2.4

347 14 0
                                    

"Emang dia kenapa?" Tanya Arga tiba-tiba.

Ressa langsung menggeleng cepat. "Enggak apa-apa kok, dia cuma---

"Ayo makan!" Seru Vanya bersemangat. "Ayo! Udah lapar banget ini. Ayo Ar duduk!" Ajaknya sambil menarik Arga duduk.

"Re ayo makan!" Ajak Vanya karena Ressa masih setia berdiri. "Rel ayo duduk, sini." Lanjutnya sambil menepuk-nepuk tempat duduk yang kosong disebelah kanannya.

Farel menganggukkan kepalanya dan langsung duduk disebelah kanan Vanya. "Mau pesan apa?" Tanya Vanya pada Farel.

"Terserah. Samain aja." Jawabnya singkat.

Vanya mengangkat jempolnya. "Okay. Gue pesan dulu ya, kalian udah pada pesan kan?"

Semuanya mengangguk kecuali Arga yang kini menahan tangan Vanya. "Kamu gak nanyain aku mau pesan apa gitu?"

Vanya mengangguk. "Udah tau, batagor banjir bumbu kacang. Ya kan?" Arga mengangguk.

"Gue pesan du---

Farel berdiri. "Gue aja yang pesan, lo duduk aja." Sanggah Farel saat Vanya akan beranjak pergi memesan makanan. 

Arga langsung berdiri. "Apa-apaan sih lo? Kenapa lo jadi ngatur-ngatur Vanya, hah?"

Farel tidak memperdulikannya, ia menatap Vanya. "Gue aja yang pesan, lo duduk aja. Gue gak mau lo pingsan disini." Ucapnya pelan.

"Heh! Lo dengar gue gak sih? Pakai alibi pingsan segala. Vanya sehat, Vanya kuat, cewek gue gak lemah." Ucap Arga.

Farel tersenyum miring. "Sehat? Lo bisa liat dari ekspresi wajah pake hati gak? Kalau lo bisa, lo pasti tau Vanya kenapa sekarang."

"Lo rendahin gue?" Ucap Arga merasa tersindir.

"Ohh, ngerasa lo?" Tanya balik Farel.

"Aduh apaan sih? Ribut mulu kerjaannya. Udah gue aja yang pesan. Ribet." Ucap Denira menengahi sambil melenggang pergi memesan makanan.

"Hey! Duduk dong, mau makan atau gimana?" Ucap Ressa kesal saat melihat Arga dan Farel masih berdiri.

Keduanya pun langsung duduk dengan serempak. Farel langsung mengeluarkan handphone nya dan memainkannya. Sedangkan Arga, ia merasa sudah sangat penasaran pada Vanya.

Arga berbisik pada Vanya, but wait. Bukan bisikan kalau mereka semua masih bisa mendengar pertanyaan yang di lontarkan Arga pada Vanya.

"Kamu dari mana tadi? Kok lama? Gak bareng mereka kan tadi?" Tanya Arga beruntun.

Vanya menggeleng pelan. "Aku tadi ke toilet dulu Ar,"

"Kok bisa?"

Vanya mengerutkan keningnya bingung. "Bisa? Bisa apa?"

"Kok bisa bareng sama dia?" Tanya Arga memperjelas ucapan sebelumnya sambil melirik Farel.

"Uhuk! Uhuk" Batuk Dhea terdengar begitu keras seperti di sengaja. Padahal ia benar tersedak karena mendengar ucapan Arga.

Sontak Arga langsung menatap Dhea tajam, dan Ressa menyikut lengannya. "Sorry, kuah bakso nya gak ada akhlak." Ucap Dhea di sela batuknya.

Arga kembali menatap Vanya yang ada disebelahnya menunggu jawaban. "Kok bisa? Hah?" Tanya Arga lagi.

Farel menegakan duduknya dan menyimpan handphone nya diatas meja dengan sedikit keras. "Kalau masih ada masalah sama gue, urusannya sama gue, bukan sama Vanya." Ucap Farel tegas.

"Oh lo berani sama gue? Okay, habis ini gue tunggu lo di belakang." Ucap Arga lebih keras.

Farel mengangguk-anggukan kepalanya. "Berani lah, kan gue gak salah. By the way, sorry, gue ada urusan sama Vanya habis ini." Jawabnya santai. 

Arga langsung menengok ke arah Vanya yang sedang memijat pangkal hidung nya pusing. Vanya semakin pusing berada disini, melihat dan mendengar mereka yang terus berargumen.

"Van, mau kemana kamu habis ini?" Tanya Arga curiga.

Vanya membuang nafasnya pelan. "Ada urusan. Soal OSIS."

Arga mengangguk-anggukan kepalanya. "Sejak kapan lo masuk OSIS hah? Sejak kapan juga OSIS terima anggota baru kayak dia? Gue aja gak lulus daftar OSIS, apalagi lo."

"Ar, udah. Kamu kenapa sih? Dari tadi kamu selalu memperkeruh suasana. Farel bukan mau daftar OSIS, tapi ada kepentingan lain." Ucap Vanya yang tampaknya sudah kesal.

"Kok kamu marah sama aku sih? Ya udah kalau ada kepentingan lain bisa dong sama Devin." Ucap Arga cepat.

"Okay, aku minta bantuan Devin." Jawab Vanya kilat.

Menyadari ucapannya salah, Devin segera mengkoreksi ucapannya. "Jangan sama Devin. Maksudnya, sama Denira gitu, atau sama Ressa. Ya Re?" Ucap Arga mengkoreksi ucapannya sambil menatap Ressa memohon.

Ressa menyelesaikan kunyahan nya dulu. "Van, emang siapa yang punya kepentingan? Lo atau Farel?"

"Farel, dia punya--

"Okay stop. Arga, yang punya kepentingan disini Farel sama Vanya. Jadi gak mungkin dong, gue rebut tugas dia, lagian gue sama Denira mau ke ruang OSIS. Oh iya sama Devin juga, jadi ya Vanya yang ngurus Farel." Jelas Ressa.

Farel terkekeh. "Lagian kalau sama Ressa atau yang lainnya gue gak mau. Mereka gak tau yang sebenarnya, bisa-bisa gue kena sanksi lebih." Jawab Farel santai.

Arga berdiri dari duduknya. "Ohh, lo ngerasa lo menang sekarang? Hah?"

"Hey! Apaan sih? Malu diliatin. Lo urus anak futsal lo sana, tadi gue dapat kabar ada yang berantem di belakang." Ucap Denira sambil menatap Arga tajam.

"Nanti juga baikan sendiri, kan udah dewasa. Udah sering kayak gitu, nanti juga baikan sendiri." Jawab Arga cuek.

Denira mengangguk-anggukan kepalanya. "Oh, udah dewasa? Kalau gitu, lo stop berargumen sama Farel juga dong. Dan satu lagi, kalau sampai ekskull lo itu masih berulah, gue akan ajuin kalau ekskul lo akan bubar."

"Lah kok gitu sih? Jangan mentang-mentang lo ketua mpk, sahabat Vanya, lo bisa perlakukan gue seenaknya ya? Itu ekskull udah ada dari dulu, dan selalu berprestasi kan? Jadi gak usah ngayal mau bubarin ekskul gue." Jawab Arga percaya diri.

"Oh jelas, gue gak ngayal. Catatan keburukan ekskul lo itu di atas catatan prestasi kalian." Ucap Denira lagi.

"ARGA! CEPAT!"

🍃🍃🍃

Wah, mau masuk bulan ramadhan lagi nih.
Bulan puasa kedua saat Pandemi.

Wah, mau UTBK nih.
Wah, lagi sibuk pendaftaran kedinasan nih.

Ciee sibuk, mangats yaa

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang