengan jelas meneriaki nama kamu, semua perhatian teralih pada kamu saat kejadian itu.

Apa Bomin tidak mau mengungkitnya karena takut kamu akan bertanya alasan kenapa mereka bertengkar?

"Gue baru tau kalau lo kenal dan kayaknya deket sama si pembalap itu," kata Bomin tiba-tiba. "Namanya Hyunjin, kan?"

Kamu mengintip cowok itu yang menatapmu, lantas kembali menyembunyikan wajah tanpa menjawab.

"Seungmin yang kenalin dia ke gue, katanya si Hyunjin itu pembalap terbaik di sana," jelas Bomin yang diam-diam membuatmu tertarik. "Tapi gue gak lihat dia selama hampir setahun di arena, banyak yang bilang dia dipenjara,"

Kedua tangan kamu mengerat namun posisimu sama sekali tidak berubah.

"Padahal seinget gue dia jatuh dan luka lumayan parah waktu terakhir balapan, kenapa tiba-tiba dipenjara?"

Bukan Meteor Garden - Kanemoto Yoshinori [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang