33.

461 116 6
                                    

"Gue gak apa-apa, Jin," ucap kamu pada Hyunjin yang khawatir berlebihan.

Kaki kamu hanya lecet sedikit karena tadi hampir terserempet motor-motor yang sedang balapan. Untung Hyunjin sigap menarik kamu walau kalian sama-sama jatuh ke aspal dan akhirnya kaki kamu luka, rasanya agak nyeri, mungkin keseleo.

Cowok ini membawa kamu ke rumah sakit padahal itu tidak perlu. Kamu menatap ke arah pintu putih yang tertutup, sejak tadi itu yang kamu lakukan, berharap seseorang yang kamu tunggu akan membuka pintu dan menghampiri kamu dengan ekspresi khawatir seperti Hyunjin.

"Lo nunggu dia?" tanya Hyunjin dengan nada tidak suka.

Kamu menunduk. "Yoshi marah ya sama gue?" tanyamu.

Kening Hyunjin berkerut, cowok itu menepuk pundak kamu, membuatmu menatapnya.

"Kok jadi lo yang ngerasa bersalah sih?" tanyanya. "Lo yang udah dikhianatin, Y/n, sadar!" Tanpa sadar Hyunjin sedikit membentak membuat kamu tersentak kaget, bulir bening langsung mengalir tanpa dapat dikontrol dari sudut mata kiri kamu.

Hyunjin menarik tangannya lalu mengusap wajah kasar. "Sori, Y/n, gue kelepasan," katanya, merasa bersalah.

Kamu menunduk. "Sakitnya sama, Jin," ujar kamu. "Sama kayak waktu lo tiba-tiba pergi gak ada kabar, sakit banget. Tapi kenapa bisa?"

"Karena lo terlalu suka sama gue," jawabnya tanpa pikir panjang.

"Jadi sekarang gue terlalu suka Yoshi?" tanyamu, membuat Hyunjin mengatup rapat bibirnya.

Terjadi keheningan. Kamu menunduk menatap kakimu yang diperban, sementara Hyunjin menatapmu, pikirannya penuh sekarang.

"Lo udah nggak suka sama gue, Y/n?" tanya Hyunjin setelah jeda diam.

Kamu menegakkan wajah, menatapnya, cukup kaget dengan pertanyaan itu.

Harusnya kamu menggeleng, kan? Kamu masih belum lupa pada Hyunjin, pada setiap momen yang kamu lewati sama dia, juga saat dia tiba-tiba menghilang tanpa kabar.

Tapi kenapa kamu hanya diam dan menatapnya, Hyunjin tampak menunggu jawaban dengan wajah berharap, membuat kamu mengalihkan pandangan.

"Enggak, ya?" Hyunjin tertawa pelan yang membuat kedua mata kamu terpejam. Kenapa Hyunjin melakukan itu?

"Gue datangnya telat, ya?" tanyanya lagi. "Ah, atau mungkin dia yang kecepetan?"

"Hyunjin..."

"Maaf, Y/n," sahut Hyunjin. "Gue telat kembali ke lo, selama ini lo terlalu banyak luka karena gue."

Kamu menggeleng namun tidak bersuara. Dada kamu sesak. Perkataan Hyunjin membuat kamu semakin merasa bersalah.

"Jadi sekarang gak seharusnya gue di sini, kan?" Hyunjin tersenyum tipis. "Gue udah gak ada tempat di hidup lo, kan, Y/n?"

Kamu menggeleng lagi, air mata terus mengalir tanpa bisa kamu kendalikan. Hyunjin mengulurkan lengannya, mengusap jejak air mata di pipimu dengan ibu jarinya.

"Hei, jangan nangis," kata Hyunjin, persis seperti dulu saat kamu menangis. "Gue masih di sini, jangan nangis dong."

"Kalau gue pergi lagi juga jangan nangis, nanti siapa yang usap air matanya kalau gue gak ada?"

"Maaf karena satu tahun ini gue gak bisa usap air mata lo, gue harap gak banyak air mata lo yang terbuang. Apalagi karena gue."

"Jangan lagi nangis karena gue, Y/n. Cowok kayak gue nggak pantes ditangisin." Hyunjin meraih tangan kamu dan mengusapnya. "Jangan juga nangis karena cowok itu, dia yang harusnya nyesel udah bikin lo kayak gini."

Bukan Meteor Garden - Kanemoto Yoshinori [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang