Orang tua gue emang terikat sama keluarga Yiren, tapi bukan itu alasan gue nurutin kemauan dia.
"Sampai ketemu di kantin jam istirahat nanti."
Kamu mengerjap, baru sadar kalau sekarang sudah berdiri di depan pintu kelas IPA1. Cowok yang datang bersamamu mengulurkan tangan untuk mengusap puncak kepalamu.
"Mikirin apa? Dari tadi kelihatan nggak fokus,"
Kamu melirik sekitar, pemandangan seperti ini paling pas dijadikan bahan gossip saat kumpul. Kamu menurunkan tangan Yoshi lalu menggeleng pelan.
"Kayaknya karena kemarin lembur, Cafe rame banget," jawabmu. "Untung hari ini katanya pulang awal."
"Berhenti aja," katanya. "Berhenti kerja di Cafe dan fokus ke sekolah lo."
Kamu menghela napas. "Gue maunya gitu, tapi enggak bisa. Gue masih punya tanggungan Jisung sama Jeongwoo."
"Eh, bukan maksud gue ngeluh. Sorry," tambahmu cepat, tidak mau Yoshi salah paham.
"Gue ngerti," katanya. "Sana masuk kelas, jangan lupa nanti pulang sekolah."
Kamu mengangguk. Yoshi mundur dua langkah sebelum berbalik dan akhirnya melangkah menjauhi kelasmu menuju kelasnya. Cowok itu berjalan santai namun tegap, begitu saja sudah menjadi pemandangan indah untuk para siswi yang berada di koridor.
Kamu mendesis. Akhir-akhir ini risih saat Yoshi menjadi pusat perhatian, padahal itu hal wajar, kan? Yoshi adalah sorotan utama di F5, harusnya kamu makhlumi.
Tapi entah, kadang kamu merasa mereka terlalu lancang menatap kagum Yoshi selama itu.
"Y/n Y/n Y/n!"
Kamu langsung menoleh saat mendengar namamu diserukan beberapa kali. Sosok Bomin tampak berlari kecil mendekatimu dari arah persimpangan koridor menuju deretan kelas IPA.
"Ada apa? Kenapa pagi-pagi udah lari-larian? Dapat bocoran nanti ulangan dadakan?" tanyamu beruntun.
Biasanya teman-teman sekelasmu yang pagi-pagi sudah lari-lari pasti membawa kabar entah bahagia seperti jamkos, atau petaka seperti ulangan dadakan.
Bomin mengatur napasnya sementara kamu menunggu dengan kening berkerut, penasaran.
"Ada apa sih?" tanyamu tidak sabar.
"Bentar, ambil napas dulu, habis lari-lari dari parkiran nih!" kata cowok itu susah payah.
"Lah emang siapa yang nyuruh lari-lari." Kamu mendelik menatap Bomin yang membungkuk bertumpu lutut, sedang mengatur napas, cowok itu benar-benar berlari dari tempat parkir.
"Nih, minum dulu."
"Enggak usah," tolaknya. "Soobin hari ini nggak masuk, dia di rumah sakit."
Mendengar itu membuat ekspresimu seketika berubah, kamu jadi ikut sensitif saat mendengar kata rumah sakit, apalagi Bomin menyebut nama Soobin, pasti ada hubungannya dengan Sanha.
"Apa? Kenapa? Ada apa?" tanyamu cepat. "Yang lengkap kek kalau ngomong!" Kamu kesal karena Bomin memberi info setengah-setengah, padahal kamu benci teka-teki dan tidak suka dibuat penasaran.
"Soobin yang masuk rumah sakit?" tanyamu lagi.
Bomin menggeleng. "Sanha siuman, kemarin malam katanya,"
.
.
.
.
."Lo lagi sakit, ya?"
Kamu menoleh lambat saat merasakan telapak tangan yang menyentuh dahimu, di sebelahmu Yoshi menatap khawatir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Meteor Garden - Kanemoto Yoshinori [SELESAI]✔
Fanfiction[IMAGINE PROJECT] Yang pasti ini bukan kisah manis masa SMA seperti drama Meteor Garden! #1 Imagine [18-04-2022] #1 Imagine [01-05-2022] #1 Imagine [15-07-2022] ⚠️ Imagine ⚠️ Pasangan di cerita ini murni untuk kepentingan cerita ⚠️ Apa pun yang ada...