2.8

304 16 3
                                    

"Tolong Ar, panggil Farel. Suruh dia masuk." Ucap Vanya.

Mendengar namanya Farel saja membuat Arga naik pitam. Bagaimana jadinya jika Arga memanggil Farel untuk menemani Vanya. Tangannya sudah mengepal menahan emosi.

"Please Ar, gue gak mau ada keributan disini." Lanjut Vanya karena melihat ekspresi muka Arga yang sedang menahan amarahnya.

Arga mengangguk. "Iya, aku panggil Farel. Aku keluar ya,"

"Makasih Ar," ucap Vanya sebelum Arga berlalu keluar.

Arga menganggukkan kepalanya pelan. Berjalan keluar UKS, dan menghampiri Farel yang sedang menulis mengerjakan tugasnya di atas lantai depan UKS.

"Disuruh masuk sama Vanya." Ucap Arga seadanya.

Arga berhenti menulis, berdiri dan menatap Arga bingung. "Ngapain?"

"Ya mana gue tau, lo yang dipanggil bukan gue." Ucapnya sambil berjalan melewati Farel. "Eh! Awas lo jangan macam-macam sama cewek gue!" Lanjutnya sedikit berteriak dan tegas.

Farel terkekeh pelan. "Gue bukan cowok yang suka macam-macam sama cewek. Jangankan macam-macam, menyakiti dengan ucapan dan tindakan kasar aja gue gak bisa." Jawabnya tegas sambil menatap Arga tajam.

Farel berlutut mengambil bukunya, lalu melangkah masuk ke dalam UKS. 

"Gue tunggu diluar aja gapapa kok Van, tadi kan ada Arga, gue jadi gak enak." Ucap Farel ketika masuk ke dalam UKS.

"Gue lagi kesal liat mukanya. Lagian, gue kasihan sama lo, ngerjain tugas dibawah." Ucap Vanya menanggapi.

"Kok lo tau? Lo ngintip?" Tanya Farel bingung.

Vanya memutar bola matanya malas. "Lo pikir gue disini anak baru? Gue udah mau 3 tahun disini, dan gak ada tuh bangku di depan UKS." Jawab Vanya disertai tawa garing nya.

Farel terkekeh pelan. "Iya sih,"

"Ehm, kalau boleh tau lo pindah sekolah karena apa?" Tanya Vanya penasaran.

Farel menaikan sebelah alisnya terkejut. "Ya maksud gue, gak ada kan orang yang tiba-tiba pindah sekolah tanpa alasan. Ya sekali pun itu masalah pribadi, tapi kan punya alasan." Jelas Vanya.

"Kalau karena masalah pribadi, gak apa-apa jangan cerita." Lanjutnya.

Farel menganggukkan kepalanya mengerti. "Ada masalah pribadi nya sih, tapi alasan dominan ya ikut bokap pindah tugas."

Vanya tersenyum tipis. "Gak usah cerita masalah pribadi nya, gue gak maksa."

"Tapi, kalau nanti gue mau cerita, boleh kan?" Tanya Farel pelan.

Vanya mengangguk. "Boleh dong,"

"Eh, by the way  lo udah nangisnya?" Tanya Farel bingung.

"Udah, nanti gue lanjut dirumah aja nangisnya. Kalau disini, nanti mata sembab, ribet lagi." Jawab Vanya sambil terkekeh.

"Kalau boleh tau, yang tau soal Arga perlakuin lo kayak gini siapa aja selain gue?" Tanya Farel pelan dan hati-hati.

"Cuma lo sama Ressa."

"Lo gak mau ngasih tau ke temen lo yang dua lagi? Atau lo speak up gitu ke guru, orang tua, atau bang Gibran, gue yakin dia bisa bantu." Saran Farel.

Vanya menggeleng. "Gue masih bisa handle masalah ini sendiri kok, apalagi sekarang ditambah lo sama Ressa yang bisa bantu gue."

"Lo harus, bilang gue atau Ressa kalau lo butuh bantuan. Ya?" Tanya Farel memastikan.

"Pasti. Dan gue, minta bantuan pertama lo nanti, boleh?" Tanya Vanya.

Farel mengangguk. "Boleh, apa?"

"Gue bawa mobil, mobil mama. Gue kayaknya gak kuat deh kalau harus nyetir sendiri. Lo bisa antar gue pulang? Nanti dari rumah, lo di antar sama bang Gib." Ucap Vanya.

"Boleh. Tapi masalahnya, gue ada jadwal basket hari ini. Tapi it's okay, gue bisa ijin kok." Jawab Farel.

"Eh enggak dong, jangan ijin. Gue tungguin lo aja, gapapa kok, nanti gue tunggu di mobil." Ucap Vanya.

"Tapi nanti jadi ke sorean lo pulangnya, kan lo juga harus istirahat." Ucap Farel tak enak hati.

"Gue lebih bersalah, kalau ada orang yang ijin yang lari dari tanggung jawab dan kewajiban. Contohnya lo, lo udah dikasih tanggung jawab sama pelatih buat latihan, dan itu kewajiban. So, ijinin gue nunggu lo di dalam mobil. Gue di mobil istirahat kok, janji." Jelas Vanya sambil menaikan jari kelingking tangan kanannya.

Farel mengaitkan kelingkingnya. "Okay, deal."

🍃🍃🍃

Minal aidin wal faizin semuaa, maafin author kalau author punya salah yaa♥️

Maafin author yang pasti, dan selalu typo saat menulis. Tolong koreksi ya kawan kalau ada typo, biar author nanti lebih teliti lagi.

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang