"Pulang sama siapa?" Tanya Denira pada Vanya ketika bel pulang sekolah telah berbunyi.
Vanya menggerakkan kepalanya melihat Denira di sela-sela acara membereskan bukunya. "Bang Gib." Jawabnya singkat.
"Kita mau ke toko buku, mau ikut?" Tanya Ressa sambil merangkul Dhea.
Mata Denira berbinar. "Ikut! Gue mau beli kamus, lo ikut gak?" Tanyanya lagi pada Vanya.
Vanya menggeleng pelan. "Enggak, gak ada novel baru, lagian gue gak mungkin keliling toko buku, keadaan pincang kayak gini." Jawab Vanya.
"Mau nitip?" Tanya Dhea.
Vanya menggeleng lagi dan tersenyum tipis. "Enggak Dhea, gue mau rebahan, hehehe." Jawab Vanya sedikit bergurau.
"Ya udah yuk bareng ke depannya." Ajak Ressa.
"Gue ke toilet dulu ya! Tunggu di parkiran aja! Dhea antar!" Ucap Denira sambil menarik tangan Dhea.
Sepeninggalan Dhea dan Denira, Ressa dan Vanya di landa rasa canggung satu sama lain karena kejadian tadi pagi. Ressa yang merasa tak enak hati pun berusaha untuk mencairkan suasana.
"Van, maaf yang tadi." Ucap Ressa pelan.
Vanya menatap Ressa, tersenyum lalu memeluknya. "Gapapa Re, i'm good. Lo tenang aja." Ucap Vanya sambil mengelus punggung Ressa bermaksud menenangkan.
"Ke depan yuk!" Ajak Vanya dan Ressa mengangguk.
Setelah menunggu kurang lebih sekitar 10 menit, akhirnya Denira dan Dhea kembali, menghampiri Vanya dan Ressa yang sudah menunggunya di parkiran sejak tadi.
"Kita duluan ya Van? Gapapa?" Tanya Denira.
Vanya mengangguk. "Iya gapapa, duluan aja. Gue masih nunggu bang Gibran, bentar lagi juga datang."
"Yaudah duluan ya! Bye!" Ucapnya sambil masuk ke dalam mobil.
Vanya melambaikan tangannya pada mobil yang sekarang sudah pergi meninggalkannya. Vanya melihat jam ditangannya, sudah 15 menit Gibran bilang ia di jalan.
Vanya mengeluarkan handphonenya dan menelpon Gibran, satu kali Vanya menelpon tidak ada jawaban, yang kedua kalinya sedang sibuk, dan alhasil yang ketiganya tidak aktif.
Vanya menatap handphonenya kesal, lalu menatap sekitarnya yang sudah sepi.
"Belum di jemput?"
Ucapan seseorang di sampingnya membuat Vanya segera melihat ke sumber suara.
"Farel?" Ucap Vanya heran.
Farel berjalan acuh melewati Vanya menuju motornya. Farel melepaskan tasnya, membuka jok motornya dan mengeluarkan jaket beserta sarung tangannya.
"Mau bareng gak?" Tanya Farel sambil memakai jaketnya.
Vanya berjalan mendekati Farel. "Yah Rel, gue lupa." Ucap Vanya sambil cengengesan.
Farel menatap Vanya sekilas dengan alis terangkatnya, yang berarti Farel bertanya balik.
"Jaket lo sama sapu tangan lo masih ada di gue." Ucap Vanya pelan. "Sama gue lupa mau kasih lo kaus kaki." Lanjutnya sambil melihat kaus kaki Farel berwarna biru.
Farel menatap kaus kakinya singkat. "Habis olahraga tadi, lupa ganti. Kalau mau di ambil, ambil aja." Ucap Farel sambil mulai membuka sepatunya.
Okay. Vanya salah, atau Farel yang salah?
Vanya menggeleng cepat sambil menahan tangan Farel. "Bukan gitu. Lagian udah pulang juga. Plus, kaus kakinya bekas olahraga. Gini ya, maksud gue tuh, gue kan udah janji mau kasih lo kaus kaki, tapi sekarang gue belum kasih juga." Jelas Vanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif
Teen Fiction📌[ON GOING] "Jangan suka melarangku, karena aku manusia, aku makhluk sosial, aku butuh orang lain." ~ Hai! Kamu? Iya kamu. Kamu yang baca deskripsi ini, ayo baca cerita ku ini, semoga kamu suka ya! Jangan lupa vomment! Makasiiii! Wufyu! ❤ Rank 🎉...